Chapter 2 [Topeng-Pertama]

37 13 59
                                    

SEBELUM MULAI, SUDAH PADA TEKAN TOMBOL "VOTE" BELUM?

APA? BELUM?

YEE, TEKAN DULU MARKONAH. YANG GAMBAR BINTANG YA. JANGAN GAMBAR HATI. ENTAR AUTHOR YANG REPOT. AUTHOR MAH JUGA MAU KALO HATI "DOI" BISA AUTHOR TEKEN WKWK

LAH MALAH CURHAT WKWK.

HAPPY READING.

-

-

Pagi hari, pukul 08:00 di sebuah kost-kostan putri berwarna pelangi

"Hei mel," sapa Dana teman kost ku (berbeda jurusan), yang kamar-nya berada di lantai dua.

"Hei pagi dan, mau cucian?" tanya-ku ketika melihat ia masuk sambil menenteng tas karung berisi pakaian kotor-nya yang legendaris itu.

"Yoi mel, biasa ini udh habis pakaian di lemari wkwkwk," ujarnya tertawa seraya berjalan menuju lorong cucian.

"Kebiasaan kamu dan, giliran habis aja tu baju baru mau nyuci," ejek-ku.

"Ya biasalah, baru ada waktu. Kemaren masih sibuk sama revisian. Btw kamu mau ke-kampus mel?" tanya dana yang sedang sibuk memilah-milah baju kotor-nya di belakang sana.

"iya nih dan, mau bimbingan bro," jawabku seraya sibuk merapikan ujung jilbab agar terlihat tegak di depan cermin.

"Beh,, ngambis nih ceritanya?"

"Ya gimana bro, namanya juga tuntutan. Kalo ga dikejar, ga lulus-lulus entar. Ye nggak?" ujar ku sedikit tersenyum sambil mengecek dokumen skripsi yang hendak ku bawa.

"Iya sih bener, yaudah.. goodluck ya mel, semoga langsung di acc lah,"

"Aamiin,, tadi malam udah kukasih jejampian sih biar tembus dan," guyon ku keluar menuju parkiran kost diiringi dengan tawa dana yang meledak di dalam sana.

"Bismillah," ucap-ku seraya menstar-ter motor dan berlalu pergi menuju kampus.

-

Di kampus, pukul 09:00 pagi.

"Pagi pak Daeng," sapa-ku tersenyum kala lewat di depan bapak petugas kebersihan, yang kupandang layak-nya bapak sendiri.

"Iya pagi," balas pak Daeng tersenyum dengan baju biru-nya dan segelas kopi susu di samping kiri, serta sebatang rokok yang melekat antar dua jemari.

Ku masuki area lobi kampus dengan perasaan gugup dan jantung berdegup.

Lobi akuntansi masih terlihat sepi pagi ini. Tak banyak mahasiswa atau pun mahasiswi yang berlalu lalang. Hanya ada satu laki-laki mengenakan hoodie hitam sedang duduk seraya bermain gadget, dan seorang perempuan dengan tinggi semampai yang sedang membaca naskah skripsi-nya dengan alis mengkerut. Ku duga, dua orang ini sedang menunggu dosen, sama hal-nya dengan apa yang akan ku lakukan sekarang.

Kuputuskan untuk duduk di salah satu kursi usang (dimakan usia) berwarna cream pada sebuah lorong di depan ruang kepala Kajur (Ketua Jurusan) yang notaben-nya beliau merupakan dospem 1 ku.

"Pak Darlan kok belum datang ya? tumben," tanyaku pada diri sendiri sambil melihat jam yang sudah menunjuk-kan pukul 10:00 pagi.

Setelah aku berbicara seperti itu, keluar lah Pak Marwanto, selaku Kaprodi akuntansi (Prodi sebelah) yang menjadi dospem 2 ku dari dalam ruangan-nya sambil membawa kunci, hendak membuka ruang kelas yang tak jauh dari samping-ku duduk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TOPENG WAJAHWhere stories live. Discover now