Part 2 | They're The Main Characters

4.2K 292 13
                                        

Keheningan berlangsung panjang sampai kami sampai di lapangan parkir sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keheningan berlangsung panjang sampai kami sampai di lapangan parkir sekolah. Terlalu luas untuk menjadi lapangan parkir sebuah sekolah, namun jika siswa-siswi didalamnya anak-anak dari seseorang pemilik jabatan tinggi, tak dapat diragukan lagi. Untuk mengalaminya secara langsung, aku tak bisa untuk tidak melihat sekitar dengan binar penasaran.

Sekolah ku dulu bahkan tidak ada setengah dari luas halaman dan lapangan parkir sekolah ini. Jangan menganggap ku terlalu hiperbola dalam perbandingannya. Karena itu memang benar adanya.

Gedung sekolah 3 lantai berada jauh dari tempat parkir. Ada 3 gedung yang salah satunya ku yakini sebagai gedung olahraga, karena Cherry menarik tanganku ke salah satu gedung begitu ia melihatku terpaku di tempat.

"Jangan diam saja. Kamu seperti orang bodoh jika seperti itu. Kemudian, apa-apaan tatapan ingin tahu itu? Apakah kamu benar-benar amnesia? " Cherry menoleh kearah ku dengan kerutan di dahinya.

Tapi, maaf Cherry, aku tidak pernah amnesia, bahkan aku tidak ingat pernah merasakan pingsan karena kondisi fisikku yang bagus. "Tidak. Kamu lebih bodoh jika percaya perkataan bangun tidur ku, Cher, " ujarku menyangkal.

Cherry tidak menanggapi lebih dalam perkataan ku. Dia malah berceloteh mengenai ketidaksabarannya untuk melihat penampilan sang tunangan, Millone, yang memiliki sifat hampir sama dengan Hades.

"Kau tahu? Aku tidak sabar untuk melihat perut tahu Millo. Nama boleh saja susu, namun tubuhnya jauh lebih besar dari bayi yang suka meminum susu. Aduh, Millo akan sangat tampan dengan keringat yang mengalir di dahinya. Apalagi saat poni depan rambutnya menempel di dahi. Ah! Belum lagi aroma tubuhnya saat ia berkeringat. Ugh... "

Aku menatap jijik pada Cherry yang tak henti mengagungkan tunangannya. Apalagi saat dia membicarakan perihal wangi tubuh Millo. Apakah orang akan begitu gila setelah mengenal cinta? Aku tak pernah merasakan jatuh cinta, itu sebabnya aku tak mengerti dengan jelas bagaimana konsep cinta itu. Aku hanya tahu melalui novel-novel yang ku baca.

Jika cinta bisa begitu menghilangkan akal sehat, aku rasa aku ingin terus tidak merasakannya. Membayangkan aku akan memeluk seseorang dengan peluh memenuhi tubuhnya sembari mengendus disekitar ketiak lelaki itu, aku tidak bisa untuk tidak bergidik ngeri.

Mencium ketiak dan wangi badan kakak laki-laki ku saja enggan, apalagi seseorang yang tidak ku ketahui bagaimana kesehariannya di rumah? Bagaimana jika ia belum mandi saat aku memeluk tubuhnya? Bagaimana jika ia hanya menyemprotkan tubuhnya menggunakan parfum untuk menghilangkan bau busuk dari tubuhnya karena tidak mandi?

Eugh... Memikirkannya membuatku bertambah jijik. Tapi, aku tidak mungkin mengatakan hal itu padanya, meski bibirku gatal ingin mengungkapkan betapa aku jijik dengannya. Tidak, cukup dengan melebarkan senyum padanya, tutup mulut atau dia mungkin akan marah.

"Oh iya, Hera akan datang juga. Aku yakin dia akan duduk didepan untuk melihat penampilan pangeran mu. Kau jangan mau dijatuhkan olehnya, Se. Aku benci penampilan polos gadis itu, seolah dunia hanya berputar pada dirinya. "

Save Me, Please!Where stories live. Discover now