8. Titisan Gibran

3.1K 520 16
                                    


"Au ana?" tanya Resha ketika Gibran tanpa banyak bicara langsung membawanya pergi padahal bayi itu tengah asik bermain truk di belakang rumah.

"Sst,udah diem lu" suruh Gibran.

Resha mencebik,kakaknya memang menyebalkan. Tidakkah dia sadar?dia juga sama menyebalkan nya dimata orang lain.

"Ish! Au ana cih? Eca kan gi ain!"

"Lu bisa main nanti lagi, sekarang kita ke rumah sakit. Jenguk temen gue" ketus Gibran.

"Api Eca yum andi"

"Lo wangi dan ganteng kok,gak mandi gak papa" loh Gibran tidak bohong kok.

Tapi bayi itu memang pelupa. Padahal baru 30 menit yang lalu ia menangis karena tidak mau mandi dan berakhir ia dijewer grandma lalu mandi dengan ditemani umpatan Gibran.

"Eca nda awa tol cucu?"

"Sst, sekarang Lo tidur aja selama di mobil,karena gue lagi males nyahutin omongan Lo yang aneh itu"

"Hhh" Resha mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yum!"

"Hah?"

"Yum!!"

Kini Gibran paham, ternyata adik nya itu minta dicium. Maka dengan gerakan kilat,Gibran langsung menghujani pipi tumpah si adik dengan ciumannya.

Ternyata Gibran membawa Resha ke rumah sakit tempat Erik dirawat meski Gibran tidak yakin kalau Rhesa akan tenang ketika melihat keadaan Erik.

Kondisi tubuh Erik sangat mengenaskan dengan banyak luka yang menghiasi badannya. Apalgi Gibran ingat, Resha itu suka memarahi siapa saja yang badannya luka-luka seperti itu.

"Bran...Erik,makin buruk" lirih Lucas saat Gibran sampai di depan pintu masuk ruang rawat Erik.

Lucas tak sanggup berlama-lama disana karena tak ingin semakin merasa emosi pada geng motor yang sudah membuat saudaranya seperti ini.

"Sha,gue mau masuk lihat temen gue. Lo disini aja sama Lucas ,oke?"

Resha mengangguk meski cukup tak suka. Bayi hanya nyaman pada gendongan sang kakak tapi ketika melihat Lucas yang sepertinya sedang sedih membuat Resha mengangguk mau.

"Jangan nakal,jangan nyusahin Bang Lucas" peringat Gibran.

"Ya,Eca aham"

Gibran tersenyum lalu kembali mengecup pucuk kepala si bayi dengan sayang lalu memberikannya di gendongan Lucas.

"Boleh gue bawa keluar?"

"Bawa aja,kalau dia minta apa-apa dan gak bisa dikasih tahu,geret aja masuk" Lucas hanya berkedip ketika mendengar ucapan Gibran.

Aneh sekali ketuanya itu.

"Sha,kenalin gue Lucas" Lucas mencoba  akrab dengan Resha dan menebar senyum dan berusaha melupakan sedikit masalahnya.

"Hai Ucas, aku Eca" sahut Resha ramah.

"Panggil gue Abang"

"Okeyyy Bang"

"Bagus,mau keluar gak? Jalan-jalan" tawar Lucas. Berharapnya sih Resha mau tapi bayi itu malah menolak .

Kedua kakinya menendang-nendang udara pertanda ia minta diturunkan. Lucas menurut dan menurunkan Resha tapi ia benar-benar dibuat kaget karena bayi itu justru berjongkok dan menatap ke arah bawah kursi tunggu.

"Nyari apa,Sha?"

"Ntu"

"Hantu? Emang ada?" tanya Lucas ngeri. Biarpun bertubuh bongsor juga terkenal sadis di Medan perang, nyatanya cowok itu punya rasa takut yang tinggi dengan yang namanya hantu.

"Ya nda au, kan ni agi cayi" jawab Resha ketus.

"Ya Allah, ternyata nih anak sama aja kayak Abangnya" miris Lucas. Padahal ia sempat berpikir jika Resha jauh lebih tenang dan menyenangkan daripada Gibran yang sombong itu.

Semua anak juga tahu kalau cowok bernama Gibran itu sombongnya bukan main. Tapi semua yang dia sombong kan selalu ada bukti nya.

"Sha, Lo pernah dimarahin Gibran gak?"

"Nda"

"Lah,seneng amat. Gue hampir tiap hari disalahin mulu sama Abang Lo itu"

"Hihi acian" Resha menggelengkan kepalanya walau sebenarnya ia tidak peduli dengan apa yang Lucas katakan.

Mau Lucas dimarahin Gibran, digebukin pun Resha gak akan peduli. Saat Lucas tengah memandangi makhluk mungil nan menggemaskan itu, tiba-tiba ia dibuat terkejut ketika Gibran membuka pintu .

"Erik makin kritis!"

Lucas berdiri dan menatap Gibran tak percaya, cowok itu segera masuk ke dalam untuk melihat keadaan Erik disusul seorang dokter dan perawat setelahnya.

Gibran juga panik, ia langsung menggendong Resha sembari mondar-mandir tak tentu arah.
Beberapa saat kemudian Lucas dan beberapa anak Alvares keluar karena Erik yang akan diperiksa keadaannya.

Anggota Alvares yang awalnya hanya berada di sekitar rumah sakit , langsung masuk dan ikut menunggu di depan ruang rawat Erik.

Resha yang melihat banyak orang berbaju hitam-hitam itu justru memekik senang. Ia memberontak dalam gendongan Gibran. Resha ingin turun,dan menyapa mereka satu-persatu.

Padahal jika dicermati, wajah anak-anak Alvares itu seram bukan main. Ada yang tato diseluruh tubuh, tindikan banyak banget , atau ada yang suka melotot terus.  Tapi Resha kan bukan bayi penakut. Buktinya sama Gibran aja dia berani.

"Au Yun" pinta Resha , matanya menatap memelas ke arah Gibran . Tapi cowok yang tengah panik itu abai . Dia hanya mengelus punggung si bayi sambil terus mondar-mandir.

"Kalau sampai ada apa-apa sama Erik, gue bakal nuntut balas" geram Lucas.

Resha hanya berkedip melihat Lucas yang tampak begitu emosi. Bayi itu lalu melirik semua anggota Alvares yang sama emosinya. Aaa,kalau begini Resha tahu ia harus apa.

Biarpun nakalnya bukan main,kadang bayi itu memiliki perasaan layaknya orang dewasa yang berusaha memahami keadaan sekitar. Jadi, Resha memilih diam dan mendusalakn kepalanya di dada bidang sang kakak.

Ceklek

"Gimana keadaan teman saya dokter?" tanya Lucas tanpa basa-basi ketika sang dokter keluar.

"Ada dua kabar dari pasien. Yang pertama, sangat bagus. Pasien berhasil sadar dari komanya beberapa menit yang lalu." jelas dokter membuat anak Alvares tersenyum lega.

"Kabar satunya?"

"Pasien dinyatakan lumpuh total" sang dokter memelankan kata-katanya.

"A-apa? Dokter bercanda kan?!" teriak Lucas.

"Lo itu gimana sih anjing?! Katanya Lo dokter ! Sembuhin teman gue !" ujar Lucas nyolot,bahkan ia hampir saja memukul sang dokter kalau tidak ditahan Gibran.

Resha sudah ia berikan ke salah satu anak Alvares yang lain.

"Ih ! Cas hat ! aca dokteng nya au di kul! huuu!!"

Namanya juga bayi, Resha malah teriak-teriak sambil memarahi Lucas yang tadi hendak memukul sang dokter.

Puk !

Resha menoleh, menatap seseorang yang menggendong nya. Cowok itu barusaja memukul pantat nya akibat ia banyak bicara.
"Heh bayi,diem dulu Lo"

Resha tidak suka diperintah oleh siapapun itu jadi ketika cowok bernama Alan itu menyuruhnya diam, Resha langsung merengut kesal. Tangannya ia bawa untuk memukul hidung Alan yang mancung itu.

"Jangan suyuh-suyuh!"

"Ya Allah,titisan Gibran emang setan semua" batin Alan nelangsa.




....

Resha memang keren ya bund

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang