30. How Our Story End (Last)

44 4 20
                                    

Hari ini hari pernikahan Hana. Sahabat kedua insan itu kini sebentar lagi resmi berganti status. Sebulan berlalu bagaikan peluru yang ditembakkan dari mulut pistol. Begitu cepat, hingga tak terasa inilah hari yang dinanti-nantikan oleh Hana, juga kedua sahabatnya. Menyaksikan sahabat yang sehari-harinya berpenampilan sembarangan, berbicara nyablak  dan penuh dengan kehebohan, kini berbanding terbalik dengan sikap anggun di samping lelaki pujaannya.

Berbalut gaun pengantin berwarna silver dengan detail payet-payet kecil di sekitar lengan dan pinggang, tak lupa hiasan kepala semakin membuat Hana terlihat lebih dewasa dan anggun. Kecantikan gadis itu sangat memikat siapa saja yang melihatnya.

Kayla berpamitan dengan Milan untuk menyusul Hana di ruang ganti. Ia harus menenangkan Hana yang ia yakin kini sedang menangis gugup karena momen pernikahan hari ini. Usai menutup pintu, benar saja. Hana menangis dengan gaun masih melekat di tubuhnya. Bahkan tatanan rambut yang sudah disusun susah payah rusak begitu saja oleh ulahnya.

"Na.."

Suara Kayla menghentikan tangis Hana. Gadis itu mengangkat wajah, kemudian kembali menangis. Kayla mendekati Hana dan memeluk tubuh Hana dari samping.

"Kay, gue sedih banget.." rengeknya di pelukan Kayla.

"Sedih kenapa? Kan mau nikah, masa sedih?" ujar Kayla dengan lembut. Hana menggeleng sambil bergumam tidak jelas.

"Berarti habis ini gue nggak bisa main sama lo berdua dong?"

"Bisa, lah! Kan tinggal izin ke Faras."

"Tapi kan gue juga ada kewajiban jadi istri, nanti mertua gue marah." Hana merengek seperti balita yang tidak dibelikan mainan.

"Ya gitu resiko jadi istri, harus bisa manajemen waktu. Harus punya prioritas utama, suami atau teman? Kan kita masih bisa ketemu di kampus, santai aja, Na. Tuh, kasihan Faras nungguin daritadi. Masa mau suaminya nikah sama cewek lain?"

Hana langsung duduk tegak dan menyeka airmatanya kasar. Kayla membantu MUA untuk merias kembali wajah Hana yang hancur karena habis menangis tadi.

"Calm down, you can hold my hands if you get nervous."  Kayla berbisik kepada Hana sambil menggenggam tangan Hana yang dingin karena gugup.

"Makasih, gue gugup banget gila! Perasaan semalem nggak segugup ini."

Kayla terkikik, "Namanya juga mau nikah, pasti ada gugupnya. Yuk!" Gadis itu menggandeng tangan Hana menuju tempat dimana pernikahan berlangsung.

Hana tiba ditempat dengan digandeng oleh ayah dan ibunya disamping, sementara itu Kayla di belakang mengikuti iring-iringan pengantin perempuan. Haga juga disana, memakai jas hitam rapi dengan rambut ditata menampilkan jidatnya. Di sampingnya, ada Milan yang balik menatapnya dengan hangat.

"Kay."

Kayla menoleh ke samping, rupanya suara tersebut berasal dari Kanaya. Meskipun terakhir kali meninggalkan kesan kurang menyenangkan, Kayla tetap mengulas senyum untuk gadis itu.

"Jadi bridesmaids juga?" tanya Kayla basa basi. Kanaya mengangguk mengiyakan. Sesaat kemudian, suara dari MC menghentikan pembicaraan mereka. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, kemudian sedikit kultum dari ustadz mengenai pernikahan, dilanjut dengan sungkeman dan acara inti, yaitu ijab kabul yang menentukan sah atau tidaknya kedua pasangan tersebut menjadi suami istri.

"Saya terima nikah dan kawinnya Hana Claravita binti Ikhsan Hartanto dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Sah?" Sang penghulu bertanya kepada audiens. Sontak saja, Hana dan Faras merasa gugup walaupun ijab kabul telah diucapkan.

More Than Friends?Where stories live. Discover now