Still You (Sorry)

978 92 9
                                    

🍂🍂

"Ibu dengar Sai dan Ino tengah menantikan buah hati ke tiga mereka, Sasuke."

"Aku sudah tahu itu, Bu. Aku juga sudah mengirim hadiah untuk mereka."

"Anak Paman Jiraiya semakin cantik loh,"

"Pamannya saja mesum, Bu. Takutnya anaknya juga kelewat mesum, aku kalah saing nanti."

Ibu terus merecokiku tentang pasangan hidup. Entah menyodorkan anak gadis orang padaku atau mengode ingin punya cucu dariku.

Aku hanya menanggapi sekenanya saja.

"Mau sampai kapan kamu sendiri, Sasuke. Umurmu sudah lebih dari tiga puluh tahun, loh."

"Ibu sudah punya cucu dari Itachi, kan, jangan berharap padaku."

"Ish, Hinata saja sudah punya dua anak, Sasuke. Sampai kapan kamu menghukum diri seperti ini !?"

"Aku pernah gagal, Ibu." Aku menatap sendu pada wanita yang telah melahirkan aku. "Seperti saran Ibu, aku mencoba menerima Sakura lebih dari teman. Aku menikahinya, tapi apa ? Kami berakhir di meja hijau, perceraian akhir dari kisah kami. Aku lelah, Ibu."

Aku tahu maksud Ibu baik. Beliau tidak ingin aku menjalani hari tua sendiri, pasti menyedihkan. Hanya saja aku belum mau membuka hati yang telah kehilangan kuncinya.

"Ibu hanya ingin kamu lepas dari masalalumu, Sasuke." Suara Ibu melembut.

"Aku tahu, Bu. Aku bukannya tidak mau. Jejak yang ditinggalkan Hinata begitu membekas hingga aku kesulitan untuk menghapusnya. Terlebih perlakuan burukku padanya membuat aku didera rasa bersalah."

"..."

"Jika masih seperti ini aku tidak akan berhasil menjalani hubungan dengan wanita manapun, Bu."

"Kamu sedang menghukum dirimu sendiri, Sasuke. Kenapa kamu begitu keras pada dirimu sendiri ? Hinata telah memaafkanmu."

Aku segera mendekap wanita terhebatku. "Jangan menangis, Bu. Aku tahu Hinata telah memaafkan. Tapi, rasa bersalahku belum hilang."

"Maafkan aku mengecewakan Ibu lagi."

"Apa yang kamu katakan. Kamu anak kebanggaan Ibu. Kesayangan Uchiha Mikoto."

"Terimakasih, Bu."

Sedikit bercerita tentang aku dan Sakura, kami sempat naik pelaminan, sayangnya pernikahan kami kandas. Sakura memintaku memberi kesempatan, sayangnya aku menutup hati. Pertengkaran menjadi makanan keseharian kami. Hingga, enam bulan pernikahan kami retak, Sakura memilih mengakhiri perjuangan meraih hatiku.

Lagi, aku menyakiti hati seorang wanita karena keegoisanku.

Dalam kesendirian aku berusaha menutup telinga atas sindiran halus yang kerap tertuju, terutama masalah pernikahan.

Seusai menenangkan Ibu, aku berpamitan. Aku memilih kembali ke apartemen ketimbang menginap di rumah orangtuaku.

Sebelum kembali ke apartemen, aku berbelok menuju sebuah kafe. Aku perlu sesuatu untuk mengganjal perut.

Aku turun dari mobil, melangkahkan kaki masuk ke dalam kafe. Tidak lama, seorang pelayan menghampiriku, mengantarku ke meja kosong.

Buku menu diberikan, aku segera memesan pilihanku. Sembari menunggu pesanan datang, netraku mengamati sekitar.

Sasuke & Hinata ✔Where stories live. Discover now