prolog

201 113 54
                                    

Hujan itu turun dengan lembut, menyapu jalan-jalan kota. Suara tetesan air mengiringi langkah-langkahnya, menciptakan irama yang hampir melupakan kesibukan sehari-hari. Di sudut jalan yang sepi, dua takdir bertemu.

Seorang gadis berumur dua belas tahun berlari pulang, payungnya hanya setengah melindungi dari guyuran hujan. Ransel sekolahnya tergantung di punggungnya, isinya berisi buku-buku dan mimpinya yang belum terlalu besar. Dunia di sekitarnya kabur, seperti lukisan air yang terus mengalir. Langkah kakinya menggema di lorong yang kosong. Lampu lalu lintas berkedip, menciptakan cahaya aneh di atas aspal basah. Dia tak pernah melihatnya datang-deru ban, kilatan lampu. Benturan itu datang begitu cepat, tanpa ampun.

Seorang pengemudi mobil di balik kemudi, pikirannya terombang-ambing oleh penyesalan. Hujan mengaburkan pandangannya, jalan menjadi licin. Dia salah belok, keputusan sekejap yang mengubah takdir. Tabrakan itu tak terhindarkan-suara logam yang beradu, kaca yang pecah. Hatinya berdebar saat dia keluar dari mobil, air hujan bercampur dengan air mata.

Dan di sana mereka berdiri, dua orang asing yang terhubung oleh tragedi. Gadis kecil itu tergeletak di trotoar, napasnya terengah-engah, matanya mencari langit yang kelabu. Pengemudi mobil berlutut di sampingnya, tangan gemetar menekan dadanya, mencari denyut nadi. Hujan mencuci dosa-dosa mereka, masa lalu mereka, meninggalkan hanya momen ini-sekeping waktu yang retak.

Sirene ambulans semakin dekat, tapi dalam kekacauan yang sunyi itu, mata mereka bertemu-permohonan tanpa kata, permintaan maaf yang tak terucap. Dia berbisik sesuatu yang tak bisa dia dengar, dan dia mendekat, seolah mencoba mengartikan suku kata yang basah oleh hujan. Apakah itu pengampunan? Atau perpisahan terakhir?

Hujan terus turun, tanpa henti dan tanpa ampun. Ia mencuci darah, rasa sakit, hingga yang tersisa hanya takdir yang terjalin. Dalam momen fana itu, mereka bukan lagi orang asing. Mereka adalah para penyintas, terikat oleh kilas waktu-tatapan singkat yang mengubah segalanya.

Dan ketika ambulans tiba, lampu merahnya menembus hujan, mereka dibawa pergi-dua kehidupan yang berbeda namun selamanya terhubung. Kecelakaan itu akan menjadi catatan kecil di berita, sebuah statistik. Tapi bagi mereka, itu adalah prolog-pembuka bagi cerita yang akan menghantui mimpi mereka, setelah hujan berhenti.



˜"*°•.˜"*°• Vignet •°*"˜.•°*"˜





...

Holaa, kenalin aku listha sekali author cerita ini dan akun ini, ini mungkin cerita kesekian yang ku buat hehehe...soalnya kebanyakan cerita nggak selesai.

Jadi mohon dukungannya dan doain semoga aku bisa menyelesaikan cerita ini yah...

Enjoy guys...

Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kataWhere stories live. Discover now