Bab 5🍂

75 19 3
                                    

Happy Reading





Terik matahari menyengat kulit seluruh siswa siswi yang kini sedang melaksanakan upacara bendera, rutinitas setiap hari Senin. Sejak tadi tak henti-hentinya beberapa dari mereka mengeluh kepanasan terutama para siswi.

"Aish, Pak kepala sekolah enggak capek apa ya? Panjang bener amanatnya, kulitku berasa kebakar," keluh Caca.

"Aelah, Ca, sabar dikit napa. Disini bukan kamu aja yang kepanasan tapi kita juga," sahut Galang.

Ya, cowok cewek memang tidak dipisah, melainkan di sesuaikan dengan kelas masing-masing.

"Ish! Kamu jangan ikut-ikutan buat kesel deh, Lang. Aku udah kepanasan jangan dibuat tambah kepanasan," kesal Caca.

"Udah-udah, jangan pada berantem. Nanti didengar kakak osis kalian malah dihukum," lerai Lio.

"Iya-iya," kata kedua temannya.

Sedari tadi Lio melihat Caca yang sepertinya benar-benar kepanasan, tangannya tak henti-hentinya mengipasi wajahnya. Dengan inisiatif sendiri, dia membuka jas almamater-nya lalu memayungi kepala Caca. Sedangkan Caca yang mendapat perlakuan mendadak pun terkejut, sontak ia melihat kearah Lio. Pipinya memanas menahan malu, degupan didadanya terasa begitu kencang.

'Ya Tuhan, apa lagi ini?!' batin Caca menjerit.

"Kamu kepanasan 'kan? Yaudah aku payungi aja," tutur Lio.

"M-makasih," gugup Caca.

"Iya sama-sama." Lio membalas dengan senyuman, yang membuat Caca dan beberapa siswi disana baper setengah mampus.

Sementara itu, Galang yang melihatnya entah kenapa merasa tak suka. Ada apa dengan dirinya? Jangan bilang dia ... ah tidak-tidak, Galang menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Tak mungkin anak SMP sepertinya sudah mengenal hal yang belum waktunya ia kenal.

"Kamu kenapa, Lang? Kok geleng-geleng gitu?" tanya Lio.

"Eh, enggak kok." Galang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Lio hanya mengangguk saja.

Lima belas menit berlalu, kini semua siswa-siswi sudah dibubarkan. Tersisa lima menit bel masuk berbunyi dan itu menjadi kesempatan beberapa siswa ataupun siswi untuk pergi kekantin, sekedar membeli minuman atau makanan ringan.

Namun, Lio ddk lebih memilih langsung kekelas setelah upacara selesai. Mereka terlalu malas untuk berdesakkan dikantin, lagipun mereka membawa minum sendiri.

"Eh iya, Lio tugas matematika kamu udah selesai?" tanya Galang.

"Udah, kenapa?" tanya Lio balik.

"Hehe, mau lihat dong," ujar Galang malu-malu.

"Dih, Galang minta PR ke Lio mulu, kerjain sendiri dong." bukan Lio yang menyahut melainkan Caca.

"Sewot aja kamu, Ca. Lagian aku minta PR Lio bukan PR kamu," ketus Galang.

"Dih, kamu tuh har--"

"Udah-udah jangan debat, nih Galang PR-nya," lerai Lio.

"Wah, makasih Lio," girang Galang lalu menatap Caca sembari memperlihatkan buku Lio, Caca menatap sinis Galang yang seakan mengejeknya.

Lio hanya menggeleng tak habis pikir. "Kalian berantem mulu kayak kucing sama tikus."

"Abisnya dia tuh ngeselin, Lio," adu Caca.

"Siapa?" tanya Galang.

"Kamulah! Siapa lagi?!"

"Yang nanya." setelah mengatakan itu, Galang ngacir begitu saja untuk menghindari amukan Caca.

WOUND HEALER? [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang