40 - Dear, Mas Sepupu!

2.3K 121 3
                                    

Happy Reading

---

Keheningan masih terus terjadi setelah Abi meyakinkan Ali dengan kalimatnya tadi. Hingga tak lama kemudian, Rumi dan Sekar datang dari arah dapur. Mereka  berdua sudah heran dari jauh tadi, kenapa tak ada obrolan?

"Ada apa ini? Kok pada diem?" tanya Sekar setelah mendekat.

Berbeda dengan Rumi yang terlihat sudah paham dengan situasi yang diam dan hening itu. Ia menatap sejenak wajah anak lelakinya yang kembali tanpa ekspresi itu. Tapi ia tau pasti saat ini Abi tengah bingung.

Tak hanya Abi, Bintang pun dengan raut wajah bingungnya. Hal apa yang harus ia jelaskan kepada keluarganya ini untuk meyakinkan perasaannya? Abi dan Bintang berpikir hal yang sama.

"Bintang," panggil Rumi dengan senyumnya.

"Iya, Budhe," jawab Bintang.

"Di depan ada Nara nyariin kamu," ujar Rumi.

Bintang langsung menampilkan senyumnya. Mendengar nama Nara membuatnya antusias kembali.

"Nara sama siapa, Budhe?" tanya Bintang.

"Sama Zikri. Kamu temuin di depan ya, sama kamu Abi." Rumi melirik Abi.

Rumi bukan mengada-ngada, mengusir Bintang dan Abi, menyuruh keduanya pergi agar bisa bicara dengan adik iparnya. Di teras rumahnya memang ada Zikri dan Nara. Ya, hanya berdua karena Zikri tengah dititipi balita itu.

Bintang dan Abi beranjak dari sana. Dan kini Rumi dan Sekar yang menggantikan perginya Bintang dan Abi itu.

"Sepertinya mereka berdua udah jujur ya?" ujar Rumi melirik Indra dan Ali bergantian. Langsung dibalas anggukan kepala dari keduanya.

"Jujur tentang apa ya, Mas?" tanya Sekar pada Ali, suaminya.

"Nanti Mas ceritain," balas Ali pada Sekar.

"Dan dari situasi tadi yang hening itu, ada sesuatu ya? Kamu 'kan sudah berusaha menerima, Mas. Berarti --   "

"Aku yang belum bisa nerima, Mbak."

Ucapan Rumi dipotong oleh Ali. Sebenarnya ia sudah menebak, pasti adik iparnya itu yang belum menerima. Pasalnya suaminya sendiri sudah menerima karena ia yang meyakinkannya.

"Aneh, Mba. Di keluarga kita, nggak ada yang menikah sama sepupu sendiri," ucap Ali.

"Tapi bukan berarti gak boleh dan gak bisa 'kan?"

Ali terdiam. Wajahnya nampak berpikir, tertera dengan dahinya yang mengerut. Mungkin keputusannya untuk tak menerima harus berubah?

----

"Bi, dengerin aku dulu sebentar."

Abi berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Bintang itu. Bukan tanpa alasan Bintang memilih berjalan mendahului Abi. Ia punya alasan untuk itu. Salah satunya mungkin tentang obrolan tadi bersama Ayahnya.

"Apa sih?" balas Bintang masih melangkah ke teras rumah.

"Berhenti sebentar, Bi."

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora