Accident

507 35 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Minggu pagi adalah kegiatan bagi Naren untuk mengantarkan kue-kue basah pesanan dari ibunya. Naren memutuskan untuk menggunakan sepedanya sekalian menikmati waktu pagi.

"Ini bu, kue pesanannya".
Naren menyerahkan beberapa kotak kue sebagai pesanan terakhir kepada seorang ibu muda di depannya ini.

"Makasih ya mas. Uangnya sudah saya transfer ke rekening Bu Wina".
Ucap ibu muda itu. Sepertinya keluarganya sedang mengadakan acara syukuran kecil-kecilan melihat ada beberapa mobil yang terparkir.

"Sama-sama Bu. Kalo gitu saya permisi".
Naren mengundurkan diri. Dia kembali mengayuh sepedanya.

"Naren?".
Panggilan itu membuat Naren menolehkan kepalanya ke samping kanan.

"Mbak Kila".
Naren berucap sedikit terkejut. Tidak menyangka akan bertemu perempuan cantik itu lagi.

"Kamu ngapain di sini?"
Shakila yang juga sedang mengayuh sepedanya itu bertanya pada Naren. Dia yang memang berniat bersepeda itu tidak menyangka akan bertemu Naren di sini.

"Saya baru saja mengantar kue".
Naren menoleh sekilas pada Shakila yang menggunakan celana training panjang dengan kaos abu-abu yang melekat erat di badan perempuan itu.

"Abis ini mau ke mana?"
Shakila berusaha memfokuskan pandangan dari Naren dan jalan di depannya.

"Hmm mungkin pulang".
Jawab Naren terdengar ragu. Dia juga tidak tau setelah ini dia mau ke mana. Karena sejak awal niatnya hanya mau mengantarkan kue.

"Temenin saya sebentar mau? Kita keliling sini aja".
Naren sedikit bingung hingga akhirnya dia menganggukan kepala tanda setuju. Kini keduanya bersepeda dengan santai. Sesekali Naren menoleh ke arah Shakila memastikan perempuan itu tidak menabrak karena terlalu bersemangat bercerita.

"Pak Ratno itu sering banget ngejek saya karena ngga paham pelajaran dia. Sejak itu saya mati-matian belajar dan akhirnya nilai fisika saya tinggi".
Shakila masih menjelaskan pembahasan mereka semalam. Naren bahkan tidak menyangka bahwa Shakila adalah lulusan SMA yang sama dengan tempat dia bersekolah.

"Mbak Shakila ngga suka pelajaran fisika?"
Naren berusaha mencairkan obrolan mereka. Mereka sudah duduk di sebuah kursi yang ada di taman kompleks. Naren masih meluruskan kakinya.

"Ngga. Saya lebih suka belajar kebahasaan. Itu kenapa saya ambil sastra Inggris saat kuliah".
Shakila membenarkan ikatan rambutnya yang panjang. Hal itu membuat Naren secara tidak sadar mengamati perempuan itu lebih lama. Keringat yang menetes di sekitar dahi dan pelipis perempuan itu membuat Naren tanpa sadar mengangkat tangannya.

"Eh"
Shakila segera menolehkan pandangannya pada Naren. Remaja itu sama kikuknya dengan Shakila. Dia dengan kurang ajarnya berusaha mengelap keringat di pelipis perempuan cantik itu.

"Maaf mbak, saya ngga tega liat mbak keringetan begitu".
Ucap Naren penuh penyesalan. Dia segera menjauhkan tangannya dan memundurkan tubuhnya dari Shakila.

"Ya ampun ngga papa kok. Saya cuma kaget tadi. Saya emang sering keringetan gini Ren kalo capek".
Shakila berusaha mengelap sendiri keringat di sekitar wajahnya.

"Kamu sudah makan?"
Pertanyaan Shakila dijawab gelengan oleh Naren. Cowok itu memang belum sempat sarapan tadi. Shakila berdiri dari duduknya dan segera berjalan ke arah pinggir jalan. Di sana ada satu gerobak bubur ayam yang terlihat baru datang.

"Mang saya pesen dua ya bubur ayamnya. Nanti antarkan ke sana ya".
Tunjuk Shakila pada tempat di mana Naren duduk. Tukang bubur itu terlihat beberapa kali mengobrol dengan Shakila hingga membuat perempuan itu tertawa karena candaannya.

