Bab 2

817 116 13
                                    

Bangunan berjejer, berdempetan seragam. Atap merah bata dan dinding kayu bercat hijau. Kepingan perak dirangkai membentuk seekor naga berada di gerbang depan yang dijaga pengawal bertombak.

Pria-pria setengah tua berpakaian kasim berjalan ke sebuah kamar yang berada di baris ketiga dari halaman depan, menjadi bangunan tengah di istana ini.

Langkah kaki mereka serempak, kasual, dan tidak terdengar menghentak. Mengetuk sebuah pintu yang berukir seekor naga hijau dengan tanduk runcing warna ungu.

Para pria itu menunggu suara orang di dalam memberi perintah untuk masuk. Begitu sang tuan menitahkan, mereka pun membuka pintu dan masuk secara teratur ke dalam ruangan.

Ruangan luas yang beraroma seperti napas Dewa Amor. Wangi cendana, mint, citrus, bercampur dengan keringat Zeus. Menjadi racikan yang khas dan tak ada duanya. Setara kekuatan afrodisiak berdosis 500mg.

MEMABUKKAN

MENGGAIRAHKAN

MEMBUAT SIAPAPUN TERANGSANG

Seorang pria muda nan tampan berwibawa, menggeliat dari kasurnya yang berwarna hitam pekat, licin, bersinar.

Matanya yang indah menelusuri setiap dinding yang terbuat dari batu bata berlapis calcium, dicat warna merah marun, diterangi lampu hijau yang berada di nakas kayu coklat.

"Apa lagi tugas yang menantiku?" Pria itu menurunkan kedua kakinya dari ranjang, yang disambut dengan sepasang sandal berbulu oleh seorang pelayan yang sejak tadi sudah siaga.

"Tuan, Anda diminta menundukkan seorang omega yang sangat berkuasa," ucap salah seorang dari mereka, yang tampaknya adalah kepala kasim di sana, dengan wajah tertunduk.

"Seminggu yang lalu puteri perdana menteri, sebulan yang lalu anak tabib kerajaan. Hari ini anak siapa lagi yang harus kutaklukkan? Jenderal?" Pria itu berdiri pongah. Sambil lalu tangannya menerima jubah panjang yang dimasukkan ke tangannya.

"Tidak, Tuan! Omega kali ini berada di negeri seberang. Seorang yang biasa, tapi besar di lingkungan omega bangsawan dan ia sangat ... sangat ...."

Pelayan itu ragu-ragu mengatakannya. Wajahnya kembali menunduk, membuat pria tadi semakin penasaran akan kelanjutan cerita yang disampaikan si pelayan.

"Sangat apa?" tanya pria itu tegas.

"Sangat mempesona, Tuan!" jawab si pelayan sambil memegang lututnya yang bergetar.

Pria itu tertawa, tenggelam dalam sangkaannya, di mana ia dan pikirannya menolak kata 'sangat mempesona' yang diucapkan pelayannya. Setelah ia menaklukkan puteri perdana menteri—alpa tercantik di negeri ini—bagi pria itu tak ada lagi yang lebih mempesona dari Seulgi.

"Kenapa lututmu bergetar?" Pria itu menatap lutut pelayannya yang berbunyi gemeretak. Melihat lagi seluruh pelayannya yang melakukan hal yang sama. Menundukkan wajah mereka.

"Kenapa kalian terlihat khawatir? Tak ada seorang omega pun yang mampu menolak pesona seorang Wang Yibo. Secantik dan semenarik apapun dia. Pada akhirnya ia yang akan membuka kedua kakinya di bawahku!" Penuh percaya diri saat pria itu berbicara, dengan senyuman kotak yang menghiasi bibirnya, bersama mata yang menyimpan banyak siasat.

Semua pelayan dalam ruangan itu akhirnya mengangkat wajah mereka, ikut tersenyum mendengar rasa percaya diri yang tinggi dari tuannya.

"Kami yakin Anda pasti bisa. Anda tak akan berakhir menjadi koleksinya yang ke-92," ucapan salah satu pelayan itu sukses membuat alis pria itu berkerut.

"Apa maksudmu koleksi ke-92?"

"Tidak ada, Tuan. Itu hanya angka keberuntungan sang omega." Si pelayan berusaha meyakinkan bahwa ia salah bicara.

Omega's Love Slave (Tamat Di Pdf)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora