Bab 16 ~Keputusan~

8 1 0
                                    

Rai mengeluarkan senjatanya serta jurusnya dan terbang menuju monster itu.

Aria yang melihatnya pun menangkis serangan Rai dengan tombak api miliknya dengan satu kali tangkisan. Ia mengeluarkan segel seperti jaring besar ke monster itu. Monster itu seketika jatuh terperangkap. Buuuummmmm!!!!. Monster itu lemah dan tidak bisa bergerak. Rai pun terkejut akan tindakan Aria.

Orang-orang yang menonton dibawah sontak kagum melihat kemampuan Aria yang luar biasa. Tidak kalah dengan kemampuan Rai yang digadang-gadang sebagai calon panglima masa depan. "Wowww Permaisuri Putri yang baru sungguh hebat yaaa!!! Waahh ini benar-benar tontonan yang luar biasa" mereka bersorak dan bertepuk tangan untuk Aria.

"Tidak salah aku memilihmu sebagai Permaisuri Putri negeri ini. Wahai rakyatku dia adalah pahlawan negeri ini, sampaikan ke penjuru negeri kehebatan dan keberaniannya!!" Kata Toma sambil mengangkat tangan Aria ke atas dan di sambut sorak sorai rakyat.

"Tapi kenapa kau tidak membunuh monster itu?" Kata Toma melanjutkan.

Semua menunggu jawaban Aria begitu juga Rai disana. Aria pun menjawab, "Walaupun dia bersalah hari ini, tapi bagaimanapun juga ia telah berjasa menjaga perbatasan dari wabah tikus di kedua negara. Tanpanya pasti kita saat ini kita sedang kelaparan karena kekurangan bahan makanan. Perbuatannya atas korban sungguh tidak bisa dibenarkan. Tapi daripada ia dibunuh, demi mengingat jasanya lebih baik kita menghukumnya dengan mengurungnya di lembah terdalam Lembah Aignes. Untuk keluarga yang ditinggalkan walaupun tidak sebanding dengan nyawa yang hilang aku mohon pada Yang Mulia untuk memberikan upeti dan menaikkan derajat mereka sebagai bagian dari Kerajaan Adelard" kata Aria dengan tenang dan berwibawa.

Toma Adelard tertawa bangga dan bertepuk tangan, "Hahaha, tentu saja akan aku kabulkan permintaanmu. Luar biasa, hahaa kau memang luar biasa. Aku bangga padamu. Ayo kita rayakan semua ini!! Pengawal cepat bawa dan antar monster itu ke Lembah Aignes!" Kata Toma.

Pengawal bersiap membuat tandu raksasa untuk membawa monster itu. Aria terus melihat monster itu. Rai terus memperhatikan Aria. Rai merasa ada yang janggal karena walaupun Aria telah menang melawan monster itu tapi raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa senang. Ekspresi datar dan serius menatap monster itu. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

.

Keesokan paginya pun tiba. "Kasim Lii!!? Kasim Liii!!" Kesa memanggil Kasim Lii dengan ekspresi kebingungan seperti sedang mencari sesuatu.

"Ada apa Yang Mulia?? Apa Yang Mulia cari?" Kata Kasim Lii.

"Apa kau tau dimana gelangku?" Kata Kesa.

"Gelang???" Kata Kasim Lii.

"Iya gelang biru emas dari Sekar yang biasa aku pakai, apa kau tau?" Kata Kesa yang sambil mencari-cari membongkar kamarnya.

"Bukannya itu selalu Yang Mulia pakai dimanapun dan kapanpun. Hamba sama sekali tidak melihatnya Yang Mulia" kata Kasim Lii.

"Iya tapi sekarang tidak adaa... ayo bantu aku cari.. semua dayang dan pengawal juga ikut cari sekarang juga sampai ketemu". Kata Kesa sambil memegang kepalanya mencoba mengingat dimana ia letakkan gelangnya.

"Baik Yang Mulia!!" Kata Kasim Lii dan semuanya. Mereka pun mulai mencari. Sudah dua jam mereka mencari ke seluruh istana. "Yang Muliaaa.. kami sama sekali tidak menemukannya.. kriuuuukkk.. ahhh hehe" perut Kasim Lii yang gendut pun kelaparan karena telah lelah mencari-cari hingga ia berkeringat seluruh tubuh dan berantakan.

"Aduuhh bagaimanaa ini?? Tidak mungkin bisa hilang. Tapi tunggu ada satu orang yang pasti tau. Ayo kita jumpai Aria untuk menanyakannya" Kata Kesa.

"Tapi Yang Muliaa.." Kasim Lii pun ikut dengan perutnya yang kelaparan.

Nine PainWhere stories live. Discover now