Winter Wish

446 65 8
                                    

—æ—


Tumpukan salju memadati jalanan di kota kecil ini. Langit berwarna biru ke unguan. Suara retakan kayu dalam tungku untuk memanaskan ruangan mulai terdengar. Coklat hangat, kue kering, kaos kaki tebal dan bunyi gemerincing dari lonceng-lonceng kecil. Hiasan natal telah memadati ruang demi ruang yang ada di dalam rumah.

Karina saat ini memandang keluar jendela, menyaksikan butiran salju yang jatuh ke halaman rumahnya. Di tangannya ada coklat hangat yang membantunya tidak membeku. Telinga mendengar suara berisik dan menemukan Taeyeon—Ibunya yang tengah membuka hadiah-hadiah natal. Ia meletakan gelas tadi di sisi jendela dan membantu Ibunya membuka hadiah yang sebagian adalah miliknya. 

"Aku tak perlu bantuan mu. Bantulah festival, kau lebih berguna daripada hanya membuka hadiah" Terang Taeyeon yang cukup kesal, sejak keluar dari rumah sakit Karina hanya memilih untuk berada di rumah. Bahkan sepulang sekolah pun dia langsung pulang. 

"Iya nanti aku ke sana" Jawab Karina sembari membuka hadiahnya dan mendapatkan sepaket konsol retro game dari merek ternama. 

Keduanya berada disuasana yang sangat hening. Taeyeon memperhatikan putrinya yang tampaknya memiliki banyak pertanyaan. 

"Ada yang ingin kau katakan padaku?" 

"Eh?!" Karina terkejut bagaimana Ibunya bisa membaca pikirannya. "T-tidak kok" Karina menjadi terbata, dia sedikit malu dan pipinya menjadi merah entah karena salju atau karena perasaannya yang tertebak. 

"Hubungan mu baik-baik saja dengannya bukan?" Maksud Taeyeon dengan Winter. Karina mengangguk tapi itu belum menjawab pertanyaan Taeyeon yang sebelumnya. "Katakan saja, apa yang ingin kau katakan" 

Karina meletakan gunting yang dipakainya. Ia menghela nafas sejanak dan menimba-nimba apakah dia harus menanyakan hal ini kepada Ibunya. Dia merasa sedikit tak enak, tapi bertanya dengan dua temannya yang lain pun tak membantu sama sekali. 

"Rasanya jantung ku akan meledak setiap kali Winter berada di dekat ku, Bu" 

Taeyeon mengernyitkan alisnya dan dia menyesal harus mendengar kalimat-kalimat cringe dari putrinya sendiri. Taeyeon menahan tawanya agar Karina tidak minder dan bisa nyaman mengobrol dengan Ibunya sendiri. 

"Lihat ini" Karina mengeluarkan ponselnya dan memberikan tangkapan layar yang ada di chatroom-nya dan Winter. 

"Aku sengaja mengulur waktu, sejak tadi ia kerap menanyakan aku dimana. Bu, aku mematung saat tangannya mulai menyentuh ku atau bahkan merangkul ku. Bahkan senyumnya membuat ku meleleh seperti es meski ini musim dingin"

Karina meremas rambutnya. Dia tampak pusing dan cemas jika sewaktu-waktu Winter datang ke rumahnya. Taeyeon tertawa pelan membiarkan tawa itu terdengar di telinga Karina. Taeyeon tak sanggup melihat tingkah putrinya yang sangat lucu. 

"Aku takut saat kami berada di ruangan yang sepi. Gadis itu dari Chicago Bu. Seakan tak mempermasalahkan apa yang terjadi nantinya. Dia memang tak menggoda ku, tapi aku tergoda bahkan hanya mendengar suaranya" 

"Hey!" 

"Duh!"

Karina meringis saat Taeyeon melempar benda ke arahnya dan mengenai kepalanya. Karina menggosok kepalanya yang tak terlalu sakit itu. 

"Kenapa Ibu jadi marah?" Karina merasa tak adil jika akhirnya Taeyeon pun membela Winter yang terlihat lebih agresif ketimbang dirinya. 

"Keluar sana! Keluar!!" 

"Setidaknya katakan padaku, bagaimana aku harus bersikap ketika dihadapkan dengan suasana kaku, Bu" Mohon Karina yang membutuhkan jawaban Ibunya. Taeyeon membulatkan matanya, heran sebab ini pertama kalinya putrinya sendiri menanyakan hal-hal yang tak lagi datang padanya. 

Winter WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang