37 - Dear, Mas Sepupu!

2.2K 116 16
                                    

Happy Reading

°

Bintang masih berdiri di tempatnya dan tak tau kenapa orang sekarang sedang ia hindari malah ada dalam pandangannya. Dalam radius lima meter jauh di sana, masih ada Abi yang tengah bertelepon dengan seseorang yang Bintang sendiri tak tau siapa.

Tekadnya bulat, ia tidak akan memunculkan diri dulu di hadapan Abi. Tetapi, posisi dan keadaannya saat ini membingungkan. Jika melangkah kembali ke kamarnya, ia harus melewati. Jika ia berbalik badan dan pergi, ia tak tau harus ke mana.

Sembunyi? Ah, sayangnya tak ada tembok atau apapun untuk menyembunyikan dirinya. Ia berada di lobi yang memang luas, hanya ada sofa-sofa di dekat Abi sana.

Di tempatnya, Bintang menarik napasnya panjang. Memejamkan matanya sekejap untuk menyiapkan diri, lalu tersenyum dan yakin. Ia mulai berjalan sambil menutupi separuh wajahnya dengan hijab nya. Dalam hati, ia berharap sangat agar Abi tak menyadari keanehan ini.

Tepat saat melewati Abi, Bintang melirik lelaki yang merupakan sepupunya itu sekilas. Jujur dan jelas, dia rindu.

Beruntungnya, Abi fokus pada telepon nya sehingga Bintang bisa bernapas lega sekarang. Tak lagi menutupi separuh wajahnya, Bintang berjalan seperti biasa.

Beberapa saat kemudian, ia sampai di depan pintu kamarnya. Baru saja ia menutup pintu kamarnya setelah masuk,  handphone nya bergetar di dalam saku rok nya. Langsung ia merogoh saku rok nya dan mengambil handphone nya.

"Siapa sih?" ujarnya sambil merogoh sakunya.

Kini handphone miliknya ada di tangannya. Saat ia menyalakan handphone nya itu, matanya langsung terbelalak kaget. Perasaan tak menyangka langsung datang. Kenapa harus telepon dari dia?  Batin Bintang.

"Angkat gak ya?" gumam Bintang dengan segala keraguannya.

"Halo, Assalamu'alaikum," ucap Bintang yang akhirnya memilih mengangkat panggilan telepon itu.

Terdengar helaan napas lega dari sana. Bintang justru menggigit bibir bawahnya, ia gugup dan takut kena marah. Bahkan perasaannya sudah tak karuan sebelum suara di sana ada.

"Kamu di mana, Bi? Pertanyaan itu keluar dari mulut orang itu. Tak biasanya, suara itu terdengar khawatir.

Bintang sendiri sampai heran. "Mas Abi ngapain telepon? Baru sadar apa gimana?" ucap Bintang.

"Bintang." 

Panggil Abi lewat panggilan telepon itu. Hal ini juga membuat Bintang heran. Karena jarang sekali sepupunya itu memanggilnya dengan nama lengkap, biasanya hanya 'Bi'.

"Iya kenapa? Mau ngomong apa, Mas Abi? Kalau gak penting, aku tutup ya," ujar Bintang.

Ia tak mau dulu seperti ini. Entah kenapa ia masih ingin membuat Abi sadar.
Tapi, untuk sekarang, Bintang seharusnya yang sadar. Abi sudah bergerak, ia seharusnya paham.

"Jangan sembunyi lagi, aku tau kamu dimana."

"Apa sih? Sembunyi apa?" balas Bintang gugup.

"Kamu mau ngobrol langsung atau begini?"  tanya  Abi tiba-tiba.

Bintang kini mulai agak panik. Abi benar-benar tau keberadaannya.  Tapi yang ia heran, dari mana Abi tau? Apa mungkin dari Resti?

"Keluar, Bi. Buka pintu nya!"

Menarik napas panjang, Bintang berbalik badan dan berjalan menuju pintu. Tangannya masih setia memegang handphone nya di dekat telinga.

Sebenarnya Bintang pernah berharap, Abi mencarinya dan menemukannya seperti ini. Ia membayangkan hal itu. Dan sekarang terjadi, namun Bintang nampak tak senang.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang