XX

382 50 5
                                    

An : adegan baku tembak.

...

Seharusnya, malam hari adalah waktu mereka bersantai, tapi malah Victoria mengajak Wira untuk berjalan - jalan ke tengah kota, tanpa Irsan pula. Mereka berangkat sejak Victoria pulang sekolah di sore hari, dan mereka berjalan - jalan hingga malam hari, tapi tenang, Irsan mengizinkan asal tetap dalam pantauan.

Maksudnya, memberi kabar setiap melakukan kegiatan, Irsan jadi was was sendiri pada istri dan putrinya, apalagi sejak adegan tusuk menusuk kemarin.

Kini, mereka berdua hendak pulang karena sudah hampir larut, mereka lebih dulu beristirahat sejenak di halte bus karena lelah. Tak banyak yang mereka beli, hanya beberapa-ekhem-skincare dan sejenisnya juga camilan tentunya, tapi tetap saja itu melelahkan.

Wira yang akan memesan taksi sedang Victoria hanya duduk seraya menikmati buah stroberi yang tadi mereka beli di supermarket, tapi yang kini Victoria perhatikan hanya Wira yang berkali - kali berdecak kesal karena ponselnya mengalami lag. Wira sebenarnya ingin menghubungi Irsan saja, tapi terakhir Irsan berkata kalau ia masih ada urusan di kejaksaan, jadi Wira memilih pesan taksi.

Wira dapat mendengar suara langkah kaki sejak ponselnya mengalami lag, membuat ia sontak mencari sumber suara dan menemukan sosok laki - laki yang tengah memperhatikan mereka dari jauh, lantas mulai lanjut berjalan beberapa langkah, dan berhenti lagi kala ada orang yang lewat. Wira menyipitkan matanya, melihat lebih detail tentang sosok itu, hingga lama kelamaan ia mengenali pakaian yang dipakai oleh lelaki yang pernah membuatnya menderita itu, membuatnya langsung menarik tangan Victoria untuk pergi dari sana.

"Mama kenapa sih? Ada ap-" Wira menaruh telunjuk di bibir seraya masih berlari, bukannya ia tak berani dengan sosok tadi, tapi ia juga melihat kondisi kalau ia kini bersama Victoria.

Wira terus melihat ke arah gedung - gedung yang ada di sana seraya berlari, lantas langsung menghela nafas lega kala mereka sampai di depan club malam. Wira menoleh sejenak, benar, sosok itu mengikuti mereka, lantas cepat - cepat Wira bawa Victoria ke dalam dan duduk tepat di depan counter.

"Kenapa harus ke sini? Kan ada tempat lain?" Victoria berani bertanya setelah dirasa sedikit aman.

Wira menarik nafas sejenak sebelum menjawab, "kamu bukan sekali ada di sini, setiap mama dikejar dia kan kita selalu ada di sini."

Wira merasa kalau club malam lebih aman untuk berlindung dari penjahat seperti tadi, karena ya tempat ini begitu ramai, setidaknya si penjahat akan kesulitan mencari mereka. Memang ada tempat lain seperti pusat perbelanjaan yang tadi mereka kunjungi dan beberapa restoran yang masih buka, tapi si penjahat tadi sudah sedikit dekat dengan mereka, kalau tidak lari sejauh mungkin mereka tidak akan selamat.

"Kali ini mau pesan apa?" Seorang bartender menghampiri mereka, tentu saja bartender itu sudah mengenal Wira.

"Angel shot with lime." Wira mengerling seraya menunjuk sosok lelaki tadi dengan dagunya.

Sang bartender menoleh ke arah pandang Wira lantas mengangguk, "siap, mau ke mas manager dulu, heh kamu! Ini jagain dulu, i have some business with my husband.

Bartender tadi berlalu setelah memanggil salah satu temannya, tapi Wira belum ada niat memesan, ia harus menghubungi Irsan dahulu. Wira kembali mengintip sejenak, sosok lelaki itu masih di sana, duduk diam seraya memperhatikan mereka, terutama memperhatikan Victoria yang bingung kenapa Wira terus mengintip ke salah satu tempat.

Karena Victoria pikir, sosok tadi sudah pergi dan tak lagi mengikuti mereka.

Setelah memperhatikan lama, Wira akhirnya memutuskan untuk menghubungi Irsan, sedikit sulit rasanya karena Irsan tak kunjung menjawab panggilannya, setelah empat kali panggilan, barulah Irsan menjawab.

Jaksa Aktivis | Sanwoo/Woosan [END]Where stories live. Discover now