Jangan Pergi

43 3 0
                                    

Ayra dan Fathan kini sudah berada di dalam ruang ICU. Meski pun tadi sempat berdebat dan memaksa, karena anak kecil tidak boleh masuk ruang ICU. Tapi berkat permohonan Ayra ke dokter Irawan yang menangani Arbyan selama koma. Akhirnya Fathan pun diperbolehkan masuk le ICU tapi hanya 10 menit saja.

"Daddy bobo telus cii..". Ucap Fathan sedih.

"Makanya Athan berdo'a supaya daddy cepet bangun dari bobonya ya nak". Balas Ayra sambil memangku Fathan.

Fathan pun memegang tangan Arbyan meski awalnya agak takut. Karena peralatan medis yang menempel pada tubuh Arbyan.

"By sadar dong, Athan pingin sama kamu. Setiap malem sebelum tidur Athan selalu bilang kangen sama kamu". Lirih Ayra menatap nanar wajah Arbyan.

Wajah yang Ayra rindukan selama ini, mungkin selama 12 tahun ini. Tak pernah Ayra menatap lama wajah Arbyan, meski waktu itu mereka bertemu kembali tapi Ayra tidak pernah lama menatap Arbyan, saling tatap saja tak kuasa karena takut semakin tidak bisa move on. Lagipula saat itu status Ayra calon tunangan Gio, tentu Ayra jaga perasaan Gio.

"Maafin aku ya By, selama ini aku selalu nyangka kamu..... ". Ucap Ayra menggantung.

Ia tidak melanjutkan perkataannya karena ada Fathan, takut Fathan dengar. Apalagi daya tangkap Fathan yang cerdas.

"Bangun By, demi Athan aku mohon. Meski setelah ini kamu marah sama aku ya gak apa-apa aku terima". Ucap Ayra lagi dengan mata yang berkaca-kaca.

Ia tidak sanggup menatap lama-lama wajah pucat Arbyan dengan memar-memar di wajah Arbyan yang masih terlihat. Luka memar yang kakaknya buat, nampak damai memang mata terpejamnya Arbyan tapi itu menyakitkan untuk Ayra.

"Napah daddy mayah ama mommy??". Tanya Fathan tiba-tiba.

"Eemm.. Gak nak.. daddy gak marah kok sama mommy, kan daddy baik". Alasan Ayra berbohong.

Benar saja Fathan mendengar ucapan Ayra barusan. Padahal Ayra sudah berhati-hati jaga perkataannya.

"Seandainya semua yang terjadi di kisah kita bisa terulang kembali. Aku akan coba lebih ngertiin kamu By, gak nuduh kamu yang bukan-bukan". Lirih Ayra kini didalam hati saja.

Ayra pun memberanikan diri menyentuh pipi Arbyan.

"Aku dan Athan gak bisa lama-lama disini, kamu cepet sadar ya By". Ucap Ayra mulai bangkit dari kursi yang berada di samping brankar Arbyan.

"Miss you so much, By". Bisik Ayra di telinga Arbyan sebelum keluar dari ICU.

"Yuk nak kita keluar, jangan ganggu daddy ya. Biar nanti daddy cepet bangun dari bobonya". Ajak Ayra menuntun Fathan.

Mereka berdua pun keluar dari ICU, dengan Fathan yang masih menoleh ke arah Arbyan.

"Daddy.... !". Teriak Fathan tangisnya pecah.

Segera Ayra menggendong Fathan karena takut kalau sampai ada yang lihat Fathan menangis di dalam ICU, besok-besok tidak diperbolehkan masuk lagi.

Tanpa diketahui Arbyan menggerakkan sedikit jarinya saat tadi Fathan teriak memanggil 'daddy', dan saat Ayra berbisik 'Miss You'.

"Sssttt... Anak mommy jangan cengeng ah. Gak boleh nangis sayang. Kalau nangis nanti gak boleh lihat daddy ke dalem ruangan itu". Ucap Ayra menenangkan Fathan.

"Muu ama daddy, mommy... Aku muu ama daddy". Rengek Fathan manja.

"Iya kalau mau sama daddy, Athan gak boleh nangis ya. Janji gak sama mommy??". Ucap Ayra masih membujuk Fathan.

Fathan pun mengangguk dan menunjukkan jari kelingkingnya untuk berjanji. Ayra yang paham pun menautkan jari kelingking ke jari kelingking Fathan.

Tak lama Ncus dan Rudy datang untuk menjemput Fathan.

The Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang