Gaza - 4

6 1 0
                                    

"Syif, tadi papaku nelpon. Kita di suruh izin pulang ke Bandung."

"HAH!? Kok mendadak?."

"Iya, kata papaku nenekku lagi sakit makanya aku di suruh izin sekolah untuk jenguk nenek." Tutur Fanya dengan wajah yang nampak sendu. "Kalau kamu nggak mau ikut pulang temenin aku, juga nggak papa kok, nanti biar aku izin sekolah dan pulang sendiri untuk jenguk nenekku ke Bandung. Aku sangat khawatir sekali dengan keadaan nenekku karena tidak biasanya nenekku jatuh sakit."

Syifa menghela nafas pelan, "Siapa bilang gua gak mau! Kita kan teman kalau lo pulang ke Bandung gua juga akan izin sekolah ikut pulang lo ke Bandung. Dan kita akan jenguk nenekmu bersama-sama. Udah lo tenang saja jangan khawatir." Ujar Syifa. Bagi Syifa, Fanya tak hanya merupakan sosok sahabat karibnya saja, namun sudah ia anggap sebagai saudara Syifa sendiri. Jadi kalau ada keluarga Fanya sedang kesusahan atau sakit Syifa juga akan ikut sedih, "Oke kita siap-siap dulu. Biar gua bantu cari tiket kereta yang berangkat sebentar lagi biar kita cepet sampek ke Bandung."

Fanya mengganggu lalu berjalan ke arah lemari baju untuk mengeluarkan koper dan baju yang akan mereka bawa ke Bandung.

"Ini gua udah dapat 2 tiket. Keretanya akan berangkat 20 menit lagi. Semua sudah siap kan?."

Fanya mengangguk, "Udah kok! baju kamu juga udah aku masukin ke koper. Kamu ganti baju dulu saja biar aku yang ganti pesenin taxi online."

Tok Tok Tok

"Masuk pintunya gak di kunci kok!." Teriak Fanya dari dalam kamar.

Selang benerapa detik terdengar suara pintu yang berdecit pelan, "Loh kalian mau kemana kok sudak rapi trus bawa koper juga?." Tanya Meira heran.

"E-emm, kita mau pulang ke Bandung Tan."

"Loh kenapa? Kalian gak betah ya nginep di rumah Tante?." Tanya Meira dengan wajah lesu.

"Ehh-enggak kok Tan. Kita mau pulang ke Bandung karna nenek aku sakit. Jadi aku dan Syifa mau jenguk nenek ke Bandung."

"Kenapa gak bilang sama Tante? Kan tante bisa suruh Gaza buat antar kalian berdua."

"Ehh gak usah Tan, gak usah repot-repot. Pasti Kak Gaza juga banyak kerjaan. Ini tadi papa ngabarin aku juga mendadak banget jadi gak kepikiran yang lain. Yang aku pikir cuma pengen cepet-cepet pulang."

"Ya sudah gak apa-apa. Kalo gitu Tante telpon Gaza dulu biar bisa ngantar kalian ke Bandung."

"Gak usah Tan. Aku sudah pesan tiket kereta api berangkatnya 15 menit lagi. Kita izin pulang dulu ya Tan." Jawab Syifa yang berjalan dari arah kamar mandi.

"Ya sudah kalau begitu kalian berdua hati-hati di jalan ya."

"Iya Tan."






***


"Ma! Aku mau minta izin sama Mama."

Meira mengejutkan dahinya, "Izin untuk apa?."

Gaza terdiam sebentar, "Emm, sebenarnya 1 bulan yang lalu Gaza baru saja beli apartemen Ma. Rencananya Gaza ingin pindah ke apartemen yang sudah Gaza beli. Jadi Gaza minta izin sama Mama untuk izinin Gaza pindah ke apartemen. Kebetulan apartemen Gaza deket banget sama sekolah dan tempat usaha Gaza. Di rumah sekarang kan sudah ada Syifa dan Fanya. Jadi Mama masih ada temen di rumah, dan rumah ini juga gak akan sepi-sepi amat walaupun Gaza gak tinggal lagi di rumah ini. Sebenernya Gaza tinggal maupun pindah juga gak akan ada bedanya karna Gaza setiap hari juga sibuk dengan kegiatan Gaza yang sangat padat."

Meira menghela nafas kasar, sebenarnya ia ingin menolak rencara sang anak, namun ia tak boleh egois demi kepentingan pribadinya. Gaza anak lelakinya ini sudah besar, dirinya ingin mandiri sebagai Mama yang baik seharusnya dirinya mengizinkan Gaza untuk tinggal sendiri di apartemennya sekalian belajar hidup lebih mandiri lagi. Benar memang kata Gaza, bahwa sekarang sudah ada 2 anak perempuan yang bisa menemaninya setiap hari, "Baik kalau itu sudah kamu pikirkan matang-matang dan sudah menjadi keputusanmu. Mama sebagai orang tua hanya bisa mendukung apa yang kamu inginkan, asal kamu jangan lupa sering-sering main ke sini." Setelah bergelut dengan semua pemikiran di otaknya, akhirnya Meira dengan berat hati menyetujui rencana Gaza untuk pindah ke apartemen.

Gaza tersenyum kepada Meira, "Makasih ya Ma, Udah ngertiin Gaza."

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya Gaza sampai di unit apartemen miliknya.

Memang unit apartemen miliknya tidak terlalu besar. Tetapi tak apalah yang penting Gaza bisa membeli unit tersebut dengan usahanya sendiri.

Gaza naik ke lantai atas untuk pergi ke dalam kamar, apartemennya ini memiliki 2 kamar tidur di lantai atas dan 1 kamar tidur di kamar bawah.

Setelah memindahkan baju dan barang-barangnya dari koper ke lemari, Gaza berjalan menuju meja belajar untuk mengerjakan laporan kegiatan siswa di bulan lalu.












TBC

Jangan lupa vote dan komen karna vote itu gratis ‼️

GazaWhere stories live. Discover now