Bab 5 - Exulansis

9 3 0
                                    

Malam hari, Apartemen YHG, Jakarta selatan.

"Mas Galang ngapain?" pekik Yasmin.

Galang tiba-tiba ikut masuk ke kamar Yasmin, membuat perempuan yang hendak tidur itu terkejut.

"Ikut tidur, kasur saya belum kering karena kamu guyur tadi pagi."

Yasmin mengangkat tangan, menolak Galang mendekatinya. "Nggak, tidur di sofa ruang tamu sana!" usirnya.

"Nggak mau, nggak enak, habis bangun di badan pegel semua."

"Gue teriak kalau mas Galang nggak segera putar balik," ancam Yasmin.

"Yasmin, saya tidak akan melecehkan kamu. Lagipula kita kan sudah menikah," jelas Galang. Ia sudah mengantuk, tapi Yasmin tidak mengerti juga.

"Ih, kok malah diperjelas? Tau ah, males sama mas Galang." Yasmin mencebik. Kemudian ia memasang wajah tidak suka, menarik selimut menutup badannya, dan tidur di tengah-tengah menguasai ranjangnya.

Efek ngantuk, Galang naik ke atas ranjang dengan loyo. "Yasmin, geser dikit dong."

Akan tetapi, Yasmin malah mendorong tubuh Galang sampai pria itu terjatuh memeluk dinginnya lantai.

"Aduh," keluh Galang.

"Siapa yang suruh Mas tidur di samping gue?" omel Yasmin.

"Tega banget kamu sama suami," protes Galang sambil ndeprok di bawah. Memasang raut wajah seperti anak anjing yang kemalangan. Ia mulai membuat suara seolah sedang mewek.

"Apa sih, nggak usah pura-pura nangis deh. Jijik, udah tua juga, nggak pantes tau!" Yasmin melempar satu bantal dan sebuah selimut kepada Galang. "Tuh, tidur aja di bawah kalau nggak mau di sofa."

Mau tak mau Galang akhirnya memilih tidur di bawah, di samping ranjang Yasmin. Menggelar karpet, kemudian tidur memakai bantal dan selimut pemberian Yasmin. Saat memejamkan mata, tiba-tiba Galang teringat sesuatu. Ia membuka mata kembali dan menoleh menatap Yasmin yang tidur dengan posisi memunggunginya.

"Yasmin, sudah tidur?" tanya Galang dengan suara seperti berbisik.

"Kenapa?" sahut Yasmin, rupanya ia juga belum tidur karena tengah memikirkan sesuatu yang Galang tidak tahu.

"Yang tadi kamu belum jawab, sekarang saya tagih." Galang meminta jawaban saat sarapan di warteg tadi pagi yang sama sekali belum dijawab oleh Yasmin, tentang pertanyaan yang membuat Yasmin bungkam seribu bahasa setelah Galang mengungkapkannya.

Setelah pulang jogging, sampai apartemen Yasmin juga menjadi banyak diam, mengabaikan Galang selama hampir seharian ini. Bahkan kali sekarang Yasmin juga tetap diam. Membuat Galang semakin penasaran dan berharap banyak.

"Kenapa kamu diam aja?" desak Galang.

"Gue nggak ngerti mas Galang ngomong apa." Entah Yasmin jujur atau tidak.

"Saya mengalami suatu peristiwa, yang di mana padahal saya sudah mati, tapi saya hidup lagi. Saya mengingat semua kejadiannya, apa kamu nggak ingat?" Galang menjelaskan lebih banyak kali ini agar Yasmin memahaminya.

"Mas Galang ngomong apaan sih," tampik Yasmin dengan nada suara kesal.

"Yasmin, dengar. Sebelumnya maaf harus mengatakan ini, tapi kamu sebenarnya juga sudah mati, jauh sebelum saya malahan. Kita juga sudah cerai di tahun 2021, lalu kita sekarang ini kembali di tahun 2020, sebelum kita bercerai. Jadi, kita ini hidup lagi dan mengulang masa lalu. Sebelum kita hidup lagi, kita ada di tempat yang sama, sedang bicara berdua."

"Mustahil," tolak Yasmin. "Jangan bercanda."

"Saya tidak bercanda, Yasmin." Kini Galang setengah frustrasi–harus bagaimana lagi ia menjelaskan pada Yasmin–sebab menurut keyakinan Galang, Yasmin itu seharusnya juga ingat. Namun, kenapa Yasmin berkata sebaliknya? Galang terus berpikir.

Bothynus: Bintang Jatuh [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang