RYUNA |Goodbye Past|

PROLOG

"Bun, kalau sudah besal nanti Yuna mau bikin banyak celita sepelti olang di buku itu. " Dengan suara cadel nya Yuna kecil menunjuk pada gambar penulis cilik disalah satu majalah cerita trand masa itu.

Setiap malam Fara dan Iskandar selalu rutin bergiliran membacakan buku cerita untuk anak mereka.

"Anak ibun mau jadi penulis ya?"

"He'em" Jawabnya sambil mengangguk antusias.

"Kalau Yuna mau jadi penulis, harus pintar menulis dan membaca dulu."

"Tapi ibun, Yuna tidak bisa menulis dan membaca" Ucapnya lesu.

Fara hanya terkekeh geli. Tentu anak kecil mana yang baru berusia 2 tahun 10 bulan sudah lancar menbaca dan menulis.

"Berarti anak ibun harus rajin belajar membaca dan menulis dong."

"Belajal, tidak mau. Yuna tidak mau belajal?"

"Masa mau bikin cerita untuk orang banyak tapi tidak bisa membaca dan menulis, nanti bagaimana membuat ceritanya?"

"Pokoknya tidak mau belajal!"

"Coba kasi tau bunda kenapa anak bunda gak mau belajar?"

Matanya kecilnya berkaca-kaca, bendungan air dikelopak mulai rembas. Sedetik kemudian isak keluar dari mulut nya

"Yuna tidak mau. Pokoknya tidak."

"Kalau belajar dengan bunda dan ayah, yuna mau?"

Mengangguk. "Tapi yuna ingin adik laki-laki."

Satu tahun kemudian keinginan Yuna benar benar diwujudkan orang tua nya. Hyori Naka Isfara adik laki-laki satu-satu nya.

Hingga sekarang seorang Yuna yang sedang melalui tahap pendewasaan masih sama dengan Yuna kecil berusia ±2 Tahun, masih ingin menjadi seorang penulis. Disaat anak kecil lain merubah cita-cita seiring berjalannya waktu, namun ia tetap pada keinginan nya sejak kecil, ingin menjadi seorang penulis.

***

|Note : Cerita disini hanya sebuah imajinasi yang terinspirasi dari sebagian pengalaman hidup aku. Tolong bijak dalam membaca. Visual yang di tampilkan hanya untuk menghidupkan cerita ini. Jangan disangkut pautkan dengan kehidupan nyata para visual|