17. Move On?

895 130 44
                                    

Dalam kehidupan, memang tidak ada yang selalu berjalan mulus seperti jalan tol

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




























Dalam kehidupan, memang tidak ada yang selalu berjalan mulus seperti jalan tol.

Oh, jangan salah. Bahkan jalan tol juga tidak semulus orang-orang sering sebutkan.

Selalu ada masalah yang datang silih berganti.

Well, kalau tidak, tidak akan ada yang namanya kenangan indah dan kenangan buruk, bukan?
Itulah juga yang membuat kehidupan bisa lebih berarti dan berwarna.















YA TAPI NGGAK GINI JUGA BANGSAT!

TTAK!

Bunyi tumpukan berkas-berkas yang di teletakkan dengan kasar oleh Langit sejak pagi terus terdengar. Rekan-rekan, bahkan sang atasan, hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum geli karena wajah kesal pemuda tampan itu.

"Fandi anjing!" gerutu Langit sembari terus bolak-balik untuk menyelesaikan seluruh berkas. "Udah tau hari ini harus kelar semua, dia malah dengan entengnya keluar masuk kantor. Dikira bapak dia yang punya ini kantor, ya?"

Salah satu rekan satu ruangan tertawa. "Yang sabar, Langit. Namanya juga orang rekomendasi BOD, udah nggak aneh sih."

"Masalahnya tuh, Mbak, besok udah acara puncak dan besok Sabtu. Sedangkan kata atasan semua berkas harus diserahkan sore ini biar besok tinggal persiapan acara. Gimana nggak Langit katain dia anjing??"



Tidak lama, manusia yang jadi bahan pembicaraan itu masuk ke ruangan dengan angkuh layaknya seperti bos. Setiap pasang mata penghuni ruangan menatap ke arahnya tidak suka.

"Tuh ambil sebagian berkas, Pak Toni minta sore ini langsung serahin," ujar Langit dingin tanpa menatap Fandi.

Sosok hanya membalas perkataan Langit dengan ekspresi wajah seakan-akan meremekan seraya duduk bersandar pada kursinya.

"Lho gimana sih," balas Fandi membuat Langit menoleh cepat. "Lu 'kan lebih senior dari gua soal kerjaan ini, masa perlu bantuan gua buat ngerjain? Lagian, gua 'kan masih baru belum ngerti apa-apa."


Sumpah demi Tuhan kalau bukan di kantor orang itu sudah habis kena bogem Langit.

"Sekarang bukan masalah—" belum selesai Langit berbicara Fandi sudah beranjak dan mengambil jaketnya.

"Gua abis izin tadi, soalnya PACAR GUA lagi sakit. Sorry banget, bro," ujar Fandi sembari tersenyum remeh. "Oh iya, yang semangat kerjanya yang fokus. Nggak perlu mikirin pacar gua, lu nggak guna di kehidupan dia."

Fandi berucap dengan cukup lantang, membuat pandangan setiap penghuni ruangan kini mengarah pada dirinya.


ANJING! Yang benar aja, Karina sakit???


Cerita Kanvas Putih✔️Where stories live. Discover now