Chapter 51

2.1K 282 0
                                    

Dan sejak hari itu. Kedamaian yang seharusnya ada antara Obelia dan Engrasia hancur tak bersisa.

.
.
.

"Kau akhirnya kembali setelah 14 tahun ya tuan putri." Suara Liam terdengar.

Membuat y/n yang kini berdiri tepat di depan singgasana raya Engrasia menatap tajam laki laki itu.

Perang antara Obelia dan Engrasia sudah terjadi selama 2 Minggu. Dimulai sehari setelah kejadian y/n menangis meraung raung karena baru mendapatkan kembali ingatan nya setelah sekian lama itu.

Jari jemari lentik milik y/n kini sudah di lumuri darah. Ia bahkan sanggup membunuh orang yang dulunya adalah bawahan nya jika mereka berada di kubu yang berbeda.

"Kau masih tajam seperti sebelumnya." Liam kembali bersuara. Kali ini sembari bangkit dari tahta Raja Engrasia.

Liam melangkah perlahan ke tempat berdirinya y/n. Begitu sampai di samping tuan putri nya laki laki itu membisikkan sesuatu. Kalimat yang berhasil membuat y/n terkejut dan langsung mengarahkan bilah pedang indah milik nya tepat ke arah leher laki laki yang juga ikut menghunuskan pedang ke arahnya.

"Jangan berani berani nya lagi menyebutkan nama Caius dengan mulut kotor mu itu." Sinis y/n.

Sementara Liam hanya mengangkat sebelah bibir menatap remeh perempuan di hadapan nya.

"Kau sudah lebih tenang ya, tidak seperti 14 tahun lalu ketika tuan putri mendengar kabar kematian ibu suri dan Raja untuk yang perta-" belum sempat kalimat Liam selesai.

Y/n sudah terlebih dulu menyerang. Namun laki laki ber surai raven itu mampu menangkis.

Perkelahian antara dua orang itu tidak berakhir disitu. Bahkan ketika Felix sampai laki laki itu masih melihat dua bilah pedang saling bertabrakan antara satu dengan yang lainnya.

'Rasanya agak nostalgia.' batin si surai maroon.

"Diam disitu Felix." Y/n berucap begitu melihat Felix yang akan bergerak membantu nya.

"Ini pertarungan ku." Lanjut si surai salju bersamaan dengan Liam terduduk di depannya.

Pedang hitam milik laki laki itu ikut terjatuh bersamaan dengan tubuh si empunya pedang. Y/n menjambak surai legam milik Liam. Memaksa iris emas laki laki itu menatap tepat ke iris jernih y/n.

"Ini laki laki yang berhasil membunuh ibu dan kakak ku?" Tanya y/n pelan.

"Kenyataan bahwa kamu akan selalu lebih lemah dari ku justru membuat kematian mereka semakin menyakitkan." Lanjut si surai salju.

Iris jernih milik perempuan itu berkilat memperlihatkan semua emosi negatif yang kini mendominasi perasaan nya.

.

"Yang mulia!" Felix berteriak terkejut bersamaan dengan darah yang mengucur deras dari pinggang y/n.

"Dasar licik." Bukan rintihan yang terdengar dari bibir tipis milik si surai salju melainkan seringaian keji.

Y/n menikmati pertarungan hidup dan mati nya kali ini. Toh jika ia kalah dia akan bisa bertemu keluarga nya lebih cepat kan. Jadi memberi ancaman kematian pada y/n bukan hal yang berefek.

Liam berhasil melepaskan diri dari kukungan pedang dan jambakan kasar y/n. Lalu menghilang.

Dan tanpa mengindahkan panggilan Felix yang terdengar khawatir. Y/n langsung mengejar laki laki itu.

"Lindungi Athanasia dan Aether Felix!" Teriak y/n sebelum ikut menghilang.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Where stories live. Discover now