"Kita makan dulu ngga papa kan?"
Ucap Shakila setelah kembali duduk di samping Naren.

"Ngga papa mbak".

Keduanya kembali terdiam. Hingga tidak beberapa lama dua mangkuk bubur yang masih hangat diantarkan oleh tukang bubur itu.

"Yah saya lupa bilang ngga pake kacang".
Perkataan perempuan itu membuat Naren tanpa sadar memisahkan kacang dari buburnya. Dia meletakkan kacang-kacang itu ke piring kecil di bawah mangkok.

"Makan punya saya aja mbak".
Naren menyerahkan buburnya ke hadapan Shakila. Perempuan itu terkejut bukan main. Dia tidak menyangka Naren mau bersusah payah melakukan itu untuknya.

"Eh ngga papa Ren. Saya bisa sisihkan sendiri kok".
Shakila berusaha menolak. Dia tidak ingin dianggap cari perhatian oleh Naren.

"Ambil aja mbak. Nanti keburu dingin buburnya".
Naren mengambil alih bubur milik Shakila yang masih bertebaran kacang. Dia menyuapkan sesendok bubur itu ke dalam mulutnya. Berusaha abai pada tatapan Shakila pada dirinya.

Shakila yang merasa diabaikan seperti itu akhirnya memakan bubur nya dengan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan.

Tidak terasa mangkuk bubur mereka sudah kosong. Shakila meminum sebotol air mineral yang juga dia pesan tadi.

"Sebentar ya, saya pulangin mangkoknya dulu".

"Biar saya aja mbak. Sekalian saya bayar".
Ucap Naren merasa tidak enak. Walaupun dia belum bisa sepenuhnya menghasilkan uang sendiri, rasanya tidak nyaman jika seorang perempuan membayarkan makannya.

"Eh ngga papa. Anggep aja ini tanda ucapan terimakasih saya karena kamu udah nolong saya waktu itu".
Shakila masih membawa bawa bantuan Naren saat acara pernikahan Genta.

Shakila segera membawa dua mangkuk itu berjalan ke arah tukang bubur yang ada di ujung jalan. Dia bahkan tidak menyadari bahwa Naren mengikutinya dari belakang. Naren tetap berusaha untuk membayar makanan mereka.

"Kok ikut Ren. Kamu tunggu aja di sana".
Shakila menghadap ke belakang. Dia berjalan mundur perlahan sambil berusaha berbicara dengan Naren.

"Saya ngga enak kalo mbak Kila yang bayar makannya".

"Hmm lain kali deh kamu gantian traktir saya makan gimana? Biar impas".
Shakila memberi penawaran. Jalannya yang mundur tanpa sadar membuat dia lengah. Sebuah motor melaju dari arah kiri jalan. Dengan kecepatan tinggi motor itu akan menabrak Shakila. Naren yang kaget segera menarik Shakila memutar tubuh perempuan itu hingga berada di posisi yang aman.

Bruuk

Pyaaar

"Naren!!"
Teriakan Shakila dan suara pecahan membuat beberapa orang di sana segera mengerubungi asal suara.

Shakila segera berjongkok di samping Naren. Dia meringis melihat kondisi cowok itu.

"Ssh"
Ringisan Naren rasakan saat mengangkat tangan kanannya. Shakila berusaha mengecek keadaan cowok itu. Ada beberapa luka di tangan kannn Naren juga beberapa goresan di pelipis kanan Naren.

"Mbak bawa ke rumah sakit aja".

"Naik mobil saya aja".

Beberapa saran dari orang-orang di sekitar Shakila membuat perempuan itu akhirnya tersadar dari keterkejutannya. Dia segera meminta bantuan dari beberapa orang untuk membawa Naren ke rumah sakit.

Kini keduanya sudah berada di mobil yang membawa mereka ke rumah sakit. Kepala Naren diletakkan di paha Shakila. Satu orang di depan adalah pemilik mobil dan satu lagi orang yang membantu mengangkat Naren.

"Mbak saya masih bisa duduk kok".
Naren yang berusaha bangkit dari posisinya segera ditahan oleh Shakila.

"Eh jangan. Udah kamu tidur aja. Jangan banyak gerak dulu takut ada lukanya tambah parah".
Perkataan Shakila membuat Naren akhirnya pasrah. Dia dapat melihat raut khawatir dari perempuan itu.

~~~~

Bagian 9

Vote and Komen

Call me ziii

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now