12. Fall in love is'nt hurt right?

247 32 13
                                    



        Sorak riuh penonton menggema menandakan pertandingan ronde ketiga telah berakhir. Kelas 11 IPA 2 memenangkan pertandingan.

Zia yang sedang mentralkan nafasnya tidak henti-henti tersenyum. Ia tidak percaya akan menang

Zia beranjak untuk menghampiri teman-temannya di tribun, namun seseorang menghentikan langkah gadis itu membuatnya melongo melihat Juan yang kini berdiri dihadapannya dengan paper bag putih.

"Congrats ya Zia," katanya lalu menyerahkan paper bag putih itu, membuat gadis dihadapannya terdiam bingung.

Mengerti ekspresi Zia, cowok itu tersenyum tipis, "Ini hadiah dari ekskul kita, anak-anak lain yang ikutan porak juga kebagian semua kok,"

Zia mengangguk mengerti, "Makasih," katanya menerima paper bag itu. Lalu tersenyum singkat pada Juan dan beranjak dari sana.

Gadis itu menghampiri Lia dan juga teman sekelasnya yang sudah berkumpul dilapangan dekat tribun.

Lia tersenyum lalu memeluk Zia erat,
"Selamat Zia, tuh emang feeling gue gak pernah salah. Lo pasti menang," katanya dengan heboh.

"Selamat ya Zia, lo keren banget."
kata Shela mengacungkan dua jempol tangannya pada Zia. Disambung oleh anak-anak lain yang juga memberi gadis itu selamat.

Zia tersenyum tipis menanggapi, "Makasih juga kalian udah support gue."

"Syukur banget ada yang menang dari kelas kita, jadi gue besok gak perlu repot-repot harus menang." celetuk Gama yang tersenyum senyum disamping Miko, cowok itu mengangguk setuju.

Azwin melirik sinis pada kedua cowok itu, "Gak bisa gitu dong, harus menang lah!" katanya sedikit sewot.

"Karina aja bilangnya gak harus menang, ngapa jadi lo yang sewot Win?" tanya Hanafi balik, yang sudah dihadiahi tatapan tajam oleh Azwin.

"Hhh.. can u two stop fighting? Malu woy this is public place!" omel Felix tidak lupa dengan bahasa campur-campurnya.

"Tau nih, ish.. malu-maluin aja deh," sahut Zahra sambil menyesap es jeruk disamping Shela, sedangkan Shela hanya terdiam.

Eric mendesah kecewa saat melihat keributan itu terhenti, "Lagi rame padahal," celetuknya yang langsung dihadiahi cubitan ditangannya oleh Azwin. "Sakit woy!"

Murid kelas IPA 2 yang ikut ke gor hanya 9 orang, diantaranya Gama, Lia, Hanafi, Felix, Shela, Zahra, Eric, Miko, dan Azwin. Seharusnya ada Shanin, namun gadis itu tidak datang.

"Udah! Udah! Mending lo semua balik ke sekolah, siapa tau Alin udah selesai tandingnya," titah Lia pada teman-temannya itu.

Mereka semua mengangguk lalu berhamburan keluar Gor. Setelah teman-temannya pergi, Zia menoleh pada Lia.

"Mau nonton Jevin dulu?"

Lia mengangguk excited, "Iya... kalo lo mau duluan ke sekolah gapapa Zi, tapi nanti jemput gue ya," pintanya dengan senyum manis.

"Gue temenin lo aja disini, lagipula disekolah juga gue gaada temen ngobrol. Pasti Natasha sama Karina sibuk ngurusin Gabriel," katanya yang membuat Lia tersenyum terharu.

Gadis itu merangkul tangan Zia, "Lo emang bestie gue pokoknya, nanti gue traktir deh," katanya sambil menarik Zia menaiki tribun.

"Oh iya, btw Shanin kemana ya. Kok gak kesini tuh anak," ucap Lia lagi, gadis itu baru tersadar tidak melihat batang hidung Shanin sama sekali. Padahal kemaren gadis itu bilang akan ke Gor untuk mensupport Zia.

Zia mengedikan bahunya, "Gatau, emang gak ada bilang di grup?" tanyanya lalu duduk di tribun paling bawah.

"Gaada, Karina sama Natasha juga belom ada chat." kata Lia menghidupkan hapenya lalu mematikannya kembali. Kemudian gadis itu memutar bola mata malas, "Ini pasti si Dirga yang gak ngebolehin Shanin kesini, tuh cowok tuh emang, males komen deh gue,"

UdapilWhere stories live. Discover now