41

1.8K 118 15
                                    

satu chapter lagi cerita ini udah end:')

untuk anak dari Tantivejakul, anggap aja udah tobat yah gais. udah gak ngusik kehidupan rumah tangga Bright. soalnya entar makin panjang cerita ini:(

oh iya maaf baru sempat update. semoga kalian gak lupa yah, hehe.

sekali lagi aku minta maaf jikalau cerita ini membosankan dan alur ceritanya gak nyambung dari chapter awal ke chapter selanjutnya.

dan makasih udah setia menunggu dan membaca cerita absurd ini:)

Happy Readingg

***

Hari sudah berganti bulan, namun kondisi Win semakin menurun. Wajah yang dulunya terlihat begitu ceria, senyuman manis selalu terpatri di wajahnya kini hanya wajah yang nampak semakin pucat dan tirus.

Malam tadi, saat dirinya hendak ingin ke kamar mandi, tubuh kurusnya tiba-tiba saja melemah dan terjatuh pingsan. Saat itu, Bright yang baru saja datang dari dapur mengisi teko air miliknya sangat terkejut melihat tubuh Win sudah terkulai lemah di samping tempat tidurnya.

Bright lantas dengan cepat membawa tubuh ringkih itu menuju rumah sakit. Dan hari ini, ia sudah menjadi ayah untuk kedua anaknya.

"sayang.. bangun yuk" itulah suara Bright. Dirinya masih tetap terjaga dari semalam.

Win sampai hari ini belum saja membuka matanya. Suara alat-alat yang menancap di tubuhnya terdengar begitu memilukan di telinga Bright.

"pangeran kecil kita udah lahir ke dunia ini, sayang. Alvaro Kalandra Chivaaree, Al menunggu Papinya, sayang. Al pengen digendong sama Papinya" setetes air matanya jatuh membasahi genggaman tangannya.

Perkataan Dokter Alice membuatnya seperti hilang arah. Hidup pujaan hatinya seperti berada diantara jembatan yang akan terputus dari pegangannya.

"Win.. jika kamu lagi pengen tidur dan beristirahat, aku akan menemanimu. Tapi tolong, jangan lama. Ada aku, Kiya, dan juga pangeran kecil kita sedang menunggumu disini."

Bright tidak dapat melakukan apapun selain hanya berdoa. Berdoa kepada Tuhan agar suaminya baik-baik saja.

Suara decitan pintu membuat Bright mengalihkan perhatiannya sebentar. Punggung tangannya mengusap air mata yang sedari tadi jatuh di pipinya.

"sayang.."

Bright hanya menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan nanarnya. Lagi-lagi air matanya berkumpul di pelupuk matanya.

"kamu makan dulu yah, abis itu tidur sebentar. Kamu juga harus menjaga kesehatanmu. Win akan sedih jika melihat suaminya jatuh sakit."

Pam memeluk sang putra dengan mengelus punggung lebarnya. Ia kembali seperti dejavu melihat sang putra begitu kacau. Bright menangis kembali dipelukan ibunya.

Tubuhnya bergetar hebat, Pam merasakan itu. Bright menangis sejadi-jadinya. Hatinya sangat perih melihat sang suami tidak sadarkan diri sejak ia dilarikan ke rumah sakit.

Sampai saat ia pun berhasil membawa putranya ke dunia ini, Win tetap saja memejamkan matanya dengan damai.

Pam menenangkan putranya itu yang sedang menangis hebat. Kalimat penenang Pam ucapkan untuk putranya.

Selang 10 menit, Bright akhirnya tenang. Ia menarik tubuhnya dari pelukan sang Ibu. Pam membawa kedua tangannya mengusap air mata putranya yang masih jatuh membasahi kedua pipinya.

"anaknya Ibu, Bright. Kamu harus kuat yah, sayang. Win tengah berjuang. Dan kamu disini juga harus berjuang untuk keluarga kecil kalian. Percaya sama Ibu, Win bakalan sadar. Win anak yang kuat, dan anak Ibu pun sama kuatnya," ujar Pam menatap kedua mata anaknya itu.

I am sorryTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon