Our Family

15.1K 483 29
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Our Family © Akemi Haruka
.
.
.
.
.
"Kaachan, apa jichan akan senang?" ucap seorang gadis kecil sambil meletakkan setangkai bunga matahari di atas sebuah nisan. Rambutnya pendeknya berwarna lavender dengan iris berwarna biru langit serta dua surai di kedua pipinya. Disampingnya terlihat seorang perempuan berdiri memandang gadis itu, senyum bahagia terukir di bibirnya.

"Tentu saja, Himawari. Arti namanya Hyuga sendiri adalah bunga matahari," ucap perempuan itu dengan nada lembut. Hyuga Hinata -atau lebih tepatnya telah menjadi Uzumaki Hinata- tersenyum lembut sambil membelai pelan rambut Himawari

"Hehehe.. Lain kali aku ingin kesini dengan onii-chan," seru gadis kecil itu dengan riang.

"Baiklah, tapi sekarang kita pulang. Kita siapkan ramen kesukaan aniki dan touchan-mu untuk makan malam," Himawari mengangguk semangat kemudian berlari mendahului ibunya. Hinata memandang sendu nisan yang ada didepannya, kemudian meninggalkan nisan tersebut dengan langkah ringan menyusul si anak yang sedari tadi memanggil namanya.
.
.
.
.
.
"Touchan menyebalkan," seorang anak berambut pirang dengan iris berwarna biru langit serta dua surai di kedua pipinya membuka pintu rumahnya dengan kasar. Kaki kecilnya melangkah menuju dapur, kemudian duduk di meja makan. Iris saphirenya memandang sang ibu dan adiknya yang sedang sibuk memasak.

"Kenapa cemberut niichan? Apa niichan bertengkar dengan Shikadai-niisan? Atau Sarada neechan?" tanya Himawari ketika menyadari sang kakak sedang duduk terdiam.

"Tidak,"

"Lalu ada apa Baruto?" tanya Hinata lembut. Baruto masih saja memasang wajah cemberutnya, membuat sang ibu paham masalah apa yang sedang dialami anak sulungnya itu. "Kau mengganggu touchan-mu lagi?"

"Aku tidak mengganggu touchan, aku hanya membuat graffiti," kata Baruto sambil membuang muka. Tidak berani menatap Hinata.

"Membuat graffiti? Dimana Baruto? Kaachan ingin sekali melihatnya," ucap Hinata lembut. Namun Baruto tetap terdiam. "Baiklah jika tidak mau cerita. Tapi lebih baik kalian berdua segera mandi, lalu makan malam,"

"Baik kaachan," ujar kedua anak itu sambil meninggalkan sang ibu.
.
.
.
.
.
"Tadaima,"

Dengan tergesa Hinata membukakan pintu ketika mendengar suara lelaki yang sangat ia kenal. "Okaeri," sambut Hinata.

"Kenapa kau belum tidur Hinata-chan?"

"Aku menunggumu pulang Naruto-kun," ucap Hinata sambil menyimpan jas Naruto ditempatnya.

Naruto tersenyum tipis kemudian memeluk Hinata dari belakang. "Arigatou Hinata-hime, kau istri yang paling sempurna di dunia, aku beruntung bisa menikahimu,"

Wajah Hinata mulai memerah mendengar rayuan Naruto. Walaupun mereka sudah menjadi suami istri dan dikaruniai dua orang anak yang sangat tampan dan cantik, ciri khas itu masih saja menempel pada Hinata. Dengan lembut Hinata berusaha melepas pelukan Naruto, "Sebaiknya kau segera mandi, aku akan memanaskan ramen untuk makan malammu,"

"Hah, baiklah." ujar Naruto malas sambil melepaskan pelukannya pada Hinata.

Naruto melangkahkan kakinya menuju lantai dua, tempat kamarnya dan kamar kedua anaknya berada. Sebelum mandi, Naruto memutuskan untuk menengok malaikat dan jagoan kecilnya. Dengan perlahan dibukannya pintu kamar sang anak.

Kamar tersebut terbagi menjadi dua bagian dengan dua penataan yang berbeda. Sebelah kanan pintu didominasi aksen anak perempuan. Naruto memutuskan untuk menuju kesana. Disebuah ranjang dengan aksen bunga matahari, bidadari kecilnya terlihat sedang tertidur nyenyak sambil memeluk sebuah boneka berbentuk matahari. Dibelainya lembut rambut Himawari, kemudian mendaratkan sebuah kecupan lembut di pucuk kepala gadis itu, membuat Himawari tersenyum dalam tidurnya.

NaruHina Love StoryWhere stories live. Discover now