bab tiga. jualan risol

120 16 7
                                    

Tema: Lokal (Indonesia) AU!
Prompt: Serba-serbi Kehidupan Mahasiswa

☆☆☆☆☆☆

"Biar aku aja yang jual risolnya."

"Hah?"

Tawaran Damian meluncur setelah ia melihat Anya diganggu kakak tingkat dari kejauhan. Dia juga bodoh, menyuruh gadis merah muda itu yang jelas-jelas bukan anak dana usaha tapi menyuruhnya jualan risol. Damian pikir, Anya punya cara bicara yang bagus dan bisa menarik perhatian orang-orang untuk membeli jajan demi menunjang kehidupan organisasi, tetapi yang dilihatnya malah pemandangan menyebalkan.

Yah, Damian sih tidak terlalu khawatir karena Anya bisa saja mematahkan burung kakak tingkat yang mengganggu. Namun, ia terburu keusik dengan tingkah lelaki-lelaki menyebalkan itu.

Anya bingung, tentu saja. Beberapa hari yang lalu Damian memaksa bahkan marah-marah padanya untuk membantu organisasi jualan risol padahal dia bukan anggota danus, melainkan keamanan. Alasan Damian kedengaran konyol mengatakan bahwa Anya bisa menarik orang-orang untuk membeli danusan, daripada memperpanjang debat ia mengiyakan dan membawa kotak risol kentang lalu menjajakannya ke area kampus. Memang hasilnya lumayan, sejak dia melakukan danusan dadakan karena Damian, mereka selalu kehabisan risol. Dia tak tahu kalau hari ini hari apesnya karena diganggu kakak tingkat bahkan sampai mencoleknya, kurang ajar emang.

Damian melempar tatapan tajam pada kaum lelaki tersebut sembari merangkul Anya, membuat mereka menjauh dan meninggalkan keduanya. Lebih baik tidak macam-macam dengan Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) daripada urusannya rumit. Ia lalu beralih pada Anya, merampas kotak plastik berisi risol dari tangan si gadis, tetapi Anya merebutnya kembali.

"Aku aja!"

"Gak usah, biar aku aja yang jualan!" Damian membantah, menarik kotak plastik tersebut dari tangan Anya.

Anya tak terima, menarik kotak mendekat ke arahnya. "Aku-aja-yang-jualan!"

"Ya udah, kita jualan sama-sama."

"Gak, nanti Damian gengsi."

"Lah gengsi kenapa?"

"Damian 'kan Ketua HMP, masa' jualan risol."

"Ketua juga bisa bantu anggotanya kali," ketus lelaki berambut cokelat tua tersebut. Ia mengambil kotak kembali dari tangan Anya dan berjalan lebih dulu meninggalkan sang gadis. Tanpa membuang waktu, Anya pun berjalan membuntuti dan menyamakan langkahnya di sisi Damian.

Mereka sudah lama dekat karena berada di sekolah yang sama. Tak disangka saat kuliah mereka kembali bertemu meski beda prodi. Titel untuk sekarang sih teman, tetapi Damian masih belum yakin dengan perasaannya begitupula dengan Anya. Keduanya saling melihat satu sama lain sebagai orang menyebalkan, hanya saja mereka juga saling peduli. Buktinya, Damian terus-terusan memantau Anya saat jualan risol sampai dia tahu kalau gadis itu diganggu kakak tingkat. Di satu sisi dia juga merasa bersalah karena sudah memaksa Anya, maka dia juga bertanggung jawab atas risol yang mereka jual untuk pemasukan organisasi.

"Makasih ya, Damian." Anya berucap riang diiring iris zamrud yang berkilau. Lawan bicaranya melirik sekilas, menyadari kilap mata Anya membuatnya tersentak dan mengalih pandangan.

"Iya," jawab Damian pelan, terdengar cuek padahal dia tak berani menatap Anya.

"Makasih."

"Ya."

Anya menggeram, menarik napas dalam-dalam dan berteriak di samping Damian. "TE-RI-MA-KA-SIH-DA-MI-AN!" Ia beralun, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Damian terkejut bukan main, mengusap telinganya yang berdenyut karena mendengar teriakan makhluk mungil di sampingnya.

"Iya iya!" jawab si lelaki pasrah. "Bawel." Ia lalu berucap ketus, membuat Anya terkekeh dan kembali ke dalam mode berjualan setiap ada orang yang lewat atau menunggu di koridor kampus. Mungkin wajah Damian yang menawan dapat menarik kaum hawa untuk membeli risol mereka, juga kaum adam yang tertarik pada Anya (dan dihalau secepatnya karena kecemburuan Damian) hingga hari berakhir dan risol mereka pun habis. Hari itu lah mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua dengan kedok jualan risol.

l'amour de ma vie || damianya [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang