[04.]

261 40 3
                                    

Seminggu setelah Cahya mendatangi pesta ulang tahun Zalsa. Kini laki laki itu sedang duduk mengerjakan tugas kesenian nya. Berkali kali Cahya mengeluh dengan hasil karya nya , laki laki itu benci kesenian. Gambaran nya tidak pernah bagus, warna nya tidak rapi, serta coretan nya terlihat asal.

Laki laki itu mengambil ponsel nya ,mencari nama teman dekat yang selalu menjadi tempat nya mengaduh,berkelahi, dan bercanda. Siapa lagi kalau bukan..

"Hallo Jang"

"Yo ada apa"

"Info tugas kesenian"

"Aduhh, belum dapet bocoran"

"Lo kira Mtk apa"

Jangga terkekeh di sebrang sana. Cahya hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil mengelus dada.

"Gue nggak bisa gambar Jang"

"Gue apalagi"

"Gue jago nya gambar alien Ya"

Setelah itu Jangga memutuskan sambungan begitu saja. Lagi lagi Cahya hanya bisa bernafas lelah, teman sekaligus sahabat nya itu memang aneh. Mempercayai sesuatu yang belum pasti ada, itulah Jangga.

"Apa gue jalan jalan aja ya"

"Siapa tau dapet inspirasi"

Laki laki itu bergegas mengambil hoodie biru nya yang tergantung di dalam lemari lalu berjalan keluar rumah.

Minggu ini cerah sekali. Di luar Cahya bisa langsung melihat bapak bapak lanjut usia yang masih aktif berlari lari kecil memutari komplek perumahan, ada ibu ibu yang menjemur pakaian bayi anak nya, serta dua saudara yang sedang bermain berlarian kesana kemari.

Dulu aku sama kak Janu juga gitu...

Diam diam Cahya teringat masa kecil nya yang selalu bersama Janu kemana pun laki laki itu pergi. Cahya selalu ingin ikut Janu, bagi Cahya kakaknya itu adalah pahlawan saat diri nya di ganggu teman teman nya. Tapi sekarang ,semua itu sudah tidak berlaku untuk Cahya. Janu sudah berubah. Dia bukan lah Janu yang dulu.

"Kak ambilin bola ku dong"

Cahya tersadar dari lamunan nya. Bola basket itu berhenti di sebelah kaki nya. Laki laki itu segera mengambil nya lalu melemparkan nya. Anak laki laki di seberang jalan itu menangkapnya lalu mengucapkan terima kasih sambil mengacungkan jempol nya. Laki laki itu hanya tersenyum.

Cahya kembali berjalan, entah tempat mana yang akan laki laki itu kunjungi yang pasti Cahya harus menemukan inspirasi. Langkah nya berhenti di dekat lapangan alun alun kota. Mata nya memicing memastikan objek yang dilihat nya tidak salah. Seorang laki laki yang sedang melukis sambil mendengarkan lagu. Laki laki itu mengenakan kemeja biru muda dengan setelan celana jeans hitam panjang. Laki laki itu memasukan kemeja nya ke dalam celana. Dengan kacamata di wajah nya, kesan culun langsung bisa Cahya lihat dari penampilan nya. Sangat berbeda saat pertama kali mereka bertemu. Cahya mengenal laki laki itu, tapi Cahya tidak tahu apa laki laki itu masih mengingatnya.

"Kak Ranjan ?"

Wajah laki laki itu terangkat, bibir tipis nya tersenyum hangat. Entah kenapa hati Cahya seakan ikut tersenyum.

"Eh kakak ngapain disini , kebetulan ya kita ketemu"

Lagi lagi Ranjan tersenyum , seperti tidak ada beban saja.

"Kamu sendiri sedang apa disini ? oh iya jangan panggil saya kak , panggil mas saja"

Cahya mengangguk paham, jujur saja laki laki itu kurang mahir menggunakan bahasa formal. Cahya merasa sedikit canggung.

"Maaf apa kamu tidak nyaman dengan saya ?"

"Eh?"

"Bukan gitu eh seperti itu, eh aduh gimana ya"

Untuk Cahya[END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang