Happy Reading!
*****
Setelah cerita selesai, suasana di antara kedua sejoli itu menjadi hening dan berat.
"Kai-"
Deg.
Zyva pertama kali melihat tatapan itu, itu sangat menakutkan.
"Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya? Kau tidak pernah menceritakan bahwa kau di siksa atau di jadikan bahan percobaan, kau hanya memberitahuku bahwa kakekmu selalu mendidikmu dengan keras."
Kaiden mencengkeram bahu Zyva, tidak terlalu kuat, tapi cukup untuk menyalurkan bahwa dia sedang marah.
"Aku tidak mau kau bertindak impulsif karena hal itu, lagipula itu bukan hal yang bisa ku beritahukan dengan mudah."
"Haa~"
Kaiden menaruh kepalanya di antara berpotongan leher Zyva dan menghirup aroma gadisnya yang beraroma vanilla.
"Maaf, aku tidak mau merepotkanmu. Ku pikir dengan meninggalkanmu dan melupakanmu akan membantuku menghilangkan perasaanku padamu, nyatanya, semakin hari, perasaan ini semakin besar."
"Aku semakin merindukanmu, dan aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja, dan kau juga akan segera melupakanku seiring waktu berjalan."
Zyva mengelus punggung lebar Kaiden dan ikut menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher pria itu.
"Itu adalah pemikiran yang konyol."
Kaiden mengeratkan pelukannya, ia masih merindukan gadisnya ini. Rasanya ia hampir gila selama pencariannya dalam 3 tahun terakhir.
"Tolong, jangan pergi lagi. Aku benar-benar akan gila jika kau pergi sekali lagi dalam hidupku."
"Jika kau gila maka dunia tidak akan baik-baik saja."
"Hah? Apa maksudmu?"
"Tentu saja itu karena kau akan mengobrak-abrik dunia karena gila, sebelumnya saja kau sudah gila karena menantang 100 peringkat dunia."
"Apa? Aku melakukan itu agar lebih mudah untuk menemukanmu."
"Apa hubungannya?"
"Jika aku terkenal dan di segani, aku akan mudah untuk mendapat informasi dan menyingkirkan para penghalang."
"Bilang saja kau suka membuat maslah, dasar pembuat onar."
"Berkacalah sayang, kau juga begitu dulu."
Kaiden menatap Zyva dengan kepalanya yang masih ada di ceruk leher Zyva.
"Itu dulu."
"Bagaimana dengan sekarang?"
"Aku lebih suka melihat orang lain yang melakukannya, dan aku akan menonton."
"Lalu, haruskah aku menantang para 100 peringkat dunia itu?"
"Tidak. Bukankah kau sedang terluka?"
"Ya, tapi jika melawan peringkat 30 kurasa aku masih bisa."
"Terserah."
Zyva lalu mendorong Kaiden ke samping dan membaringkan tubuhnya, ia sangat mengantuk karena tadi banyak menangis, dan ini juga sudah malam.
Puk puk.
Zyva menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, dan dengan senang hati Kaiden berbaring di sana.
"Jangan bangunkan aku jika bukan hal yang sangat penting." Gumam Zyva sebelum terlelap di dalam pelukan Kaiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Line [Kaiden X OC] || Eleceed
Fanfiction"Sekarang apa lagi? Takdir macam apa.... aku sudah muak!" Tentang seorang gadis yang ingin hidup biasa saja tetapi takdir yang menuntunnya membuat dirinya semakin menjauh dari kehidupan biasa yang di impikannya. Saat ia merasa dunia begitu tidak adi...