07

86 14 1
                                    

PERINGATAN!!
Terdapat adegan dewasa. Harap bijak membaca

'Tanda'


Baca chapter 2 bagi yang lupa dengan alur ceritanya :)

Kepulan asap rokok mengudara. Perawakan seorang siswa menjepit puntung rokok di kamar mandi. Dia bukan nakal. Tapi itu sebuah kebiasaan lama.

Oikawa meresapi ketenangan batinnya dibawah suara desahan Sugawara. Mata menyala emasnya semakin meredup hingga satu kedipan itu membuat warnanya berubah semula.

Tangannya menggenggam entah sepuluh atau lima pil suppressant. Dia hanya berjaga-jaga jika Sugawara kehilangan kendali. Sepuluh menit membuat pemuda bersurai pucat itu menenggak pil atau bertambah satu beban merepotkan. Dia menginjak putung rokoknya menyisakan abu hitam.

Suara desahan itu tak terdengar lagi. Hanya suara erangan dan sedikit tangisan putus asa. Oikawa berusaha mati-matian menekan feromon agar omega itu tak mendeteksi keberadaannya. Perlahan ia membuka bilik itu. Terlihat Sugawara bersandar di toilet duduk, bajunya acak-acakan. Tangan kirinya basah oleh cairannya sendiri.

Oikawa berjongkok tangannya menjepit pipi pucat Sugawara hingga bibirnya sedikit terbuka.

"Kau harus menelan pil mu" Belum sempat ia menjejalkan pil Sugawara sudah menabraknya dengan pelukan. Suppressant di genggaman jatuh berserakan. Ia bisa merasakan omega kecil menyedihkan ini menciumi lehernya.

Oikawa yang risih memegang bahu Sugawara berusaha membuat jarak.

"Kau alphakan... bantu aku kumohon..." Sugawara melingkarkan tangannya erat di leher Oikawa. Pemuda bersurai coklat itu mengeram menahan birahinya. Ia harus segera menyelesaikan ini atau Ushijima akan kemari.

Lengan kekar yang kerap mengumpan bola voli kini merengkuh pinggang ramping Sugawara. Kulit tangannya sedikit bersentuhan dengan kulit pinggang mulus pria pucat itu membuat sensasi berbeda.

"Buka mulutmu..." Oikawa menatap serius wajah memerah itu.

"Tidak...Kau akan memaksaku meminum pil itu... itu membuat perutku kram" Sugawara semakin merapatkan tubuhnya menghirupi tubuh tegap itu.

Sugawara menangkup wajah yang tak asing baginya lagi. Kewarasannya sudah diambang batas. Ia tak bisa menahan lebih dari ini. Perlahan kecupannya ia jatuhkan tepat disudut bibir Oikawa. Pria itu tetap tak bergeming dan hanya diam berusaha menstabilkan feromonnya.

Tak mendapat penolakan aksinya semakin berani ia menggigit kecil telinga dan leher lalu beralih semakin menjadi menelusupkan lidahnya disela bibir Oikawa. Sugawara bisa melihat jelas alpha itu sedang goyah akan godaannya. Wajahnya merah padam sayup ia mendengar erangan dan tepat bagian yang ia duduki kini berubah mengeras seolah ingin dibebaskan.

Bagian perut bawahnya semakin sakit. Celana jersey orange hitam miliknya telah tanggal entah kemana. Oikawa bisa melihat jelas gundukan dibalik baju jersey itu. Dia mencengkram pundak Sugawara meremas kuat kain satu-satunya yang bertahan ditubuh pria dipangkuannya.

Stamina Oikawa mulai terkuras karena menahan insting buasnya. Rabaan tangan kurus membelai bagian privatnya. Satu tarikan pelan resleting celana kain ia dengar. Sugawara memposisikan dirinya memimpin proses penyatuan. Oikawa dibuat panik saat ia merasakan miliknya telah setengah berada dalam tubuh omega itu.

Bohong jika ia tak merasakan kenikmatan. Tapi ia tak mau terlalu jauh memenuhi insting gila Sugawara.

"Arghhh...hnggg... sakit" Sugawara bersandar ia tak mampu melanjutkan. Oikawa bernapas cepat tubuhnya memanas. Ada perasaan lega saat Sugawara menyerah akan penyatuan mereka. Namun rasa tak puas dan menginginkan muncul membara membuat dirinya dikuasai nafsu.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang