Bab 44

114 16 1
                                    

Dari dalam mobil, perempuan itu memandangi sosok Rami yang kini tengah terlibat pembicaraan serius dengan Ganesha di luar sana. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dan sesekali menunjuk ini dan itu. Rami terlihat sangat fokus ketika melakukan pekerjaannya.

Sementara ia memilih untuk menetap di dalam mobil untuk beberapa waktu sembari menunggu pakaian yang ia kenakan kering karena duduk di depan AC mobil.

Saat keduanya tiba di lokasi ke tiga. Rami segera menghampiri Ganesha dan meminta kembali kunci mobilnya. Mengambil sesuatu dari bagasi belakang, kemudian memerintah Diola untuk segera pindah ke dalam mobilnya.

Ia lalu menyodorkan sebuah kaus dan menyuruh Diola agar cepat mengganti pakaiannya. Terang saja hal tersebut mendapatkan penolakan dari perempuan itu.

"Kenapa, Dio?" pria itu membaca raut tidak setuju Diola.

"Aku nggak mungkin pakai itu—"

"Kamu nggak akan pakai ini ke acara nanti malam. Aku jamin. Ini hanya sementara, Sayang."

Diola menautkan kedua alisnya. Ragu.

"Apa nggak sebaiknya aku pulang dan—"

Rami memutar kedua bola matanya. "Oh, God. Kenapa kamu keras kepala sekali?"

"Bukan begitu, Ram. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu, tetap di sini dan mengurus pekerjaanmu. Well, aku nggak akan merepotkan ka—"

"Dio, ayolah. Kamu sudah berjanji akan menemaniku sampai urusanku selesai. Dan sebagai gantinya aku akan menemanimu datang ke acara pertunangan Nalani. Begitu kan seharusnya rencana kita hari ini?"

"Ya, benar. Tapi—" Diola menundukkan kepala. "Maafkan aku. Seharusnya memang semua berjalan seperti rencana kita. Aku benar-benar telah mengacaukan—"

"No, no, no. Sayang," pria yang duduk di sebelah Diola di dalam mobil tersebut meraih kedua tangan perempuan itu dan membelainya lembut. "It's okay. Sudah, berhenti membahas itu. Mengerti?"

Diola mengangguk.

"Aku nggak ingin kamu terlihat sedih karena membahas masalah itu lagi. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah membuka pakaian kamu."

Kedua mata perempuan itu praktis membulat. Tidak percaya dengan kalimat perintah yang baru saja Rami ucapkan.

"Buka pakaian? Maksudnya?"

Rami mengangkat sebelah alisnya. Dagunya naik. Mimik wajahnya nakal.

Diola spontan melempar kaus pemberian pria itu tepat di depan wajahnya. Sialan, Ramien 'Mesum' Stanley!

"In your dream!"

Suara gelak tawa Rami terdengar setelahnya. Pria itu tampak puas karena telah berhasil menggoda kekasihnya hingga terlihat sangat kesal.

"Kamu terlihat semakin menggemaskan ketika marah," ejeknya.

Diola tak menggubris ucapan pria itu melainkan bersedekap dan mengerucutkan bibir. Ia pun lalu membuang wajah ke luar jendela.

Sementara tatap mata Rami menjelajahi setiap jengkal tubuh perempuan itu. Dan berhenti tepat di tengah. Tempat kedua gundukan milik perempuan itu tersemat.

"Kamu... Terlihat sangat lezat dan menggiurkan, Dio."

Mendengar kalimat tersebut praktis membuat Diola kembali menoleh dan menatap Rami malu-malu. Wajahnya merona merah.

"Lagi pula," lanjut pria itu. "You're mine. Mine only," tegasnya di akhir kalimat.

Pria itu pun tidak menyia-nyiakan momen tersebut. Pertama-tama ia meraih dagu perempuan itu dengan menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Mengangkatnya, membuatnya mendongak.

AFTERTASTE ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang