DIA DAN HUJAN

182 64 195
                                    


01.

SELAMAT MEMBACA

🍂

Suara gemricik hujan terdengar jelas dari balik tembok sekolah. Membuat seorang pria yang saat ini tengah berdiri tegak di dekat jendela, memandang turunnya tetes demi tetes hujan yang turun begitu deras. Sesekali air hujan pun menyiprat mengenai wajah tampan nya.

Pria itu menghirup bau hujan yang terbawa angin memasuki rongga hidung nya, sesekali ia pun memejamkan mata untuk menikmati aroma bau hujan yang sangat ia sukai. Terkadang ia pun menangkap suara riuk pikuk para murid yang berlarian dan berteriak bermain di bawah derasnya air hujan.

Saat ia masih menikmati aroma hujan, telinga nya menangkap suara seseorang yang tengah menggumam kan syair puisi.
Bait demi bait puisi ia bacanya, membuat pria yang tengah memajamkan matanya kembali membuka nya.

Pria yang saat ini sudah membuka mata pun menoleh mencari sumber suara itu. Suara nya berbisik namun masih terdengar begitu jelas di telinga nya. Pria itu mulai berjalan saat ia melihat sosok wanita yang tengah membaca sebuah buku duduk di kursi paling belakang.

" Siapa yang masih kekanak kanakan
untuk menikmati turun nya hujan?"

"Aku.... "

"Ya, aku menikmati setiap tetes air hujan yang turun dan menyapa tanah tandus tadi siang."

"Aku menikmati dan mendengar ia terjatuh
Memikirkan sesuatu yang amat menjadi pertanyaan di benak ku."

"Apakah ia terluka? Apa ia menyesal, karna ia terjatuh dari atas sana?"

"atau ia malah merasa senang karna ia bisa menyapa tanah, yang mungkin saja ia pun merindukan nya."

"Aku belajar sesuatu dari semua pertanyaan konyol ku itu"

"Bahwa setiap hal yang sudah menjadi takdir mu,entah itu menyakitkan atau pun menyenangkan"

"Terimalah, karna hujan pun menerima semua orang yang tak suka padanya."

"Dan itulah takdirnya."

Prok.. Prokk.. Prokk

Pria itu bertepuk tangan saat wanita yang tengah membaca puisi itu menyelesaikan bait terakhir dalam tulisan nya.

Sontak wanita yang masih terduduk di bangku nya pun terkejut saat mendengar pria itu bertepuk tangan untuknya.

"Buat gue?," tanya wanita itu sembari menunjuk dirinya sendiri.

Pria itu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Puisinya bagus" ujarnya kagum

"Jago juga bikin puisi," lanjutnya terkekeh

"Sejak kapan gue suka bikin puisi?" Balas sang wanita lalu berdiri dari duduknya.

Pria yang masih berdiri di hadapan wanita itu pun mengerutkan dahinya, saat mendengar jawaban yang sang wanita lontarkan.

"Bukan puisi lo?" Pria itu bertanya dengan raut kecewa.

PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora