14. Sky : Epilog I

1.4K 233 59
                                    

→ ᴥ ←

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

→ ᴥ ←

No Plagiat - Please!

→ ᴥ ←

Ketukan pada pintu membuat [Name] terpaksa keluar dari gulungan futon. Ia benar-benar tak bersemangat untuk melakukan hal apa pun. Setelah insiden menyakitkan yang menimpanya kemarin, ia mengurung diri di rumah, tanpa makan dan minum.

Berjalan lunglai, [Name] dengan tampang berantakannya, memegang handle dan membuka pintu, mengintip dari celah-celah yang sengaja terbuka sedikit. Di balik pintu, Yoojin dengan sorot mata khawatir menjadi objek retina mata.

"Pergilah. Aku tidak mau diganggu oleh siapa pun." [Name] mengusir Yoojin yang tidak menyerah datang ke rumahnya berkali-kali.

"Tidak." Yoojin menggeleng tegas. "Tolong, jangan menolakku lagi. Sudah cukup aku bersabar dengan sikapmu yang terus mengurung diri di rumah seperti beruang yang hibernasi."

Menghela napas, [Name] mempersilahkan Yoojin masuk. Ia sedang tak mood untuk berdebat. Yoojin melebarkan senyuman. Laki-laki itu membuntutinya dari belakang.

"Kau tidak makan lagi?" Yoojin mengerutkan kening ketika melihat makanan yang dibawanya kemarin sore, masih terbungkus rapi tak tersentuh. "Kau bisa sakit kalau terus menyiksa dirimu seperti ini."

"Pulang saja sana. Aku tak menerima tamu cerewet sepertimu." [Name] menghempaskan diri ke sofa. Menutup kelopak mata yang lelah menggunakan lengan. Kedua matanya perih karena tak bisa menumpahkan rasa sesak yang menyelimuti hati.

Yoojin menghembuskan napas. Ia ikut mendudukkan diri di samping [Name]. Sudah dua hari gadis itu mengurung diri di rumah. Awalnya ia kaget melihat rumah yang ditempati [Name] begitu sangat kecil. Namun masih layak untuk tempat berteduh dari segala cuaca. "Kau sudah menyakiti dirimu sendiri, [Name]. Dia pasti tak suka melihat keadaanmu yang sekarang."

"Kau tak berhak mengomentariku." [Name] mendengus. "Apa yang kurasakan saat ini, kau tidak merasakannya bukan?"

"Iya, benar. Aku memang takkan pernah bisa merasakan penderitaanmu. Tapi setidaknya, izinkan aku untuk bisa merasakan sakit yang kau rasakan saat ini." Yoojin menarik lengan gadis itu menjauh, membuat [Name] terpaksa melihat ke arahnya. Ia menangkup pipi tirus dan dingin itu penuh kehangatan. "Berbagilah denganku, [Name]. Aku siap menerima sakitmu dan siap menjadi sandaran untukmu. Jangan menanggung semuanya sendirian... karena itu pasti menyakitkan."

Yoojin menyatukan dahi mereka. Hingga helaan napas mereka saling menerpa wajah. Senyum tulus ia berikan pada gadis itu yang menatap tak berkedip. "Kau masih punya aku, dan aku pasti selalu ada untukmu. Kau milikku, [FullName]. Selamanya akan selalu jadi milikku."

[Name] mengerjapkan mata. Perkataan Yoojin terasa menghangatkan dinding hati yang retak. Entah kenapa, bola matanya terasa perih dan menusuk-nusuk.

"Aku..." [Name] menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Rasanya begitu sulit untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang.

Շ. THIEF ᴥ YoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang