Sikap

155 43 0
                                    

Mela dan Faiz pulang menggunakan taksi, Kyra masih berada di rumah Jihan , mencoba berbicara dan mencari solusi bersama. Walau ia hanya akan menyampaikan saran, keputusan akan kembali ke Jihan.

Wanita itu diam, terus menunduk, kepalanya pening bak terbentur dinding keras, ia merasa sangat terkejut atas semua yang terjadi secara mendadak siang itu.

"Mau kamu gimana sekarang, Han?" Kyra meletakan secangkir teh manis di depan Jihan. "Harus tetap diobrolin sama Abay mau gimana juga."

"Mas Abay kenapa nggak terbuka sama aku tentang ini, Mba?" Air mata Jihan kembali menetes. Kyra duduk di sebelahnya. Menatap sedih kepada Jihan.

"Dulu, waktu kita kenal, Abay cerita semua ke aku, dia terpuruk banget, karena terlalu cinta sama Mela, aku bantu dia bangkit. Kita pacaran, tapi ya sesuai yg kamu tahu, gak ada lebih atau apa, karena hati Abay menjadi dingin, gitu juga sikapnya. Ternyata kayak sekarang, kita nyaman jadi sahabat. Mungkin, Abay nggak kasih tau karena menurut dia nggak penting dan biar jadi masa lalu yang dia simpen sendiri, dia juga nggak tahu kalau Mela hamil anak dia."

"Tapi perbuatan Abay dosa, Mba, dosa besar!" Jihan menatap Kyra sendu. Tak tampak cahaya bersinar di kedua bola matanya.

"Iya. Aku yakin Abay tahu dan sudah taubat, makanya Allah kirim kamu untuk isi hati dia kan, bukan aku ataupun Mela."

"Aku harus gimana Mba Kyra, aku bingung dan takut."

"Abay harus tahu. Hal ini nggak bisa ditunda, Han." Krya mengambil ponselnya. Jihan menahan Krya menghubungi Abay.

"Aku aja Mba yang telfon dia," ucap Jihan sambil mengambil ponselnya.

***

Sore menjelang. Kyra masih ada di rumah mereka. Abay sudah memarkirkan mobilnya di garasi. Sebelumnya, Jihan menunaikan shalat sunnah dua raka'at, meminta Allah memudahkan saat ia berbicara dengan suaminya, meminta Allah menguatkan hati dan bibirnya saat berbicara.

"Lho, Ky, kok ada di sini?" ucap Abay sesaat setelah ia masuk ke dalam rumah.

"Hei, iya nih, lagi main ke rumah sodara. Mampir sekalian ketemu dan nenemin Jihan." Kyra duduk sambil menatap Abay dengan tatapan tak biasa.

Jihan turun tangga, berdiri menatap suaminya, seketika membuang tatapan tatkala suaminya berjalan sambil tersenyum ke arahnya. Kyra mengikuti arah tatapan itu dan mendapati Jihan terduduk lemas, ia tahu wanita itu tak sekuat yang diperlihatkan dari luar. Kyra beranjak dan berlari menuju anak tangga. Jihan terisak, Abay bingung sambil memeluk istrinya itu. Kyra membantu Jihan bangun.

"Lo ganti baju dulu, Bay, ada yang mau Jihan obrolin, biar dia sama gue dulu, kita tunggu disini, ruang TV," ucap Kyra. Abay menggeleng. Ia menolak. Ia membantu Jihan berdiri dan merangkulnya supaya duduk di sofa.

Kyra duduk di seberangnya, menatap intens kedua pasangan suami istri ini. Jihan menatap Kyra, ia mengerti. Kyra beranjak dan berjalan ke teras depan rumah.

"Kamu kenapa sayang, ada apa?" Abay menghapus air mata Jihan. Jihan menatap Abay lekat. Tersenyum sambil menangkup wajah suaminya itu.

"Mas, apa semua hal di hidup Mas Abay udah kamu kasih tau aku semua?" tanya Jihan. Abay mengangguk. Benar, Abay menutupi tentang dirinya dan Mela, entah memang karena itu masa lalu atau ia tak mau membahasnya.

"Kok bohong, Mas Abay kenapa nggak jujur ke aku!"

"Apa sih, Jihan, Mas nggak bohong apa-apa ke kamu!" Abay menggenggam jemari Jihan erat. Jihan menatap kedalam netra mata Abay.

"Tentang ... Mela?" ucap Jihan. Abay diam. Tak bisa berbicara apa pun, kedua matanya menatap Jihan nanar.

"Kyra yang cerita?" Suara Abay pelan. Jihan menggeleng. Ia tersenyum.

"Mela sendiri yang cerita," jawab Jihan.

"Gimana bisa?" Abay tak percaya.

"Mela ke sini, dan dia nggak sendirian, dia datang sama Faiz."

"Faiz? Suaminya? Pacarnya?" Wajah Abay makin bingung.

"Anaknya." Jihan diam sesaat. "Anak kalian, Mas ...." Air mata Jihan turun kembali tapi ia tetap tersenyum. Tubuh Abay tegang. Ia diam. Justru kini ia duduk di lantai dengan kedua tangan gemetar.

"Mas ..., Faiz mirip kamu," ucap Jihan lirih. Abay menatap Jihan sambil menggeleng. Kyra berjalan masuk.

"Gue ada di sini dari siang, Bay, dan ... iya, Faiz mirip elo banget. Lo tunggu sebentar, gue udah minta Mela dan Faiz datang ke sini lagi."

Abay diam. Ia menatap lekat Jihan. Lalu air matanya luntur, ia bersimpuh di depan lutut Jihan, memeluk dan meminta maaf karena rahasia besar ini yang dia simpan.

"Aku nggak tahu kalau Mela hamil, Han. Kyra tahu semuanya, maaf aku nggak cerita tentang ini ke kamu." Abay menangis. Meminta maaf kepada istri tercintanya. Jihan membelai kepala Abay. Dalam hati ia istighfar tak henti-henti. Menenangkan hatinya dan memasrahkan ke Allah.

***

Abay menatap lekat Mela dan Faiz yang duduk di hadapannya. Faiz menatap Abay juga lekat.

"Faiz, sini, 'Nak," panggil Jihan. Faiz sempat ragu. Namun Jenna meminta Faiz menuju ke Jihan.

"Mirip Mas Abay, 'kan? Faiz, ini ... Papa kamu." Jihan menoleh ke Abay yang tampak gemetar. Faiz menyodorkan tangan ke Abay. Abay diam. Ia lalu memeluk Faiz dengan erat. Tangisnya pecah. Mela menunduk, wanita itu terharu sekaligus bahagia melihat putranya bisa bertemu dengan ayahnya.

Suasana lebih tenang. Kyra masih juga berada di sana. Ia ingin mengetahui hingga akhir. Ia khawatir dengan Jihan.

"Sekarang mau kamu apa, Mel?" tanya Abay. Bertahun-tahun nama itu tak ia sebut. Selalu Jihan ... Jihan dan Jihan.

Mela menatap Abay. "Saya cuma mau nama kamu ada di akte kelahiran Faiz, karena saya dan Faiz sudah pindah ke sini, saya pindah kerja, Faiz butuh sekolah, dan salah satu syaratnya itu. Selama ini dia home schooling, jadi nggak butuh akte, tapi sekarang masuk sekolah umum, jadi butuh itu."

"Maksudnya saya harus nikahin kamu gitu?!" Abay terkekeh sinis. "Nggak." Jawab Abay ketus. Faiz diam menatap ayahnya yang dingin sikapnya.

Jihan menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Nikahi Mela, Mas Abay," ucap Jihan. Kyra menoleh terkejut ke Jihan begitupun Abay.

"Nggak! Apa-apaan kamu minta begitu ke aku!" Abay mencak-mencak.

"Mas Abay, kasian Faiz. Dia anak kamu. Menikah lah, Mas, resmikan, kalian harus menikah bagaimanapun juga, dan– ceraikan aku."

Semua mata menatap terkejut ke Jihan. Kedua mata Abay memanas. Napasnya tak terkendali. Kyra duduk lemas. Terkejut dengan ucapan Jihan. Mela, ia menunduk, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menangis sejadi-jadinya, begitu tak enak hati dan menyesal.


To be continue,

Senyawa (Repost) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang