20. Baca Saja (END)

198 18 66
                                    

Winter masih berdiri di depan kelas tersebut, lalu lalang para mahasiswa yang lain pun belum menggoyahkan dirinya dalam lamunan tak berarti itu.

Hingga kemudian muncul Jeno dari arah belakangnya, lelaki itu keluar dari dalam ruangan tampak celingak celinguk, melihat kesana kemari, entah apa yang lelaki itu cari hingga kemudian matanya berhenti pada satu titik.

"Eh Winter" sapa Jeno dengan muka berseri. sepertinya memang tiada hari tanpa senyum jika sudah melihat sang pujaan hati, walaupun yang disapa seolah tak mengindahkan suara Jeno barusan sebab masih terpaku pasca mendengar kenyataan yang sebenarnya ia sudah anggap wajar di negara ini tapi tanpa alasan juga sakit disini--di dalam dadanya.

Namun tak berselang lama semenjak lelaki itu mengulangi sapaannya, rupanya sapaan kedua barusan langsung membuat lamunan Winter pecah, tapi gadis itu tetap dengan air muka tak terbaca serta kesan yang dingin.

Setelah melihat ke arah Jeno tanpa ekspresi yang berarti, gadis yang merupakan anak pertama itu mulai mengambil langkah pertamanya untuk pergi dari tempatnya berdiri.

"Bukannya sekarang kita teman? Kok masih dingin begitu hehe" lanjut Jeno sambil cengengesan.

Tetapi langkahnya langsung dihentikan oleh ucapan Jeno barusan, yang mampu membuatnya membeku lagi, seolah tubuhnya mengerti bahwa mengabaikan Jeno bukanlah hal yang semestinya, terlebih mengingat tadi malam Winter sendiri yang sudah mendeklarasikan bahwa dirinya dan Jeno berteman.

Winter berhenti dan membalikkan badannya, ia kembali melihat Jeno bersama tatapannya yang berbeda kali ini, sebuah sorot mata yang tajam menelisik masuk ke dalam diri Jeno untuk sekedar memberi tahu bahwa sekarang Winter sedang tidak baik-baik saja. Meski gadis itu juga bingung sendiri mengapa fakta barusan begitu membuatnya risau dan sesak, hal itu kemudian juga membuatnya bertanya--apakah perasaannya terhadap Jeno benar adanya? Benar sejelas itu dan mulai dalam atau hanya..??

Semua masih abu-abu, masih banyak tanda tanya dalam hatinya yang bahkan tidak dapat ia jawab sendiri padahal hati ini hanya ia yang rasa.

Namun bersamaan dengan itu, tak disangka mantan kekasih Jeno dua tahun lalu yang mampu menusuk lelaku itu dari berbagai arah tiba-tiba kembali. Sullyoon yang baru saja pergi setelah berbicara dengan Winter, sekarang balik lagi entah apa tujuannya kali ini. Yang jelas gadis berwajah mungil dengan eyeliner yang mengekor ke atas terlihat lebih mendekati Jeno, mungkin sekatang Sullyoon ganti ingin berbicara dengan lelaki yang sedang melihatnya dengan malas itu.

Hingga kemudian langkah Sullyoon pun berhenti, tepat di depan Jeno. Sedangkan Winter masih berdiri disana, diantara mereka, tapi jelas tampak seperti bayangan saja meski sosoknya sangat nyata.

"Kamu gak pengen tahu alasan aku selingkuh?" Tanya Sullyoon, anehnya gadia itu langsung berbicara pada satu pertanyaan yang menusuk. Yang seketika dapat mengungkap masa lalu Jeno, membuka lembaran usang yang sudah berusaha Jeno bakar dan kemudian lenyap.

Sullyoon masih saja membahas masa lalu dengan Jeno setiap kalu mereka bertemu, dan itu membuat Jeno muak.

Dari pertanyaan yang terlontar barusan, Jeno tak menyahut apapun.

Sullyoon kemudian menyeringai, ia juga sedikit tertawa kecil sembari melirik ke arah Winter yang tengah memperhatikan mereka berdua.

"Alasannya adalah karena kamu ngebosenin, sama kayak papa kamu, jayus!. Makanya mama kamu pergi duluan" kata gadis itu, masalahnya suara Sullyoon begitu lantang sampai dapat menggema di seluruh lantai empat itu, dimana otomatis membuat semua orang menoleh ke asal suara.

.
.

Namun setelahnya suasana malah hening. Meski banyak mata tertuju tapi suasan tegang lebih mendominasi. Jeno yang dicaci pun hanya diam, termenung dan terpaku di tempatnya berdiri. Perlahan matanya berkaca-kaca, air mata mulai berdatangan membendung di kelopak matanya.

1. I'M INTO YOU, BUT... (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang