19

173 10 0
                                    

Langit sudah mulai gelap saat Rain sampai di kamarnya. Setelah kembali dari kediaman Havelen Rain langsung meminta untuk di siapkan air mandi dan meminta beberapa pelayan untuk membantunya mandi dan berpakaian.

Setelah mandi Rain keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang baca. Ia menolak untuk di temani dan memilih untuk pergi sendiri.

Sesampainya di ruang baca Rain menutup pintu dengan rapat lalu menekan panel tersembunyi yang berada di antara rak buku.

Ada sebuah ruangan rahasia di dalamnya. Rain  melangkah masuk dan menuruni tangga berputar yang mengarah ke bawah.

Sesampainya di bawah Rain segera menganti gaunnya menggunakan pakaian laki-laki yang sudah ia siapkan dan mengambil jubahnya yang tersampir di sandaran kursi.

Lalu bergegas keluar dari ruangan yang ia gunakan untuk meracik racun itu menggunakan pintu kayu yang akan membawanya menuju lorong panjang yang berada di bawah tanah dan membawanya menuju pinggiran kota.

Sebuah tempat tersembunyi yang tak sengaja ia temukan kala berada di ruang baca. Dan lagi tempat itu sudah ada sejak zaman para leluhurnya.

Rain mengamati sekeliling, setelah merasa aman ia bergegas keluar lalu menarik tudung jubah agar menutupi wajahnya.

Rain berjalan memasuki kota dan berbaur dengan kerumunan. Ia lalu berjalan melalui gang sempit lalu berhenti tepat di depan sebuah pintu besar.

Rain mengetuk pelan pintu itu dan menunggu hingga seseorang membuka celah kecil di pintu dan melontarkan pertanyaan.

“Siapa?”

“Ini aku kabut,”

Setelah mengatakan hal itu pintu di buka dan Rain segera berjalan masuk. Matanya menatap ke sekeliling. Judi, alkohol, transaksi ilegal, dan pembunuh bayaran yang berkumpul.

Tempat berbahaya yang bisa membuatnya kehilangan nyawa jika tidak sengaja melakukan kesalahan dan tempat dimana dirinya bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan menjual racun dan menjadi salah satu dari sekian banyaknya pembunuh bayaran.

Rain berjalan menaikki tangga lalu berjalan menuju ruangan paling ujung. Ia mendorong pintu agar terbuka. Di dalam ruangan terdapat delapan orang yang mengenakan jubah hitam tengah duduk di kursi yang mengelilingi sebuah meja.

“Anda terlambat ketua,” tegur seorang pria muda dengan suara keras.

“Ada sesuatu yang harus aku lakukan sebelum datang kemari,” jawab Rain seraya menarik kursi dan menjatuhkan diri di atasnya.

“Lalu mengapa Anda mengumpulkan kami semua di sini?” tanya seorang wanita dengan suara mendesis.

“Ada sesuatu yang menggangguku selama ini,” Rain membuka percakapan.

“Tentang apa itu?” sela suara berat memuakkan seorang pria.

“Baru-baru ini aku menemukan racun yang ku buat telah di perjualbelikan tanpa sepengetahuanku,” jelas Rain. Ia mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja seraya memandangi satu persatu anggotanya yang hadir dengan sorot mata tajam yang dingin.

Ada jeda.... Sangat lama.

“Jadi maksud Anda mengumpulkan kami semua di sini untuk menanyakan hal semacam itu?”

“Apa Anda mencurigai kami?”

Rain mendesah pelan. “Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencurigai kalian, hanya saja aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang ku buat akan mencelakai dan membahayakan kita semua.”

Semua yang ada di ruangan itu terdiam.

“Kalian jelas mengetahui tentang hal itu dengan sangat jelas. Lain kali perhatikan pergerakan kalian baik-baik jangan sampai tertinggal bukti apapun yang bisa para ksatria dan prajurit bayaran temukan. Ini peringatan, karena jika kalian melakukan hal yang bisa membuat organisasi dalam bahaya maka aku sebagai ketua tidak bisa hanya diam saja dan membiarkan organisasi hilang begitu saja.”

Rain kemudian melanjutkan. “Dengan tanganku sendiri aku akan menyingkirkan orang-orang itu dan membuang mayatnya ke ULFA yang akan membuat tubuhnya tercabik-cabik di makan binatang buas,” Rain menatap mereka dengan sorot mata penuh ancaman.

Bagaikan singa yang sedang menunggu waktu untuk menerkam mangsanya. Rain berdiri lalu mengibaskan jubahnya dan berjalan menuju pintu.

“Aku akan melakukan apapun yang diriku katakan. Sisanya tergantung pada kalian sendiri. Apakah kalian akan memilih jalan yang akan membawa kalian ke neraka ataukah tetap mematuhi aturan dan hidup lebih lama. Aku mengatakan hal ini bukan sebagai peringatan, melainkan sebuah ancaman nyata dengan kesempatan di dalamnya.”

Rain berlalu begitu saja meninggalkan anggotanya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Membuat keretakkan yang tidak terlihat di dalam organisasi itu.

“Hei, apa ketua benar-benar akan melakukan hal semacam itu?” tanya Rea pada rekan-rekannya.

Jack menyilangkan kakinya seraya membuka tudung wajahnya.

“Ketua jelas akan melakukan hal itu. Aku pernah mendengar sebuah rumor yang beredar mereka mengatakan bahwa ada seorang penyihir wanita yang akan membunuh pengikutnya dengan cara membuang tubuhnya ke hutan ULFA. Dan menjadikan mereka sebagai makanan bagi hewan buas,” terang Jack.

Rudolf bangkit lalu berjalan menuju jendela dan menatap keluar. “Aku akan memberikan sebuah saran kepada kalian semua,” ia berbalik dan menatap satu persatu wajah rekan-rekannya.

“Jangan pernah membuat ketua menarik lengan bajunya. Jika ia sudah melakukan hal itu maka hidup kalian tidak akan sampai pada bulan purnama berikutnya.”

“A-apa maksudnya itu?” tanya Charlie dengan tubuh bergetar.

Walson mengebrak meja. Membuat semua anggota menatapnya dengan tanda tanya.

“Apa yang kau lakukan?” tegur Rose dengan suara yang agak di tinggikan.

“Sepertinya kalian terlalu menganggap tinggi diri kalian sendiri. Buktinya kalian bahkan berani melakukan transaksi tanpa sepengetahuan ketua. Ingat, aku pernah sekali melihat ketua menarik lengan bajunya lalu apa kalian tahu apa yang
kulihat kala itu?”

Semua mata tertuju pada Walson dengan penuh rasa penasaran. Walson mendengus seraya mengambil rokoknya dari saku celana dan menghidupkannya.

“Apa yang terjadi setelahnya?” tanya Rose yang terdengar tak sabar. Walson tersenyum miring seraya mengembuskan asap rokok yang keluar dari mulutnya.

“Orang itu mati,” jawab Walson. “Dengan keadaan tercabik-cabik serta tidak dapat lagi di kenali. Dan ketua juga pernah membunuh orang dengan menusukkan jarum racun pada leher korbannya dan membiarkan tubuh korbannya tergeletak begitu saja dan meninggalkannya.”

“Ah, aku juga pernah melihat ketua yang menghabisi korbannya dengan menggunakan senapan, pisau, dan juga pedang. La–”

“Sudah cukup,” sanggah Aiden dengan wajah kesal.

Walson kemudian menarik jarinya dari ujung bibir ke ujung bibir lain seorang membentuk sebuah jahitan di bibirnya.

“Elfa! Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu juga? Hah, kau benar-benar membosankan. Aku penasaran mengapa orang sepertimu bisa masuk ke dalam organisasi.” Elfa yang di tegur hanya bisa menundukkan kepalanya.

“Jangan mengusiknya Aiden,” bisik Rose.

“Memang nya kenapa? Dia hanyalah sebuah benalu di dalam organisasi ini. Orang sepertinya tidak cocok untuk berada di sini,” sinis Aiden seraya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan itu.

“Anak itu benar-benar,” Rea berdecak kesal seraya menatap punggung Aiden yang menghilang di balik pintu.

“Sepertinya sudah waktunya untuk kita pergi,” ujar Rudolf yang di angguki oleh anggota yang tersisa di dalam ruangan itu.

“Yah, baiklah. Maka kita akan berpisah disini. Sampai bertemu di pertemuan selanjutnya teman-teman, ” Rea tersenyum seraya melambaikan tangannya sebelum ia melompat dari jendela lantai dua.

Rose berdecih. “Siapa yang kau panggil teman itu,” lalu berjalan keluar menggunakan pintu. Di ikuti oleh Elfa,Walson,dan Rudolf.

Antagonis Lady [END]Where stories live. Discover now