-ᴅᴀʏ 5

132 25 98
                                    

Senyum ceria yang Sunoo tampilkan menyebabkan aku semakin tersipu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum ceria yang Sunoo tampilkan menyebabkan aku semakin tersipu. Dirinya menunduk, memasukkan satu potong tteokbokki kedalam mulut. Kurva senyum di wajahnya tak kunjung menghilang.

"Jihye, berapa persen rasa-mu ke aku?" Di sela-sela mengunyah, dia bertanya.

Aku hanya berdehem sesaat.

Pertanyaan dari bibir Sunoo barusan membuatku berfikir. Mengira-ngira sejauh mana perasaanku pada pemuda di hadapanku ini.

Jika boleh jujur, aku tidak yakin dengan diriku sendiri. Otakku terus mendiskripsikan rasa aneh yang ku alami akhir-akhir ini sebagai lebih dari rasa suka. Meskipun begitu, tetap ada rasa ragu... apa aku benar-benar sudah jatuh cinta?

Apakah aku mulai mencintai Kim Sunoo?

Aku tidak yakin, tapi bayangan akan sosok Yang Jungwon yang biasanya selalu berkeliaran di pikirku tanpa dikomando, perlahan menghilang tergantikan oleh senyuman manis nan tulus serta tatapan dalam Kim Sunoo.

"Jihye? Kok ngelamun?"

Kulihat Sunoo masih setia menatapku bibirnya tidak berhenti mengunyah.

"A-anu... kamu tadi nanya apa?" tuturku memintanya mengulang.

Aku sebenarnya ingat pertanyaan Sunoo tadi, kalimat barusan itu terlontar secara refleks.

Kudengar hembusan napas berat darinya sebelum akhirnya anak lelaki itu terkikik.

"Kamu itu ngelamun terus," tawanya terdengar renyah, "Berapa persen rasamu ke aku?"

Aku mengulum bibir sebelum berujar, "Mungkin sekarang 70 persen."

Sunoo manggut-manggu, sembari tersenyum.

Setelah jawabanku, tidak ada lagi dialog diantara kami. Aku dan Sunoo sama-sama memilih diam dan menghabiskan seporsi tteokbokki yang dipesan tadi.

Di sela-sela makan Sunoo selalu menyempatkan diri untuk  melirikku beberapa kali. Tentu saja tindakannya itu berhasil membuatku bersemu malu.

Sunoo menghabiskan isi mangkoknya terlebih dulu. Dia memintaku makan dengan santai dan aku hanya mengganguk menurut. Lagi pula aku tidak ingin tersedak jika nekat menghabiskan makan dengan cepat.

Namun arloji-ku telah menunjukan pukul lima sore, jika tidak cepat-cepat kami akan tertinggal bus. Dan aku tidak ingin itu terjadi.

Kulihat anak itu merogoh ponselnya dari dalam saku celana. Beberapa saat kemudian kedua jempolnya bergerak cepat diatas papan keyboard, sepertinya dia tengah membalas pesan dari seseorang.

Awalnya aku tetap biasa dan fokus pada mangkok di hadapanku, sampai akhirnya mataku memicing ketika anak laki-laki bersurai legam di hadapanku ini tersenyum cerah.

Bukan tersenyum padaku melainkan tersenyum menatap ponselnya.

Menyebalkan! Apakah ponselnya itu lebih menarik daripada gadis manis di hadapannya ini?

ᴀꜰᴛᴇʀ ꜱᴜɴꜱᴇᴛ - ᴋɪᴍ ꜱᴜɴᴏᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang