[26] iFFy: Sorry!

32 6 7
                                    

Jadi mungkin gadis yang dibicarakan oleh Seonghwa selama ini adalah gadis yang sama yang juga dibicarakan oleh Jay. Pria itu benar-benar tak berpikir bahwa dunianya akan sesempit ini. Tapi, bagaimana bisa Seonghwa menyembunyikan fakta itu dari Jay? Bukankah itu artinya sang sahabat telah bersikap licik pada Jay selama ini.

Pertemuan antara mereka bisa dibilang dalam waktu yang berdekatan. Hari-hari dimana keduanya berbunga-bunga menjadikan gadis itu sebagai topik utama dari obrolan mereka juga berlangsung di tempo waktu yang sama.

Bodohnya Jay yang tak peka saat itu. Apapun yang dilakukan oleh Seonghwa saat itu bukan kesalahannya. Jay bahkan menyumpahi gadis yang berani menolak sahabatnya, padahal si gadis tak lain adalah kekasihnya sendiri.

Lalu, apa arti cincin yang melingkar di jari saat itu? Gadis itu bahkan selalu mencurigai Jay dan bertingkah layaknya korban yang sesungguhnya. Padahal kini Jay merasa sebaliknya. Tapi mungkin saja apa yang ia lihat adalah kesalah pahaman sama seperti persepsi Dara pada Han Sohee waktu itu.

"Ah... Masa bodoh!"

Jay menatap bayangan wajahnya di pantulan cermin toilet rumahnya. Baru saja ia memuntahkan busa pasta gigi dari mulutnya. Ritual menggosok gigi pagi hari sudah selesai. Lalu, apa yang akan ia lakukan pagi ini? Ia tak pergi ke kantor karna telah meletakkan jabatannya sebagai CEO beberapa waktu yang lalu untuk menghadapi hari-hari sibuknya mempersiapkan pernikahannya. Tapi semua rencananya hancur berantakan, jadi mungkin pagi ini ia akan pergi jogging.

"Batalkan saja semuanya! Gedung, catering dan rancangan busana yang sudah kupesan dari desainer gaun," gumam Jay seusai mencuci muka.

Ia kembali menatap wajahnya yang terpantul dari cermin. Kantung matanya semakin menghitam karena akhir-akhir ini susah tidur. Dalam semalam mungkin ia hanya bisa tidur paling lama satu jam dan entah mengapa sepanjang hari ia tetap tak merasakan kantuk menyerang.

Ini aneh. Bahkan ia heran bagaimana ia masih bisa hidup sehat setelah itu. Dari mana energi yang ia dapatkan untuk jogging, pergi ke gym dan sesekali berkaraoke di kamarnya. Hidup kacaunya benar-benar seperti sebuah candaan.

Berbeda dengan dulu ketika ia gagal menikah dengan Charli, ia bahkan tak ingin bangun dari tempat tidurnya. Tapi justru sekarang adalah saat-saat terparahnya. Meski waktu itu dia merasa hancur, ia masih bisa merasakan bahagia ketika melakukan hobinya. Bahkan ia bisa mengalihkan rasa sedihnya dengan melakukan kegiatan positif.

Sedangkan kali ini, ia hanya merasakan kosong. Meratap pun serasa tak ada gunanya. Ia pun tak bisa mengutuk takdirnya sendiri. Semua seolah berjalan tapi tetap tak berarti bagi Jay sendiri.

Lalu, bagaimana dengan Dara?

***

Tim marketing yang sudah menyiapkan kejutan kini terdiam, sorakan mereka tertahan mendapati wajah datar Dara yang baru saja memasuki ruangan.

Beberapa banner bertuliskan "Congratulation" dan balon-balon yang dipasang sebagai dekorasi di kantor seolah tak ada di mata Dara. Semua itu hanya seperti mimpi buruk. Gadis itu berjalan menuju mejanya dan mulai menyalakan komputer.

Semua orang yang ada di dalam sana kebingungan dengan sikap Dara. Mereka seperti tak terlihat, bahkan Hyukwoo, Harry bahkan Minsik tak berani menanyakan tentang "Hari Baik" yang seharusnya mereka rayakan bersama.

"Dara, bisa ke ruanganku sebentar?" pinta Hoody yang menyadari situasi di sana sedang tak bagus.

"Baik, tim-jangnim."

Dara beranjak dari duduknya dan mengekor pada Hoody yang berjalan menuju ruangannya. Di antara mereka hanya hening. Jantung Hoody saat itu berdebar-debar. Ia takut akan menanyakan hal yang tak seharusnya ia tanya. Ia tak berani menanyakan tentang bagaimana rencana pernikahan Dara dengan Jay yang sebelumnya telah dibocorkan oleh Co-CEO Kim Soohyuk. Tapi di sisi lain, Hoody juga penasaran. Bukan hanya itu, ia mungkin bisa membantu menasehati Dara jika ia menemukan kendala.

IFFY [M]Where stories live. Discover now