Chapter 6

763 148 63
                                    

Festival rakyat sebenarnya dimulai sejak pagi dan jika tidak salah ini hampir lewat satu jam dari waktu yang ditentukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Festival rakyat sebenarnya dimulai sejak pagi dan jika tidak salah ini hampir lewat satu jam dari waktu yang ditentukan. Tanpa peduli pada Minju yang kewalahan menyamakan langkah dengannya Minho tarik gadis itu menuju pusat kota. Mereka terlambat.

"Sialan, pelan-pelan."

Anggun rupanya tak seanggun tutur katanya, Minju lupa kedudukannya sebagai gisaeng yang lemah lembut. Bagaimana tidak kalau sepatunya nyaris lepas dari kaki dan tatanan rambutnya hancur tidak berbentuk akibat ulah Minho.

Bukk

Tubuh ramping Minju menabrak punggung Minho yang cukup lebar. "Haish," keluh si gadis, yang sungguh sangat disayangkan tidak Minho pedulikan.

Fokus pemuda itu ada pada sosok karismatik di dalam tandu sana, yang siluet wajahnya tercetak jelas dari sinar matahari pagi, yang bentuk wajahnya terbentuk sempurna dengan hidung mancung dan bibir ayu penuh elegi. Entah kenapa perasaan kehilangan itu nyata bagi Minho, padahal tidak satu pun hal bisa jadi tanda.

Ketika pandangan mereka bertemu Seungmin lemparkan senyum penuh suka cita. Namun secepat dia menoleh, secepat itu pula dia berpaling. Minho merasa napasnya sempat berhenti beberapa detik. Dia bahkan lupa akan eksistensi Minju dibelakangnya. Dia pun tidak sadar kehadiran Yeji di sisi kirinya, yang memandangnya penuh benci dan syarat akan kemarahan.

Yeji mendengus, lalu pergi diikuti beberapa gisaeng lain yang posisinya jauh lebih rendah dari dirinya.

"Tidak bisa dibiarkan," bisik gadis itu. Dia yakin pertemanan Minho dan Putra Mahkota bukan pertemanan anak laki-laki biasa. Lihat saja, akan dia buktikan dengan mata kepalanya sendiri.

***

Di malam lampion pada festival rakyat diam-diam Seungmin menyelinap dan menggamit telapak tangan Minho untuk berjalan bersamanya. Untuk sesaat keduanya berpandangan, Seungmin tersenyum di balik penutup wajahnya begitu pun Minho. Hanya mata keduanya yang memberi indikasi kebahagiaan malam itu. Namun, keduanya tidak masalah sama sekali.

"Persis seperti pertama kali aku bertemu denganmu."

"Apa?"

Minho tidak mengerti. Dia berdiri di sisi kanan Seungmin sambil memegang sepotong kue yang mereka beli beberapa saat lalu.

"Tiap kali melihatmu memakai penutup wajah aku selalu ingat pertama kali bertemu denganmu."

Ada secercah senyum di bibir tipis Minho. Pertemuan pertama mereka adalah di hari jadi pemuda itu. Hari di mana dia menggantikan Yeji.

"Aku takut sekali saat tidak sengaja bertemu tatap denganmu waktu itu," aku Minho.

Seungmin terkekeh, "kenapa harus takut? Padahal aku merasa dadaku seperti berhenti berdetak saat itu."

Ungkapan berlebihan Seungmin dihadiahi decihan oleh Minho. Namun, siapa sangka dia justru tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengarnya. Licik, hanya dengan kalimat bualan pemuda itu berhasil membuatnya tersipu.

HASTA LA VISTA | 2MINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang