"Hahaha"
Ranjan dan Cahya tertawa. Dua laki laki manis itu menatap Janu kesal, pasalnya si objek yang diajak bercanda tidak tersenyum sedikit pun. Masih setia diatas motornya, Janu menatap bosan keduanya.
"Yaelah serius mulu idupnya" gumam Cahya.
Geming. Beberapa detik berikutnya tidak ada yang mau membuka suara. Hingga suara Ranjan yang dingin dan tegas memecah susana canggung diantara ketiga nya.
"Lebih baik masuk dulu"
Janu menolak, jelas laki laki itu ingin cepat cepat pulang.
"Nggak usah sungkan" ucap Ranjan lagi.
"Ayo Ya"
Detik berikutnya Ranjan menarik tangan Cahya agar masuk, melihat itu Janu segera turun dari atas motornya.
"Nggak bisa" Laki laki itu menarik tangan adiknya sedikit kasar,
"Buruan ambil dasi lo!"
Mendengar itu membuat Ranjan menghembuskan nafas lelah, ternyata Janu tidak pernah berubah.
"Iya sudah kalian tunggu disini"
Ranjan mengiyakan permintaan Janu, ia masuk ke dalam rumah nya. Tidak butuh waktu lama bagi Ranjan untuk menemukan nya, karena laki laki itu selalu menyimpan barang barang nya dengan baik.
Setelah beberapa menit laki laki itu kembali menemui keduanya yang masih menunggu di luar gerbang. Tidak hanya membawakan dasi, Ranjan juga membawa tote bag kecil di tangan kanan nya.
"Dari mama" ucap nya.
Cahya menerima tote bag kecil itu dengan senang hati, berbeda dengan Janu yang tidak suka diberi sesuatu, laki laki itu segera menarik tangan adiknya mendekat.
"Nggak usah" desis Janu dengan suara dingin nya.
"IHH APA APAAN SIH!!"
Diluar dugaan Cahya malah berteriak tepat di telinga kanan nya, suara itu membuat telinga nya sakit.
"Bisa nggak sih lo kalo ngomong nggak usah teriak teriak!!"
Cahya menggeleng, "LO JUGA BISA NGGAK SIH DIEM AJA"
"Cenda!" Janu menggertakan gigi nya,
"Jam berapa besok wisuda nya ?" tanya Ranjan.
Mendengar pertanyaan itu membuat Janu lagi lagi memutar bola matanya malas.
"Ngapain sih lo nanya itu, penting buat lo ?"
Ranjan mengangguk, "Kalo ada waktu aku datang, kamu juga ?"
"Najis banget pake aku-kamu"
"LO KENAPA SIH DARITADI SENSI MULU ?? PMS??" Cahya menggelengkan kepala nya tidak percaya, karena dari tadi wajah Janu terlihat kesal. Padahal saat berangkat tadi wajahnya baik baik saja.
Sementara Ranjan hanya terkekeh mendengar pertanyaan konyol anak itu.
"Sebaiknya kalian pulang, sudah malam" Ranjan mendongak menatap langit yang semakin gelap. Matanya juga sudah berat, Ranjan ingin tidur..
"Hati hati ya"
Melihat Cahya yang sudah naik di atas motor membuat Ranjan tersenyum singkat, di depan nya ada Janu yang menatap lurus ke depan. Cahya melambaikan tangan nya, senyum anak itu tidak luput dari penglihatan nya malam itu.
"Makasih ya mas, gue balik dulu"
Ranjan tersenyum, motor Janu perlahan meninggalkan rumahnya. Bayangan punggung Cahya terlihat semakin kecil, lagi lagi ia mendongak menatap rembulan yang ada di atas nya. Diam diam Ranjan tersenyum culas,
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Cahya[END]✔️
Teen FictionBoleh kah Cahya marah pada tuhan karena telah mengambil satu persatu orang terdekatnya ? Nyatanya, anak itu merasakan kehilangan lagi dan lagi.