The Fool

157 21 15
                                    





Dawit memandangi cermin dalam waktu yang lama, beberapa kali ia menyentuh permukaan bibirnya dan kemudian termenung mengingat apa yang baru saja ia lakukan terhadap Donghyun.

Seumur hidupnya, ia benci disentuh terlebih lagi bibirnya. Baginya sebuah ciuman adalah sesuatu yang sakral, seperti yang selalu dilakukan ayah dan ibunya sedari ia kecil. Tak seperti seks yang menurutnya sama seperti olah raga , hiburan, atau sarana melepaskan penat, berciuman adalah sesuatu yang lebih intim dan dalam.

Seks bisa ia lakukan dimanapun, kapanpun bahkan dengan mata terpejam atau tanpa melihat wajah lawan mainnya. Berbeda dengan ciuman yang menurutnya melibatkan perasaan, Dawit bukan orang yang mudah terbawa suasana namun yang barusan ia lakukan terhadap Donghyun sangat bertolak belakang dengan prinsip yang dipegangnya selama ini.

"What have i done" Gerutunya kesal.

Dorongan untuk mencium Donghyun datang terlalu tiba-tiba. Ia bahkan tak sempat mengendalikan dirinya untuk mendekat dan menyentuh ranum indah kemerahan itu.

Saat itu ia melakukan apa yang otaknya perintahkan, tanpa bisa memikirkan hal lain.

"Damned you Donghyun."

Hal yang mungkin terlihat memalukan adalah saat anak itu mendorong tubuhnya menjauh. Menolaknya. Melarikan diri darinya.

Tentu saja ia marah.

Mungkin dalam keadaan normal, ia akan menarik paksa tubuh ringkih itu dan membantingnya ke lantai. Lantas melakukan apa yang dulu pernah dilakukannya terhadap Donghyun, dan membunuhnya dengan cara yang paling brutal.

Namun melihat tetes air mata yang jatuh itu seketika hatinya melunak, sesuatu yang tak bisa ia jelaskan dengan akal sehat.

Ia memaki dalam hati, harusnya ini bisa dilakukannya dengan mudah seperti dulu. Kejam, dingin, dan tanpa perasaan.

Namun sisi lain dirinya tak ingin melihat pria kecil itu tersakiti lagi. Seperti semalam saat ia memergoki Baekseung mencekik Donghyun dan mengarahkan pistol ke lehernya, rasasanya Ia ingin menghabisi Baekseung dengan tangannya sendiri.

'Aku sudah tak waras.' Umpatnya dalam hati.  Berusaha sekuat tenaga mengaburkan bayang-bayang Donghyun yang kini menari-nari dikepala.

💠💠💠💠💠



Donghyun membenamkan tubuhnya hingga batas leher ke air hangat. Setelah lelah bergumul dengan rasa takut, kebencian dan air mata, lelaki itu memutuskan untuk melepaskan semua letihnya dengan berendam sejenak di air hangat.

'Something wrong happened'

Ia terus berpikir mencari cari kesimpulan atas yang telah terjadi selama ini. Berawal dari memindahkan dirinya dari kamar sempit dan suram di pabrik tua tak terpakai ke mansion indah di tengah hutan, makan malam bersama di tiap malamnya, buku-buku novel favoritnya, akses menonton film, dan yang terakhir sebuah ciuman hangat dan singkat yang dilakukan meskipun ia harus mengakui ia sungguh membencinya.

'Apa yang laki-laki itu rencanakan?'

'Ini semakin tak masuk akal.'

'Apakah ia akan melakukan sesuatu yang buruk setelah ini?'

'Kepadaku? Kepada Ayah?'

Donghyun memejamkan mata, kemudian menenggelamkan seluruh tubuhnya kedalam air. Menikmati ketenangan hangatnya air yang memeluk erat tiap jengkal tubuhnya.

CYANIDEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora