Bab 22🍂

47 12 2
                                    

Happy Reading






"Lio, masih pagi! Kembali duduk! Jangan coba-coba berdiri sebelum sarapan kamu habis, biar Mamah yang siapin perlengkapan kamu!"

Bulan Juli ini, Lio mulai melangkah memasuki lembaran yang baru, salah satunya pendidikan. Dari jenjang yang sebelumnya masih berstatus sebagai siswa SMP, kini, beralih menjadi siswa SMA. Wah, anak Mamah Inne dan Papah Ananda sudah besar dan dewasa ternyata.

Waktu memang sesingkat itu.

Sambil mengunyah sarapannya, kedua manik Lio bergerak dengan gelisah, dengan kedua kaki yang tak bisa diam. Padahal masih pagi, pukul enam lebih lima belas menit, masih banyak waktu untuk Lio bersiap-siap.

Benda persegi panjang yang ia letakkan disamping, seketika berdering dengan nyaring. Dengan satu tangan yang memegang roti, satu tangannya lagi mengangkat telpon.

"DIH! KATANYA KEMAREN JAM TUJUH, KOK SEKARANG DIPERCEPAT, EMANG RADA-RADA YAH KAKAK KELAS NYA!"

"Lio, Kakak kelasnya enggak salah, kamu yang salah mengartikan, maksudnya tuh jam tujuh udah ada di sekolah, bukan jam tujuh berangkat dari rumah ke sana Lio, buruan, aku otw ke rumah kamu sekarang."

"Bentar, bentar Galang, ah elah! Aku lagi sarapan, ahhh, Mamah!"

Di seberang sana, Galang menjauhkan ponselnya dari telinga, saat suara Lio yang begitu melengking. Tak ada sahutan kembali dari sang empu disana, Galang buru-buru mematikan gawai nya, dan, langsung melesat pergi dengan menyambar kunci motor terburu-buru.

"Topi, topi nya Lio mana, Mah?!"

Inne yang seharusnya duduk anteng menyajikan makanan, kini bolak balik ke atas ke bawah untuk mengecek kembali perlengkapan yang harus Lio bawa di hari pertamanya melaksanakan pengenalan lingkungan sekolah.

"Hari pertama biasanya cuman upacara doang Lio, buku tulisnya satu aja kali ya?"

"Lio enggak tahu Mah, mau bawa satu pack juga enggak papa, sumpah enggak papa!"

Ananda yang melihat istri juga putranya hanya menggelengkan kepala, seraya tersenyum. Melihat hal itu, ingatan Ananda ditarik pada masa silam, dimana saat itu mereka sedang riweuh-riweuh nya saat putra kedua mereka memasuki sekolah menengah atas.

Hari ini, terjadi kembali. Keluarganya terasa hidup saat keadaan seperti ini. Hanya malam hari saja, rumah kediaman Ananda ini akan sepi, hanyut dalam keadaan tenang.

"Lio, oh Lio! I'm coming! Buruan woy, telat nanti baru tahu rasa!"

"GALANG BERISIK DEH, LIO LAGI RIWEUH TAHU! BUKANNYA TOLONGIN JUGA!"

"Papah, ihhh kok sepatunya enggak muat, a-ahh ih!!"

"Lio, semua juga dengan perasaan sayang, jangan terburu-buru seperti itu, ini masih pagi, Galang, nak, kemari dulu, bercandanya ditunda dulu ya, Lio jadi panik sendiri," ujar Ananda. Galang yang disebutkan namanya pun hanya terkekeh pelan.

Lio cemberut, ah, anak ini. Sudah dewasa masih saja sama. Tidak ada yang berbeda, hanya saja, kini tingginya hampir setara dengan Ananda, putih, bersih, bentuk tubuhnya pas sekali, seperti idol-idol diluaran sana. Mungkin, Lio cosplay akan debut jika ada agensi yang memungutnya.

"Jangan lupa papan nama Lio, satu poin lumayan keliling lapangan mampus."

Lio meraba area dadanya, benar juga. Lio hampir saja melupakannya, saat ia hampir siap, Inne datang membawa satu tas, juga papan nama yang wanita itu buat semalam. Lio ingin sekali protes, dari banyaknya warna, kenapa Inne membeli kertas karton itu berwarna pink cerah, bukan Lio tidak menyukainya, enggh, hanya saja, pink itu setara dengan perempuan.

WOUND HEALER? [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang