Part 14

92 20 0
                                    

Kembali pada realita kehidupan yang membelenggunya, Jake pagi ini semakin kian tersiksa. Bukan soal pekerjaan, jika itu ia sudah biasa. Tapi ini soal ibunya. Wanita yang memiliki sedikit darah campuran Australia itu menimbulkan sakit kepala untuk Jake.

Pasalnya sejak kedatangannya ke kediaman Adhitama beberapa hari lalu, ibunya jadi lebih berisik. Hari itu Jake diminta untuk pulang karena keluarga besar akan datang untuk makan malam bersama. Dengan sangat terpaksa dirinya pulang, menuruti kemauan kepala keluarga Adhitama.

Hanya makan malam biasa kelihatannya, tapi jika itu keluarga besar sang ayah maka semua akan berbeda. Satu persatu mereka akan saling berlomba menunjukkan siapa yang lebih hebat. Membual soal putra atau putri mereka yang sukses dengan jalannya sendiri yang padahal tanpa kuasa orang tuanya mana ada mereka seperti itu. Jake sudah paham itu. Hampir 26 tahun ia menyandang nama Adhitama, sudah hafal atau bahkan sudah muak dengan bualan keluarga besarnya itu.

Dan inti dari kepalanya yang pusing tentu ucapan-ucapan sumbang soal dirinya yang hanya mengambil alih hotel milik sang ayah, posisinya pun hanya sebagai direktur. Orang-orang sombong itu berkata, apakah Jake tidak malu dengan saudaranya dan segala macam. Dan jawaban Jake, ia malu, bukan karena jabatan yang ia emban. Tapi ia malu karena hanya bisa mengandalkan orang tuanya saja.

Sontak ucapannya mendapat tanggapan kekesalan dari keluarga besarnya serta amarah dari sang ayah. Hingga pada akhirnya, Jake mendapat sejuta kalimat amarah dari sang ayah yang hanya lewat di telinga saja. Jake sudah bosan lagi lelah dengan semua tuntutan, aturan, beban, dan semua yang ada dalam hidupnya. Maka malam itu, tak lagi ada kata darinya, Jake pergi meninggalkan rumah mewah itu dengan sejuta gemuruh di dadanya.

Pagi ini pusing di kepalanya lagi-lagi bertambah parah karena kedatangan sang ibu. Suara ibunya yang berisik serta topik yang diucapkan sang ibu sungguh membuatnya lelah. Bahkan Mega yang mendengar saja ikutan lelah.

"Aku sibuk Ma. Mama bisa ngertiin Jake dikit gak sih"

"Ya mana kan gak minta banyak sama kamu. Cuma sehari aja. Tinggal ketemu terus jalan. Udah"

Konteks pembicaraan, sang ibu ingin Jake menemui putri salah satu rekan kerja sang ayah yang merupakan pebisnis kenamaan negeri ini. Tapi Jake menolak. Ya tentu, ia tidak berselera dengan rambut panjang dan wajah cantik nan feminim. Ia lebih tertarik pada setelan rapi dan wajah tampan. Terutama Adanu.

"Gak bisa Ma. Aku gak ada waktu. Mama apa gak liat kerjaan Jake numpuk begini. Mama juga denger kan barusan Mega bilang apa soal jadwal Jake. Padet Ma"

Jake menghembuskan nafas pelan. Ia tengah duduk di kursinya sementara Mega berdiri di samping meja Jake, mendengarkan perdebatan ibu dan anak itu.

Nyonya Adhitama itu pun mendengus kesal karena sikap putra bungsunya.

"Jake, mama kasih tau ya ? Ini semua itu demi kebaikan kamu. Kalo kamu bisa sama cewek itu beruntung di kamu kan, bisa dapet dukungan dari ayahnya. Biar kamu gak cuma ngurus hotel aja. Biar ayah kamu bisa ambil alih Adhitama Group juga"

Jake menghela nafas kasar. Narasi itu lagi.

"Ini untuk kepentingan Jake. Apa kepentingan mama papa ?"

Sang ibu terdiam. Ada kebenaran pada ucapan Jake.

"Mama mending pulang aja. Jake masih banyak kerjaan"

Tanpa memperdulikan ibunya lagi, Jake mulai kembali pada pekerjaannya yang sempat tertunda.

Nyonya Adhitama itu pun segera meninggalkan ruangan Jake dengan rasa kesal pada putranya.

"Lo gak papa ?"

Tanya Mega.

"Tau lah. Capek gue"

__________

Jake menyandarkan punggungnya pada kursi. Ia memijat kepalanya yang terasa pening setelah berhadapan dengan pekerjaan yang menumpuk. Terlebih kedatangan sang ibu semakin membuatnya pening.

Jake mengambil ponselnya, melihat apakah ada hal yang penting. Namun nyatanya tak ada apapun yang bisa dilihat. Jake membuka aplikasi untuk mengirim pesan.

Mas Danu

Lo lagi free gak mas ?

Jake mengirim pesan pada Adanu. Beberapa menit Jake menunggu balasan. Pesannya sudah jelas terkirim, dan terlihat jika Adanu sedang aktif. Namun, pesannya sama sekali tidak dibaca. Ah, mungkin dia sedang sibuk. Begitu pikir Jake.

Jake pun akhirnya keluar dari ruangannya. Ia ingin mencari udara segar diluar hotel. Suntuk terus berada di ruangan luas itu.

"Ga, gue keluar nyari kopi dulu ya ?"

"Oke. Lo kenapa gak minta di cafe hotel aja sih ?"

"Gak ah, gue mau nyari udara diluar. Sumpek di hotel mulu"

"Yaudah deh. Entar gue kabarin kalo ada apa-apa. Aktifin HP lo"

"Oke"

Jake keluar dari hotel menuju cafe tempat biasa ia beristirahat dari penatnya pekerjaan. Langkahnya semakin mendekat ke arah cafe. Namun, langkahnya harus terhenti tepat di depan cafe. Jake diam terpaku di depan cafe saat matanya menangkap sosok Adanu tengah berjalan keluar cafe bersama seorang wanita cantik.

Entah mengapa Jake tiba-tiba merasa sulit bernafas untuk beberapa detik. Dadanya pun terasa mulai sesak.

"Loh Jake"

Sapa Adanu di tengah diamnya.

"O-oh Hai Mas"

Balas Jake tergagap.

"Lo lagi istirahat ?"

"I-iya"

"Siapa ?"

Tanya wanita yang berada di samping Adanu.

"Oh, ini temen adek gue. Jake kenalin ini Karina, temen sekantor gue. Karina ini Jake temen adek gue"

Wanita yang disebut sebagai Karina itu pun mengulurkan tangannya pada Jake yang kemudian disambut oleh Jake.

"Hai. Lo kerja di daerah sini juga ?"

Jake benci. Ia benci dengan sikap ramah wanita itu.

"Dia direktur hotel yang di persimpangan"

Adanu yang menjawab, membuat Jake semakin membencinya.

"Oh, yang punya Adhitama Group itu ? Wih, keren. Masih muda loh"

Jake tersenyum canggung. Sungguh ia ingin melarikan diri saat ini juga.

"Eh, Dan. Balik sekarang yok. Udah ditunggu yang lain soalnya"

"Oke. Jake gue duluan ya"

Jake mengangguk.

Adanu pun meninggalkan Jake yang masih diam terpaku di tempatnya. Dari tempatnya berdiri dapat Jake lihat betapa bahagianya Adanu dan wanita tadi. Dan itu membuatnya kesal. Gemuruh yang sempat padam untuk sesaat, kembali terasa di dalam hatinya. Tapi kali ini penyebabnya adalah laki-laki pujaan hatinya.

Jake berbalik dan dengan sedikit berlari, ia kembali ke arah hotel. Tanpa memperdulikan orang yang menyapanya, Jake segera menuju ruangannya di lantai paling atas.

Dengan langkah besar Jake masuk ke ruangannya, membuat Mega yang berada di mejanya terkejut karena bossnya itu cepat sekali kembali. Mega hendak mengikuti Jake ke ruangannya namun ia urungkan setelah melihat pintu dibanting dengan keras dan terdengar teriakan frustasi Jake dari dalam ruangan.

Jake membanting pintu dengan keras, ia lalu mengusak kasar rambutnya.

"ARGH, BANGSAT"

Teriakan Jake cukup keras meskipun tak terlalu keras untuk sampau di dengar hingga jauh. Hanya Mega mungkin yang dapat mendengarnya. Tapi peduli apa dia. Jake hanya ingin meluapkan emosinya.

Jake jatuh berjongkok di lantai. Ia kembali mengusak rambutnya kasar. Jake benar-benar dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Kenapa dunia sebercanda itu padanya ?

_________

San 🐨

Off My FaceWhere stories live. Discover now