Bab 11. nightmare

50 31 107
                                    

Setelah hari yang panjang dan menyenangkan dengan teman temannya, Lily menemukan dirinya dalam keheningan kamar yang hanya diterangi oleh cahaya remang dari lampu meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah hari yang panjang dan menyenangkan dengan teman temannya, Lily menemukan dirinya dalam keheningan kamar yang hanya diterangi oleh cahaya remang dari lampu meja. Suara notifikasi ponselnya memecah kesunyian, mengumumkan kedatangan kenangan baru yang dikirim oleh Nisha. Foto-foto dari malam di bioskop itu, sekarang terpampang di layar ponselnya, mengundang senyum dan kenangan hangat.

Dengan mata yang masih berkilauan dari sisa-sisa tawa dan teror film horor, Lily memperhatikan setiap foto dengan teliti. Namun, tanpa disadari, jari-jarinya bergerak, menzoom ke arah Chris yang terlihat gagah dalam cahaya redup bioskop. Saat ia menyadari apa yang telah dilakukannya, sebuah rona merah transparan muncul di kedua pipinya, sebuah pengakuan tak terucapkan dari hati yang mungkin mulai berbunga.

"Apa yang kamu pikirkan, Lily..." gumamnya pada diri sendiri, suaranya hampir tidak terdengar, seolah-olah bertanya pada bayang-bayang yang bermain di dinding kamar.

Dengan gerakan yang cepat, seakan ingin mengusir pikiran-pikiran yang mulai berkembang, Lily meletakkan ponselnya di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar, membiarkan pikirannya melayang ke alam mimpi yang menantinya. Dan dalam sekejap, mata Lily terpejam, membawanya ke dunia di mana realitas dan fantasi bertemu, di mana suara tawa dan bisikan lembut Chris menjadi nada pengantar tidurnya.

.
.
.
.
.

✎ᝰ.

Dalam keheningan yang menyelimuti, suara lembut itu terdengar bagai bisikan angin, memanggil namanya dengan nada yang menggema di telinga Lily.

"Lily..."

"Lily..."

"Lily..."

Perlahan, kegelapan yang merengkuh pandangannya mulai menghilang, terkikis oleh cahaya yang menerobos masuk ke dalam kesadarannya. Mata Lily terbuka, dan ia disambut oleh pemandangan yang berbeda dari yang ia kenal. Bukan lagi dinding-dinding kelas yang familiar, melainkan ruang tamu yang hangat dan mengundang, dengan sofa yang empuk menjanjikan kenyamanan, dan televisi besar yang menampilkan logo Nutflox, siap untuk petualangan cerita baru.

Di meja depan sofa, terhampar pilihan makanan ringan yang menggugah selera dan minuman yang menjanjikan kesegaran. Semuanya teratur dengan sempurna, seolah-olah telah dipersiapkan untuk sesi menonton yang panjang dan menyenangkan.

Dan di sana, di tengah ruangan yang penuh dengan kehangatan ini, berdiri sosok anak laki-laki yang sama dari mimpi sebelumnya. Wajahnya mungkin buram, namun senyumnya tidak bisa disangkal, sebuah ekspresi yang menenangkan dan penuh misteri. Ia berdiri dengan kepala sedikit miring, seolah-olah menawarkan sebuah rahasia yang hanya bisa dibagikan melalui senyuman.

Dalam keheningan ruang tamu yang tiba-tiba menjadi dunia nyataku, aku berdiri, bingung dan terkejut. Di hadapanku, seorang anak laki-laki yang wajahnya buram namun terasa akrab, memanggil namaku dengan suara yang lembut dan mengundang. "Siapa kamu?" tanyaku, suaraku bergetar lembut, mencoba menyembunyikan kegugupan yang melanda.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 6 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kataWhere stories live. Discover now