Lentera Kesebelas

217 29 11
                                    

Sudah hampir 24 jam Tera menghabiskan waktunya di dalam kamar. Sejak pertemuannya dengan Madam Amel semalam, Tera gelisah sepanjang malam hingga pagi datang, kedua matanya terjaga karena takut jika terpejam ia bisa saja dalam bahaya.

Tak menyangka ia akan bertemu dengan wanita itu lagi, dalam satu atap, dan berstatus sebagai ibu tirinya. Tera berpikir, kenapa dunia sesempit ini? Kenapa harus Madam Amel yang menjadi Ibu tirinya?

Kini jam telah menunjukan pukul sembilan malam, itu artinya makan malam sudah lewat dari satu jam yang lalu. Bahkan Tera tidak tahu apakah Bi Maryam hari ini datang atau tidak. Sebenarnya sejak pagi, Tera sering mendengar ketukan dipintu kamarnya, tapi urung ia buka karena tahu suara siapa dari balik pintu itu.

Beberapa kali suara Madam Amel yang dibarengi dengan ketukan pintu, terdengar menginterupsi Tera untuk membuka pintunya, untuk keluar dari kamar, untuk makan, dan untuk mengajaknya berbicara. Tapi tampaknya trauma seorang Tera terhadap Madam Amel cukup berpengaruh. Peristiwa saat ia dikunci di kamar mandi dengan kondisi shower yang menyala, hanya karena ia menolak membuka semua pakaiannya di depan wanita itu, membuat Tera terus waspada dan tak menaruh percaya pada wanita itu.

Tok tok tok

"TERA! buka pintunya sekarang, mami mau bicara, kalau kamu enggak bukain ini pintu, awas besok mami hukum, kamu, ya! BUKA! "

Tera memejamkan matanya saat suara itu kembali menginterupsinya untuk membuka pintu. Kedua telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin, saling meremat satu sama lain dengan getaran yang kian mengencang. Tera ketakutan, ia tidak tahu harus meminta tolong pada siapa, sementara Papa sepertinya belum pulang. Rumah ini benar-benar seperti rumah hantu bagi Tera sekarang, tak ada ruang yang aman selain di kamarnya meski tetap mendapat gangguan.

"Mami ngapain di sini? "

Tera terdiam, ia melirik pintu kamarnya yang masih tertutup. Itu suara Alka, pemuda itu telah pulang setelah satu hari kemarin menghilang. Entah mengapa sudut ruang di hati Tera merasa lega akan kedatangan sosok yang bahkan tak diharapkannya hadir dalam kondisi seperti ini.

"Mau ketemu sama adik kamu. "

"Dia bukan adik aku, Mi, dia anak jalang itu!"

Tera kembali membuang pandangnya saat mendengar suara Madam Amel,dan juga meredam rasa sakit dihatinya kala Alka kembali menyebutnya anak jalang.

"Udah tidur kayaknya. "

Namun suara Alka kembali membuat Tera mau menatap pintu kamar itu yang masih tertutup.

"Dari tadi pagi, lho,  mami ketuk-ketuk nih pintu sambil teriak, tapi adik kamu ngurung diri terus di kamar, heran deh, dia laki apa perempuan yang lagi datang bulan?! "

"Alka enggak tahu, mami kapan pulang? "

"Semalam. "

"Mami sebenarnya dari man-"

"Mami mau tidur! "

Tera merekam percakapan mereka dari dalam kamar sambil menatap pintu, membayangkan dua insan Ibu dan anak berinteraksi dengan percakapan yang tak harmonis. Tera pikir Alka mungkin sama sepertinya, brokenhome yang senasib.

Lama termenung sambil menatap pintu, hingga tak sadar seseorang memasuki kamar dengan aura mendominasi. Tera terkesiap saat tak sengaja kedua maniknya bersitatap dengan mata tajam yang dibingkai garis dahi tegas itu.

"Kenapa enggak keluar kamar, lo?!" Alka melempar jaketnya asal setelah melepas benda tersebut dari tubuhnya. "Ngambek? Apa karena enggak dikasih makan? "

L E N T E R A [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang