16 | Janji Bima

22.1K 1.9K 160
                                    

Vote!

Meski buku ini terbit tanggal 1 Juni, buku ini tetep gue up nyampe tamat, tenang ... karena bonus chapter ada 15 part

Catat! 1 Juni, buat kalian yang mau ikut po bisa follow ig moonseed_publisher nya dulu biar nggak ketinggalan.

.

.

.

Bima menyusul Yudis saat jam makan siang ke kedai Kopi Arjuna. Tepat saat ia turun dari mobil dan melihat ke dalam melalui kaca jendela besar, hatinya mendadak panas tanpa alasan, dia tidak suka saja melihat Bos-nya yang otoriter dan selalu mengintimidasi itu diperlakukan manja, apalagi sampai diusak puncak kepalanya.

Bima masuk dengan membuka pintu membuat lonceng di atasnya berdenting, dan pemandangan selanjutnya adalah hidung runcing sang bos yang dicubit main-main.

Bima menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan dan dadanya di dalam sana yang kian makin kering memanas, lalu memberanikan diri untuk mendekat. "Salam," Bima membungkuk hormat.

Novan dan Yudis kompak menoleh ke arahnya.

"Kenapa menyusul?" tanya Yudis dengan sorotnya begitu lugu dan menggemaskan meski ada sematan jengkel di sana, mungkin dia masih dalam mode manja karena ada si pria dominan pemilik kedai yang masih memanjakannya.

Bima menoleh ke arah Novan, dan Novan kemudian menoleh ke arah Yudis.

"Aku harus ke dalam," ucap Novan yang berpikir dan menyadari bahwa ini kesempatan Yudis agar lebih dekat dengan pria incarannya.

Seperginya Novan, Bima dan Yudis kembali bersitatap.

Yudis melipat tangan di dada lalu mendongakkan dagu. "Kenapa kemari? Aku sudah bilang aku akan ke kedai Novan, dan artinya aku cuti sekarang,"

Bima merunduk, tidak tahu, tapi dia di sini justru merasa seperti seorang pria yang tengah di hindari oleh sang kekasih karena cemburu.

"Bi ... aku bilang aku cuti, kamu tidak perlu menjemputku untuk kembali ke kantor," Ulang Yudis dengan semakin mengeratkan lipatan tangan di dada dan membuang muka. Dia marah dan jengkel, tapi justru nampak imut.

Bima menarik napas, ini di luar kantor dan Yudis sedang dalam mode maja serta merajuk, jadi bagai insting dia mencoba menjadi dominan. "Kamu marah?" tanyanya tak formal.

Yudis melirik sadis, tapi justru manis. "Tentu saja marah, kamu tidur lagi dengan Azam yang tidak tahu diri itu," Lalu dia kembali membuang muka.

"Baby Boss Yudiss ...," Suara Bima merendah pun terdengar lembut.

Detik itu juga Yudis menyunggingkan senyum cerah mataharinya dengan kembali menoleh ke arah Bima. "Ah! Aku suka panggilan itu," Binarnya antusias. "Aku memaafkanmu, Bima," Lalu berdiri dengan semangat. "Ayo! Ayo sekarang kita jalan-jalan dengan bergandengan tangan," Dia meraih telapak tangan besar Bima dan menariknya keluar kedai. "Ayo kita kencan makan eskrim ...," Semangat sekali nada suaranya.

Lagi-lagi tidak tahu, hati Bima mendadak merasa lega boss-nya tak semarah yang ia bayangkan, bahkan melupakan kesalahannya hanya karena dia memanggil dengan sebutan manja.

Bima tersenyum menyorot telapak tangan yang digandeng Yudis di depannya, pria yang lebih kecil darinya itu bagai gadis manja yang mengajaknya berjalan menuju kedai es krim tepat di depan kedai kopi ini, lucu sekali saat kepala Yudis menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menyeberang.

Dengan masih bergandengan tangan mereka menyeberang dengan iringan celoteh riang dari Yudis "Aku suka choco mint, meski banyak yang menganggap itu aneh, tapi aku benar menyukai sensasi rasa pasta gigi itu,"

BABY BOSS YUDISWhere stories live. Discover now