part 5

3.9K 274 0
                                    

Namun niat hati ingin bertemu dengan Jeno dan bermain bersama, Jaemin harus di hadirkan dengan kenyataan mengejutkan dari keluarga Jeno. Siang hari tadi saat Jeno berniat datang ke kediaman Jaemin bersama dengan kedua orang tuanya. Namun di perjalanan menuju kesini, mereka mengalami kecelakaan hingga membuat kedua orang tua Jeno meninggal dunia.

Jaemin yang sudah hadir disana bertepatam dengan Haechan dan Giselle yang merupakan sahabat dekat Jeno. Mereka langsung berlari menuju kamar tempat Jeno di rawat, karena ternyata anak itu juga mengamali cedera pada lutut dan pinggangnya. Sedangkan Jaeno dan Jeffrey dalam keadaan baik-baik saja.

"Jeno!"
Teriak ketiganya berbarengan. Namun Jaemin memilih untuk masuk duluan untuk menemui Jeno yang tengah menangis.

"Nana!"
Teriaknya sambil menarik tubuh Jaemin umtuk ia peluk.

"Mereka sudah tidak ada! Aku sendirian! Aku sendirian..!"
Ucap Jeno sambil menangis, ia memeluk tubuh Jaemin dengan sangat erat. Melupakan kenangan mereka yang sebenarnya adalah musuh bebuyutan.

Jaemin tidak bisa mengatakan apapun, selain mencoba menenangkan Jeno yang terus menamgis histersi. Haechan dan Giselle yang melihat itu merasa tidak tega. Giselle bahkan sampai keluar dari ruangan itu agar bisa menangis tanpa di lihat oleh Jeno, yang malah akan membuat sahabatnya itu semakin bersedih.

"Jen.."
Panggil Haechab sambil mengelus pundak sang sahabat. Mencoba menyalurkan semangat untuk sahabatnya.























Jeno sudah tenang, dan sekarang ia sedang bersama kedua sahabatnya yaitu Haechan dan Giselle. Mereka berdua merupakan sahabat Jeno dari kecil, mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sederhana. Karena baik keluarga Haechan maupun keluarga Giselle berasal dari keluarga miskin dan sederhana. Dan alasan mereka bisa masuk ke sekolah mewah itu ya karena bantuan dari ayah Jeno ataupun karena beasiswa yang mereka dapat.

Jaemin memutuskan untuk pergi menemui kedua anak Jeno yaitu Jaeno dan Jeffrey yang tengah beristirahat di kamar lainnya. Jeno bilang mereka baik-baik saja. Tidak ada satupun luka yang mereka dapat. Mungkin itu karena mereka bukan dari masa ini melainkan dari masa depan.

Saat pintu itu terbuka, Jaemin bisa melihat Jaeno yang berusaha menenangkan adiknya Jeffrey yang tengah menangis. Jaemin bingung harus melakukan apa? Ia yang notabennya dingin dan tidak punya rasa kasih sayang. Bingung harus melakukan apa kepada kedua anak Jeno ini.

"Bisa uncle masuk?"
Tanyanya pada kedua anak itu. Jaeno yang mendengar suara Jaemin langsung menoleh kearahnya.

"Daddy.."
Panggilnya lirih, sepertinya dimasa depan Jaemin dan Jeno bersahabat hingga membuat keempat anak mereka memanggil mereka dengan seakrab ini.

"Maaf jika menggangu kalian"
Ucap Jaemin yang sudah berada di dekat mereka.

"Tidak apa"
Ucap Jaeno dengan senyuman tipis.

"Daddy turut berduka cita"
Ucapnya, yang masih bingung harus melakukan apa.

"Terimakasih dad, kami juga tau ini akan terjadi"
Ucap Jaeno tersenyum tipis. Jaemin yang awalnya ingin menanyakan maksud dari perkataan Jaeno, jadi tidak jadi karena ia mengingat jila anak-anak ini berasal dari masa depan, itu berarti mereka tau hal ini akan terjadi.

"Ini alasan kami yang lain ketika kami memutuskan untuk pergi ke masa lalu. Karena papa mengalami depresi yang cukup berat akibat kejadian ini, hingga membuat ia gampang marah dan menjadi alasan mengapa mama dan papa berpisah"
Ucap Jaeno menjelaskan. Sedangkan Jeffrey memilih menyembunyikan wajahnya di dada sang kakak.

Jaemin yang mendengar itu hanya bisa mengangguk paham. Jeno pasti sangat terpukul akan kejadian ini. Dan setelah ini, pada siapa ia akan tinggal nantinya?
























VannoWilliams

Our Child From The Future (JaemJen)Where stories live. Discover now