30

36.3K 2K 43
                                    

~Satu bulan kemudian~

Hari sabtu, Vania memutuskan untuk pulang kerumah dan pulang Hari senin seperti yang lalu lalu

"Beneran ngga ikut?" Tanya Vania cemberut, pasalnya ia dari tadi membujuk Nath untuk ikut pulang dengannya

"Gw ada kerjaan Van, nanti gw jemput aja" Nath memang harus menghadiri meeting besok pagi di kantornya. Meeting kesekian  kalinya setelah dia memegang semuanya

"Nggasuka aahh" Rengek Vania terus memeluk Nath yang sibuk mengetik sesuatu diLaptopnya

"Eh betewe, ko kakak ngga pernah pulang kerumah? ngga kangen?" Tanya Vania

"Ngga"

"Yee dasar" Vania melepaskan pelukannya

"Udah mau berangkat?" Tanya Nath menutup Laptopnya. Vania mengangguk mengambil tasnya

Mobil yang Vania pesan sudah menunggu. Nath mengantar Vania keluar hingga ia masuk ke dalam mobil

"Kabarin" ucap Nath

"Iyaaa, Dadah kak" ucap Vania melambaikan tangannya di balik kaca mobil, dibalas lambaian tangan dan senyuman Nath
.
.
.
.
.
.
.
Keesokan paginya, Nath langsung bersiap siap untuk meeting yang sialnya diadakan di hari libur. Benar benar membuat orang jengkel. Disana ia ditemani sekertaris yang lebih berpengalaman daripada Nath sendiri. Dyana, adalah sekertaris dari jaman Nathan yang menjadi pemilik kantor ini. Wanita 25 tahun yang sangat cantik dan anggun

"Makasih, semuanya silahkan kembali" Ucap Nath setelah rapat selesai. Satu persatu orang diruangan itu pergi setelah menjabat tangan dengan Rekan kerjanya itu

"Nath, kamu udah mau pulang?" Tanya Dyana. Dia dan Nath sudah kenal dari dulu, jadi Nath memintanya untuk berbicara layaknya teman

"Iya, gw duluan" Nath bangun dan segera meninggalkan ruangan beserta kantor itu. Langsung pulang ke asramanya, mengganti pakaian formalnya dengan kaos singlet dan celana training panjang. Ia akan ke tempat Gym

Sementara disana, wanita itu gelisah karna nomor yang sedari tadi ia telfon tidak pernah menjawab. Vania mengirim beberapa pesan dan menelfon tapi Nath tidak pernah merespon. Nath sendiri lupa kalo dari pagi handphonenya dalam mode silent sejar rapat hingga sekarang. Juga tidak pernah sekali pun mengeceknya

Nath pulang jam 5 sore, langsung mandi dan mengganti pakaiannya dengan kaos partai. Maksudnya, kaos santai dan celana boxer selutut

Nath jalan kaki menuju tempat makan yang lumayan dekat dari gedung asramanya. Sudah jam 8 malam dan di memutuskan untuk kembali dan istirahat full

Belum 10 menit saat Nath kembali ke kamarnya, seseorang mengetuk pintu

Tok tok tok

Tanpa pikir panjang, Nath segera membuka pintu. Disana, seseorang yang sedang menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri

"Hikss... Nath... tolongin gw hiks.." ucap wanita itu mangis tersedu sedu

Nath sedikit kaget melihat penampilan Syellin yang berantakan
"Lo kenapa?" Tanya Nath

"Hikss... huwaaaaa" bukannya menjawab, wanita itu malah semakin menangis

Nath tidak ingin seseorang di asrama ini salah paham, ia lalu menarik tangan Syellin masuk dan menutup pintu. 5 menit berlalu, kini wanita didepannya sudah diam, hanya tersisa isakan kecil

"Why" Tanya Nath lagi setelah melihat Syellin agak tenang

"Gw..gw udah ngga tahan Nath, hic"
"Mantan gw... yang waktu itu, dia selalu ganggu kehidupan gw hic"
"Dia bahkan nekat buat nyulik gw" ungkap Syellin. Beberapa minggu terakhir ia sudah jarang muncul di depan Nath, apa karena ini?

"Gw berhasil kabur, pas dia lengah..." sambung Syellin

"Obsesi?"

Syellin mengangguk ragu
"Maybe"

"Gw, gw takut banget... gw nggatau harus ke siapa lagi, gw cuma punya lo disini. Orang tua gw jauh... please help me Nath" Nath prihatin. Syellin mungkin sering mengganggu Nath, tapi itu Syellin lakukan untuk menarik perhatiannya. Tidak ada maksud jahat dari semua tindakannya, itu murni karna ia menyukai Nath

"Ngga lapor polisi?"

"Hikss.. Nath, gw malu, gw takut... Dia, dia be-beberapa kali perkosa gw... hiks" Tangisnya kembali pecah saat bayangan memalukan itu terus terbayang di kepalanya. Syellin memeluk Nath dengan erat, menumpahkan semua kesakitannya

Yang bisa Nath lakukan hanya memeluk dan mengusap punggung Syellin untuk menenangkan wanita itu. Tidak mungkin dia meminta Syellin tinggal disini, atau Vania akan mengamuk. Tapi mungkin untuk malam ini dia membiarkan Syellin, toh Vania baru datang besok pagi. Sebelum itu, ia bisa mengantar Syellin ke hotel lebih dulu

"Gw ngga mau ketemu dia lagi, gw takut" ucap Syellin

"Oke oke, lo mandi dulu. Ambil baju yang mau lo pake di lemari gw" Nath melepaskan pelukannya. Syellin mengangguk lemah dan berjalan mengambil handuk dan baju lalu masuk ke kamar mandi

Brak

Pintu dibuka dengan kasar dari luar, membuat Nath kaget

"NATH" Ucap orang yang membuka pintu itu dengan keras

Nath lebih kaget lagi saat melihat orang itu ternyata Vania

"Vania, ko udah balik?" Tanya Nath heran

"Iyyaa, lo ditelfon ngga di angkat, dia chat ngga dibales. Bikin gw khawatir tau ngga? Seneng bikin orang nethink?" Sahut Vania menaikkan nada bicarakan. Dia terlihat kesal dan hampir menangis

Nath mengambil hapenya, melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Vania, dia terlihat menyesal

"Mode silent" jawabnya singkat

Vania langsung memeluk Nath dan mencubit pinggangnya kuat

"Aww sakit Van" ringis Nath

"Kak" Suara Vania bergetar dibalik pelukannya "ko basah, ini baju lo bau kak. Siapa?" Tanya Vania saat merasa bagian bahu Nath terasa basah dengan bau yang berbeda

Nath menegang, bersamaan dengan Syellin yang keluar dari kamar mandi









She's ma Roommate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang