Arigatou Touchan

15.1K 462 26
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Arigatou Touchan © Akemi Haruka
.
.
.
.
.
Mempunyai buah hati yang tengah menginjak masa remaja memang sering membuat para orang tua dilanda kegelisahan. Apalagi jika mempunyai dua buah hati yang sama-sama menginjak masa remaja, dengan gender yang berbeda pula. Tentunya penjelasan dan tindakan yang dilakukan berbeda. Dan itulah yang sedang dihadapi oleh Uzumaki Naruto, seorang pemimpin Direktur disebuah perusahaan ternama di Konoha sekaligus ayah dua anak yang sedang memasuki masa remaja.

Putra sulungnya, Uzumaki Boruto baru saja naik ke tingkat tiga di Konoha High School. Pemuda 17 tahun itu sedang dalam masa sulit untuk diatur. Membuat Naruto selalu mendesis kesal dengan tingkah putranya itu. Selalu saja membantah jika ia diberitahu. Selalu saja merasa bahwa ia sudah besar dan bisa berbuat seenaknya.

Sedangkan putri bungsunya, Uzumaki Himawari baru saja menginjak tingkat pertama di SMA yang sama dengan kakaknya. Gadis manis 16 tahun itu selalu ceria dan tak pernah membantah perintah orang tuanya, terutama sang ayah. Membuat Naruto sedikit bernafas lega karena putrinya bisa 'diatur'. Tapi disisi lain, Naruto mulai khawatir. Kehidupan SMA memang menyenangkan, tapi dibalik itu banyak pula sisi kelam. Pria bersurai pirai itu tentu saja takut jika Himawari sampai terjerumus ke hal yang tidak baik. Bukankah menjaga anak gadis itu sama saja dengan menjaga vas kaca yang ditaruh di ujung tombak? Riskan. Salah sedikit saja akan jatuh dan pecah berkeping-keping.

"Anata, ada apa?" tanya Hinata -istri Naruto- ketika melihat sang Uzumaki terduduk termenung di teras depan rumah mereka. Iris saphire menatap sendu Boruto dan Himawari yang tengah bermain dengan Kurama, si Siberian Huski yang berwarna jingga dan putih.

"Mereka sudah besar," ucap Naruto pelan.

"Ya, mereka sudah besar. Padahal aku merasa masih kemarin aku menggendong mereka," ujar Hinata lembut, iris indigonya memburam akibat air mata yang terperangkap disana.

"Hime?" panggil Naruto lirih ketika menyadari sang istri tercinta tengah tertunduk.

"Gomenasai, anata. Aku sedikit terbawa suasana," dengan lembut Naruto membelai pipi Hinata, menghapus air mata yang kini menimbulkan jejak di pipi wanita itu.

"Tidak apa-apa, Hime," ujar Naruto berusaha menenangkan sang istri.

Naruto POV

"Tidak apa-apa, Hime," ujarku berusaha menenangkan Hinata.

Aku tahu apa yang dirasakan istriku ketika melihat kedua anak kami yang sudah tumbuh besar. Beberapa tahun lalu, mereka hanya bayi mungil yang selalu membangunkanku dan Hinata saat malam hari. Beberapa tahun lalu, mereka hanya balita yang selalu membuat kami gemas dengan tingkah mereka yang menakjubkan sekaligus mengejutkan. Beberapa tahun lalu, mereka hanya anak-anak yang selalu merengek ketika meminta sesuatu dan menangis jika tidak dituruti.

Tapi sekarang, lihatlah mereka berdua. Tumbuh menjadi remaja, tumbuh menjadi dewasa. Boruto tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan lincah. Jago dalam semua bidang olahraga. Entahlah, tapi aku merasa dia adalah 90% aku. Termasuk sifatnya yang keras kepala dan semaunya sendiri. Benar-benar mengingatkanku pada masa mudaku dulu.

"Tentu saja Boruto-chan mirip denganmu, Anata. Dia anakmu," begitulah kata Hinata setiap aku mengeluh tentang sikap Boruto.

Apa aku sayang dengan Boruto? Tentu saja. Tapi sikap dan kelakuannya sering membuatku naik darah. Bagaimana tidak, ia suka sekali ikut balapan. Mencuri-curi waktu untuk menyelinap keluar rumah waktu malam hari.

Baiklah, sekali dua kali aku masih bisa maklum. Tapi sampai setiap hari? Astaga aku tidak tahan lagi. Puncaknya ketika aku mendapat kabar dari rumah sakit jika ia berada disana akibat kecelakaan.

NaruHina Love StoryWhere stories live. Discover now