6. Malaikat Penolong

2.1K 564 54
                                    

"Maaf kami tidak membutuhkan karyawan paruh waktu."

"Aku bisa melakukan apa saja. Menyapu, mengepel, mengelap semua barang-barang hingga mengkilap."

Wanita paruh baya di hadapan Ana itu memandangnya sejenak, dan kemudian menggeleng dengan ekspresi yang dibuat agar terlihat menyesal. "Maaf, Miss, aku rasa sudah jelas perkataanku tadi. Kau bisa pergi sekarang."

Ana menggumamkan ucapan terima kasih dengan pelan, kemudian berlalu dari toko itu. Ini adalah tempat ketiga hari ini yang menolaknya untuk bekerja.

Harus di mana lagi dia mencari? Pembayaran sewa flatnya kurang dari satu bulan lagi, dan ia harus sudah mendapatkan uang sebelum itu, atau dirinya akan diusir.

Untuk meminjam uang dari tempatnya bekerja sekarang, ia tidak berani. Ana sudah memiliki terlalu banyak memiliki pinjaman di sana.

Sisa gajinya hanya cukup untuk biaya hidup, dan sedikit menabung untuk membayar kuliah juga pinjaman mahasiswanya. Seandainya ia memiliki rumah untuk pulang. Sebuah keluarga yang menunggunya.

Oh, ia punya rumah tentu saja. Rumah kecil peninggalan ibunya di Spokane, yang berjarak hampir tiga ratus mil dari sini, dan berpenduduk sekitar dari dua ratus ribu jiwa.

Akan tetapi, ia sudah menyewakan rumah itu segera setelah ibunya meninggal, dan Ana sudah menerima uang sewanya selama lima tahun, yang mana uangnya sudah ia gunakan untuk biaya awal kuliahnya dulu, itupun masih kurang. Masih dua tahun lagi sebelum ia bisa menerima uang sewa lagi.

Selain itu, ia tidak memiliki keluarga lain. Ayah kandungnya sudah meninggal sejak ia berusia delapan tahun. Meskipun ibunya menikah lagi, tiga tahun kemudian, ia tidak memiliki saudara lain.

Intinya, ia hidup sebatang kara. Seorang gadis ceroboh, kikuk, cacat, memiliki masa lalu buruk, dan tidak punya siapa-siapa. Yah, itulah dia.

Ana melangkah pelan menyusuri deretan perumahan mewah yang memang sering ia lalui. Sudah lebih dari satu minggu berlalu sejak ia bertemu Tyler dan juga Beatrice. Ia merindukan bocah itu. Mungkin saja ia bisa berlarian lagi di taman bersama Tyler dan melupakan sejenak kesulitan hidupnya.

Seandainya ia menjadi anak kecil lagi seperti Tyler dan tidak beranjak dewasa.

Ia memiliki kehidupan yang sempurna saat ayahnya masih hidup. Mereka memang bukan keluarga kaya, tetapi ayahnya selalu memanjakannya.

Ayahnya adalah seorang buruh harian di ladang gandum yang kadang akan mengajak Ana kecil bekerja bersamanya. Lalu, ibunya yang sangat pandai memasak itu akan mengirimkan makan siang, dan mereka makan bersama di pinggiran ladang gandum.

Itu adalah hidup sempurna yang pernah Ana miliki. Kesempurnaan yang tiba-tiba direnggut setelah ayahnya terkena serangan jantung di pagi hari yang dingin, dan meninggal saat itu juga tanpa mereka sempat untuk mengucapkan selamat tinggal.

Hidupnya tidak sama lagi setelah itu. Ibunya bekerja sepanjang hari di ladang gandum menggantikan ayahnya, dan ia lebih sering berada di rumah sendirian. Lalu pria itu datang dan ...

"Ana!"

Suara itu membuat Ana menoleh, ia tersenyum lebar saat melihat Beatrice melambai dari sebuah rumah yang pasti adalah milik wanita itu.

Suara itu membuat Ana menoleh, ia tersenyum lebar saat melihat Beatrice melambai dari sebuah rumah yang pasti adalah milik wanita itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukWhere stories live. Discover now