Kind Person

508 35 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Shakila masih menunggu keadaan Naren di ruang IGD. Dia bahkan tidak bisa duduk dengan tenang. Tatapan matanya tidak lepas dari pintu di mana seorang remaja sedang diperiksa di sana. Hingga pintu terbuka Shakila segera menghampiri dokter yang memeriksa Naren.

"Gimana dokter?"

"Kamu kakaknya pasien atas nama Narendra".
Shakila bingung harus menjawab apa. Dia teman Naren kan? Bukan kakaknya. Tapi Naren selalu memanggilnya mbak.

"Iya dok".
Jawab Shakila pada akhirnya.

"Pasien tidak mengalami luka yang cukup serius. Hanya terdapat beberapa luka gores. Namun, tangan kanannya mengalami patah tulang sehingga butuh waktu lama untuk memulihkannya".

Perkataan dokter itu membuat Shakila ingin memaki. Tadi dokter di depannya ini berkata tidak ada luka cukup serius. Apakah patah tulang bukan luka yang serius? Tolong beritahu Shakila.

"Berapa lama waktu penyembuhannya dok?"

"Kemungkinan 2 sampai 3 bulan. Tergantung dengan pengobatan dan perawatan yang dilakukan".
Shakila mengangguk paham.

"Ini ada beberapa resep obat yang harus ditebus. Setelah ini pasien akan dipindahkan ke ruang inap dan harus rawat inap selama sehari. Kemungkinan jika sudah lebih baik, besok sudah diizinkan pulang".
Dokter itu memberikan selembar kertas berisi resep obat sebelum berlalu pergi dari hadapan Shakila.

Kini setelah Naren berpindah ke kamar inap Shakila duduk di samping ranjang remaja itu.

"Saya ngga papa mbak".
Ucap Naren saat melihat Shakila tidak berhenti menatap tangannya yang dipasang gips.

"Seharusnya kamu ngga perlu nolongin saya. Kan kamu jadi luka gini".
Shakila meletakkan kedua tangannya di ranjang rumah sakit. Kepalanya dia sandarkan di atas kedua tangannya.

"Mungkin kalo saya ngga narik mbak Kila, luka yang mbak Kila dapat bisa lebih parah".
Perkataan Naren membuat Shakila menghela nafas. Benar kata Naren. Ini semua karena dia yang teledor. Dia yang ngga bisa berjalan dengan benar sampai harus membuat orang lain jadi korban.

"Saya selalu hutang budi sama kamu. Baru aja mau lunasin hutang, malah saya udah ditolong lagi sama kamu".
Shakila menatap ke arah Naren. Di saat bersamaan pula pemuda itu menatap ke arahnya.

"Menolong orang itu bukan termasuk hutang mbak. Selagi saya bisa, saya pasti bantu".

Shakila yang akan kembali berbicara terhenti karena suara pintu yang terbuka.

"Naren. Kamu kok bisa sih kecelakaan begini".
Shakila segera bangkit dari duduknya saat seorang wanita yang Shakila perkirakan sebagai ibu Naren datang. Wanita itu segera mengambil duduk di mana Shakila tadi duduk.

"Saya ngga papa Bu".
Ucap Naren menenangkan ibunya. Shakila kembali menoleh saat dua orang remaja seumuran Naren masuk. Salah satunya membuat Shakila mengernyit seperti dia mengenali pemuda itu.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now