33 : Simpati

11.6K 1.4K 190
                                    

(Jangan lupa vote dan komen)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


(Jangan lupa vote dan komen)


“Jangan terlalu membenci seseorang, karena bisa saja dia menjadi satu-satunya orang yang sangat mendukungmu di kala keterpurukan.”

— Serambi Masjid —

-
-
-



Pukul delapan pagi ini, di mana matahari telah menaiki takhtanya secara sempurna, Fillah melakukan rutinitas olahraganya lantaran libur bekerja. Laki-laki pemilik mata oranye kecoklatan yang sudah lengkap dengan celana training kesukaannya, juga kaos putih yang melekat di tubuh bagian atasnya, melakukan berbagai macam gerakan guna meningkatkan kebugaran jasmaninya. Ia melakukannya di ruangan kecil di sudut rumah yang langsung menghadap ke halaman, yang sengaja ia atur sebagai ruang olahraga.

"Assalamu'alaikum."

Tiba-tiba suara salam terdengar, dan langsung dijawab oleh Fillah. Laki-laki itu mengalihkan pandangan, menatap ke arah seseorang yang muncul dari balik pintu lantas memasuki ruangan yang sama dengannya.

"Sudah shalat dhuha-nya?"

Sang empu yang ditanya pun memberikan anggukan sebagai jawaban. Dengan pakaian rapi yang melekat di tubuh, Ilana melangkah mendekat sembari menggendong seekor kucing yang langsung menyita perhatian sang suami.

"Itu kucing siapa?" Fillah bertanya dengan menunjukkan raut wajah bingung. Pasalnya, ia belum pernah melihat kucing yang ada di gendongan istrinya. Tentu saja itu bukan Zebra.

Setelah mendudukkan diri di sebuah kursi sembari memperhatikan Fillah yang tengah melakukan pull-up, Ilana lantas menjawab, "Ini suaminya Zebra, Gus."

"Hah?" Salah satu alis Fillah terangkat ke atas. "Suami?"

"He'em."

"Sejak kapan kucing punya suami?" tanya Fillah heran sendiri. Pernyataan dari istrinya ini tidak masuk akal.

"Sejak Mas Cakra bilang kalau ini suaminya Zebra," jawab Ilana sembari menahan senyum lantaran merasa gemas dengan kucing jantan tersebut.

"Kok jadi Bang Cakra?"

"Soalnya Mas Cakra yang lihat dia sama Zebra lagi fotosintesis."

"Fotosintesis apa? Kucing? Hewan bisa fotosintesis? Mana ada."

Ilana mengedikkan bahu, tetapi juga mengangguk mengiyakan. "Katanya Mas Cakra begitu. Ila saja bingung."

Helaan napas panjang terdengar. Fillah yang tak mengerti maksud dari pembicaraan Ilana hanya pasrah dan tak mau ambil pusing. Tentu ia sudah tahu jika kakak iparnya itu memang sedikit aneh. Semakin ke sini, semakin ke sana. Tak heran jika Ilana membicarakan hal yang tidak jelas, toh itu sumbernya dari Cakra.

Serambi MasjidWhere stories live. Discover now