Yearbook

399 77 4
                                    


—æ—

Winter melipat tangannya sembari bertekuk lutut dihadapan Nabastala yang begitu megah. Atmanya teruji dengan anila yang menyuruhnya untuk menyerah. Aksanya penuh dengan lara dan ia mengungkapkan harapannya. 

Winter Wish, hirap sudah asa ku pada dunia. Ambil segala gemintang yang tersisa. Jadikan ia kemukus sebagai penyelamat kesempurnaan yang mengadorasikan hidupnya. Kuatkan daksanya agar ia mendengarkan renjana yang membawaku padanya. 

Karina sadar dengan segala keputusannya. Berada di kedalaman danau membuatnya merasakan keheningan yang tenang. Airmata bahkan tak berani mengalir menemani dirinya menyaksikan hal terakhir dalam hidupnya. Rasa sesak memenuhi dadanya. Kakinya mencoba untuk naik ke permukaan, namun hal itu sangat mustahil. Ketika batu-batu yang disimpannya lebih berat saat berada di dalam air. 

Airmatanya tak terlihat. Entah menangis atau menyesal sebuah keputusan singkat yang dipilih olehnya. Kemudian perlahan tubuhnya terangkat secara pelan. Tubuhnya tampak lebih ringan dari sebelumnya. Disanalah Taeyeon berusaha melepaskan batu-batu itu dari setiap saku dipakaian yang Karina kenakan. Perlahan Taeyeon menarik Karina keatas dengan rasa cemas yang berlebihan.

.

.

"Winter!" Taeyeon berteriak dan telah berhasil membawa Karina ke permukaan. 

Winter memberikan tangannya membantu Taeyeon menaikkan Karina ke daratan. Ia menarik Karina dan kemudian memompa dada Karina agar kembali untuk bernafas. Taeyeon memberikan nafas buatannya. Kemudian keduanya bergantian memompa sampai Karina mengeluarkan air yang memenuhi dadanya.  

Hahk!

Karina berhasil menarik nafasnya. Taeyeon segera memeluknya dan mengecup dahinya. Ibunya menangisi dirinya yang benar-benar ceroboh. Pelukannya yang erat seakan tak ingin kehilangan putrinya kembali. Rasanya segala yang ia miliki rela ia tukar untuk menyelamatkan putrinya. Winter akhirnya bisa lega dan tersenyum ikhlas. 

***

Red Saint Medical Center

Winter berbaring di tempat tidur ruang IGD. Selang infus telah mengikat di lengannya. Cairan di dalamnya telah menjelajah keseluruh tubuhnya. Di sebelahnya terdapat Karina yang dibantu dengan cairan infus serta oksigen. Tubuhnya terlihat sangat lemah bahkan tak kuat membuka matanya. 

Kreek. 

Seseorang menarik tirai pembatas ruangan Winter dengan Karina. Tertulis Seulgi pada tag yang menempel di jas putihnya. Ia datang untuk memeriksa Winter. Ia menggunakan stetoskopnya dan mengecek detak jantung Winter yang terdengar normal. Suhu Winter juga mulai membaik. 

"Bocah nakal itu pacarmu?" Tanya Seulgi secara spontan. Winter mengerutkan dahihnya, ia punya pertanyaan. 

"Mengapa orang-orang kerap mengatainya nakal?" Tanya Winter tak terima jika Karina dianggap seperti itu. Seulgi tertawa kecil tak menyangka Winter melindungi Karina bahkan hanya hal candaan. 

"Well, dia memang anak nakal. Alih-alih memanggil ku kakak, ia malah memanggil ku Bibi. Ketahuilah, Karina kecil sangat merepotkan" Jawab Seulgi seraya memastikan botol infus Winter berjalan dengan baik. 

"Dokter, Apakah Ibu ku berada disini?" Tanya Winter yang tak melihat Ibunya sejak tadi. 

"Ah, iya dia sedang mengurus administrasi. Tenanglah, kau boleh pulang kapanpun kau mau" Jawab Seulgi yang kemudian meninggalkan Winter. 

Seulgi meninggalkan sedikit celah diantara tirai pembatas Winter dan Karina. Agar Winter dapat melihat Karina. Dirinya tentu saja menangis sebab teringat dengan kejadian tadi dan sekarang Karina harus tertidur dengan lemah. 

Winter WishWhere stories live. Discover now